Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hidayatulloh

Harapan Besar Kepada Dua Komisaris Bank Syariah Indonesia

Bisnis | Wednesday, 25 Aug 2021, 01:05 WIB

Pekan ini banyak ucapan selamat yang beredar di media sosial kepada dua tokoh nasional, yakni Adiwarman Azwar Karim dan Muhammad Zainul Majdi. Keduanya telah disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT. Bank Syariah Indonesia pada hari Selasa, 24 Agustus 2021 sebagai Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen dan Wakil Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen.

Sebagai Bank Umum Syariah hasil merger BRI Syariah, BNI Syariah dan BSM yang diresmikan 1 Februari 2021 oleh Presiden Joko Widodo, adanya RUPSLB yang menggeser dua komisaris yang belum genap bekerja setahun tentu mengejutkan publik. Apakah ada ketidakpuasan pemegang saham mayoritas yakni pemerintah atas kinerja keduanya, atau kalkulasi politik jangka panjang, tentu jawabannya ada di Menteri BUMN dan lingkaran istana. Terlepas dari perubahan struktur Dewan Komisaris, kita sangat berharap adanya "the new hope" kepada dua figur yang baru bergabung.

Pertama, Adiwarman Azwar Karim adalah sosok fenomenal di industri keuangan syariah. Sebagai pendiri dan CEO KARIM Consulting, eks manajemen Bank Muamalat Indonesia, dan penulis referensi penting ekonomi Islam, keilmuan dan pengalamannya di bidang perbankan syariah sangat tidak diragukan lagi. Posisinya sebagai wakil ketua Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia menggambarkan kedudukannya yang tinggi di lingkaran otoritas fatwa ekonomi syariah di Indonesia.

Pegiat ekonomi syariah berharap sosoknya mampu mendorong peningkatan "market share" perbankan syariah yang hanya mencapai sekitar 6 persen selama 29 tahun di negara mayoritas muslim terbesar di dunia. Masalah "cost of fund" tinggi sehingga "pricing" menjadi mahal harus teratasi agar BSI menjadi contoh BUS yang kompetetif dengan bank konvensional.

Selain itu, BSI diharapkan melahirkan ide terobosan untuk menarik pangsa pasar syariah yang sangat besar. Ustadz Adi dengan pengalaman sebagai konsultan, wajib mengeluarkan "jurus jitu" agar mendorong jajaran manajemen BSI menerbitkan inovasi produk yang menawan dan memikat konsumen seperti layanan bank digital, akselerasi ziswaf, skema akad baru dan aksesibiltas lebih luas.

Secara pribadi, misalnya, kami mengusulkan agar Komut baru "memprovokasi" BSI agar menjadi mitra Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri untuk transaksi sivitas akademika seperti pembayaran gaji dosen dan pegawai serta pembayaran SPP mahasiswa. Ada 58 PTKIN (UIN, IAIN dan STAIN) dari Sabang hingga Merauke dengan ratusan ribu dosen, pegawai dan mahasiswa. Andaikata Menteri Agama bersama seluruh pimpinan PTKIN bersepakat kerjasama dengan BSI, itu merupakan peningkatan dahsyat bagi sektor jasa keuangan syariah. Belum lagi jika mampu menggandeng kampus Islam swasta, madrasah serta pesantren. Tentu ada kenaikan pangsa pasar yang sangat signifikan. Saatnya pemerintah dengan BSI sebagai BUMN melakukan kebijakan "top down" agar dukungan terhadap ekonomi syariah bukan lip service semata.

Kedua, Muhammad Zainul Majdi atau yang lebih dikenal luas dengan panggilan Tuan Guru Bajang (TGB) adalah ketua ikatan alumni Al-Azhar dan Gubernur NTB periode 2008-2013 dan 2013-2018. Meskipun bukan ekonom, sosoknya dianggap mampu menjadi pendorong pangsa pasar dan literasi keuangan syariah yang lebih luas. Bank NTB konversi menjadi Bank Syariah tahun 2018 adalah terjadi di masa kepemimpinannya. Saat ini popularitas bank syariah di Indonesia tidak diragukan, namun elektabilitasnya di hati konsumen, terutama muslim sendiri masih sangat rendah. TBG diharapkan menjadi figur yang memberikan edukasi kepada masyarakat agar mau "berhijrah" ke bank syariah. Faktanya masih banyak ustadz, kiai dan intelektual yang enggan menjadi nasabah bank syariah karena masih berdebat kehalalan bunga bank, menyangsikan kesyariahan bank syariah hingga mengimani bahwa bank syariah dan bank konvensional sama saja karena hanya "berganti baju".

Sebagai ulama moderat, TGB wajib menunjukkan kiprah nyata di industri dan komunitas ekonomi syariah. Dirinya perlu terlibat dan melibatkan diri, misalnya aktif di Masyarakat Ekonomi Syariah, Ikatan Ahli Ekonomi Islam atau Himpunan Ilmuan dan Sarjana Syariah Indonesia seperti pejabat lainnya. Publik ingin melihat kesuksesannya sebagai doktor Universitas Al-Azhar dan gubernur dua periode juga terjadi di BSI.

Akhirul kalam, publik pembelajar dan pengiat ekonomi syariah sangat berharap dua sosok ini mampu memberikan harapan baru bagi kemajuan dan ketangguhan BSI saat ini dan masa yang akan datang sebagai salah satu legasi kebanggan pak Jokowi dan kiai Ma'ruf Amin.

Hidayatulloh

Mahasiswa S3 Department of Financial Law, Deak Ferenc Doctoral School of Law, University of Miskolc

Dosen Hukum Bisnis Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image