Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Ayam Nenek Jadi TV

Olahraga | Monday, 23 Aug 2021, 17:28 WIB

Namaku Imam Ansori, aku masih kelas 4 Sekolah Dasar. Semenjak kakek meninggal setahun lalu, aku hanya tinggal bersama Nenek Aminah. Sejak masuk SD aku ikut kakek dan nenek karena kedua orang tuaku bekerja di Pangkal Pinang.

Sehabis subuh biasanya nenek memberi makan ayamnya. Ayam yang dipelihara nenek jumlahnya tidak banyak, hanya enam ekor.

Alasan nenek memelihara ayam cukup sederhana saja, agar sisa-sisa makanan tidak terbuang sia-sia.

“Imam, cepat ke sini,” suara nenek memanggilku dari belakang rumah.

“Ya Nek, “ jawabku setelah sampai pintu kandang ayam. Sebenarnya tempat untuk memilihara ayam nenek hanya berupa pekarangan yang dikelilingi tembok dengan pintu bambu, tak ada atapnya sama sekali. Jadi, ayamnya bebas berkeliaran di tempat itu, bahkan bisa terbang keluar.

Nenek membuka pintu. “Coba kamu ikut masuk. Kamu ikut membantu nenek mencari ayam, sepertinya kok ada yang hilang.”

Akupun segera masuk ikut nenek mencarinya. Rupanya benar kata nenek, ayamnya tinggal lima.

Setelah beberapa menit ikut mencari, aku dekati nenek. “Benar Nek, hanya ada lima.”

Nenek tampak sedih, ayam piaraannya hilang satu.

“Mungkin belum rezeki kita Nek. Allah pasti akan menggantinya,” aku mencoba menghibur nenek.

“Benar juga kamu, Mam,” sahut nenek sambil mengusap rambutku.

Begitu selesai memberi makan dan tidak menemukan ayam yang dicari, aku dan nenek keluar sambil membawa ember tempat makanan ayam.

***

Sekitar jam satu siang, Eko dan Roni datang dengan sepedanya. Keduanya adalah temanku satu kelas, rumahnya masih satu dusun.

“Kita sepedaan yuk, Mam!” ajak Eko.

“Iya, Mam. Jangan di rumah terus,” sambung Roni.

“Aku minta izin nenek dulu ya,” sahutku. Keduanya mengangguk.

Aku masuk rumah mencari nenek.

“Nek, Imam pergi sepedaan dengan teman-teman dulu ya.”

“Hati-hati, sekarang jalan kampung kita mulai ramai,” nenek mengingatkan.

“ Ya Nek, “ sahutku.

Aku bersama Eko dan Roni mengayuh sepeda keliling kampung. Meski tidak seramai kampung lain, jalan dusun kami sudah beraspal.

“Kita berhenti di gardu ronda dulu,” ajakku.

“Oke Bos,” sahut Roni sambil tersenyum.

Tempat di sekitar gardu ronda memang tempat favorit kami berkumpul. Selain tempatnya luas, ada lapangan voli di dekatnya.

Baru saja kami beristirahat, ada mobil BRI berhenti di dekat kami.

Salah satu keluar dari dalam mobil, “Dik mau tanya?”

“Ada apa ya Pak?” jawabku seraya berdiri.

“Adik tahu warga RT 7 dusun ini yang bernama Aminah?”

“Saya tahu Pak. Itu nenek saya,” jawabku.

“Tolong kami diantar ya, Dik!”

“Ya Pak,” jawabku sambil mengambil sepedaku yang tergeletak, diikuti Eko dan Roni.

Kukayuh sepeda lebih kencang agar segera sampai di rumah.

Saat aku datang kebetulan nenek ada di teras rumah.

Petugas dari bank turun menemui nenek. “Benar njenengan Bu Aminah?”

“Betul Pak, memangnya ada apa?” tanya nenek.

“Kami dari BRI Unit Samas, mau menyerahkan TV hadiah undian Simpedes periode ini.”

“Alhamdulillah ya Allah. Terima kasih, Pak,” nenek berkata sambil berkaca-kaca.

“Nah, ayam nenek hilang, tapi dapat undian TV,” teriakku sambil memeluk nenek.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image