Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Denis Arifandi Pakih Sati

Rahmat Allah SWT bagi Para Ayah; Para Pejuang Nafkah

Agama | Sunday, 22 Aug 2021, 20:16 WIB

Semoga Allah SWT merahmati para Ayah yang berangkat di pagi buta, kemudian baru kembali ke rumahnya di malam buta, demi memenuhi kebutuhan keluarganya; agar tidak menelantarkan mereka.

Semoga Allah SWT merahmati semua Ayah yang berjuang demi memberikan kehidupan terbaik bagi istrinya dan anak-anaknya.

Ada laki-laki yang tipenya terlalu santai. Tidak dapat pekerjaan, ia menghabiskan waktunya di rumah untuk berleha-leha. Sampai-sampai, keluarganya kelaparan karena tidak ada yang akan dimakan.

Semoga Allah SWT merahmati Para Ayah

"Ekonomi lagi susah, mas. Cari pekerjaan susah."

iya, benar. Tapi kan bukan alasan juga untuk tidak bergerak. "Gerakkan tanganmu, maka rezekimu akan menghampirimu," begitu dalam sebuah riwayat. Bergerak dulu saja, niatkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Insya Allah dibukakan jalannya. Daripada di rumah menghabiskan waktu untuk mengeluh.

Ada juga laki-laki yang berharta, tapi tidak mau menafkahi keluarganya. Kalau pun dinafkahi seadanya. Kikir; pelit. Orang seperti ini, hidup di dunia layaknya fakir, namun dihisab di akhirnya sebagai orang kaya.

Ada juga laki-laki yang hobinya menggantungkan dirinya dengan istrinya. Ia santai di rumah, istrinya kerja. Bukan karena terpaksa, tapi karena malas. Tulang rusuk dijadikan tulang punggung.

***

Seorang Ayah (suami) berkewajiban memenuhi kebutuhan keluarganya; memberikan makanan, pakaian, dan kehidupan yang layak.

Rasulullah Saw bersabda:

كفى بالمرء إثماً أن يُضيِّعَ من يقوت

"Cukuplah bagi seseorang itu dosa ketika ia menelantarkan orang yang seharusnya dinafkahi (diberikan makan/ ditanggung hidupnya)." (HR Abu Daud)

Suatu hari, Umar bin al-Khattab sedang berjalan bersama para sahabat lainnya, kemudian ia melihat seorang anak kecil perempuan yang saking kurusnya terombang-ambing oleh hebusan angin.

Umar berkata: "Menyedihkan sekali. Ada yang kenal anak perempuan ini?"

Anaknya ABdullah menjawab: "Apakah Anda tidak mengenalnya? Ini salah seorang anak perempuan Anda?"

"Anak perempuan saya yang mana?"

"Anak perempuannya ABdullah bin Umar. Cucu Anda."

"Kenapa bisa begitu?"

"Sebab Anda tidak memberikan (lebih) apa yang Anda miliki."

Umar menjawab dengan tegas: "Apakah ketika saya tidak memberikan lebih kepada Anda, menghalangi Anda untuk mencari lebih bagi anak-anak perempuan Anda sebagaimana dilakukan kebanyakan orang? Demi Allah, saya tidak akan memberikan kepada Anda kecuali bagian Anda sebagai bagian dari kaum muslimin, baik ia mencukupi Anda maupun tidak. Antara diri saya dan Anda itu ada Kitabullah."

Ada dua ketegasan Umar disini. Pertama, beliau tidak akan memberikan bagian lebih kepada siapa pun, bahkan kepada anaknya sendiri. Kedua, beliau menegaskan, anaknya harus bekerja keras demi memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya. Jikalau tidak cukup satu pintu, cari pintu lain.

***

Maka, sesulit apapun kondisi, akibat PPKM dan selainnya, perjuangan mencari nafkah tetap harus dijalankan; akal tetap harus diputar. Mudah-mudahan Allah SWT membukakan jalan.

Sekali lagi, semoga Allah SWT merahmati dan memberikan kemudahan kepada para Pejuang Nafkah. Allah SWT angkat segera wabah di tengah kita, dimudahkan rezeki kita semua.[]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image