Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. Abu Fayadh Muhammad Faisal, M.Pd

Catatan Para Ummi dan Umat Islam dalam Mencium Anak

Eduaksi | Saturday, 14 Aug 2021, 10:02 WIB
Stop Mencium Anak di Bibir

( Catatan Untuk Para Ummi dan Umat Islam ya )

*TIDAK BOLEH CIUM ANAK DIBIBIR*

Baru nemu pembahasan tentang hal ini.

Bukan nya so so'an, tetapi dampak nya sangat lah buruk.

Dulu pernah ada anak yang ikut pengajian, kira-kira usia nya sekitar 8 tahunan.

Kalau liat anak saya (perempuan), ko dia nyosor terus ya.

Mau nya ci*m bibir anak saya.

Saya sebagai orang tua ngeri. Ko bisa anak segede gitu nyosor anak orang astaghfirulloh.

Semoga tulisan di bawah bisa jadi ilmu bagi kita orang tua ????????

*INI CARA CIUM NABI KEPADA ANAK-ANAKNYA*

ANGGOTA TUBUH ANAK yang perlu di cium orang tua setiap hari

Mari lahirkan rasa kasih dalam diri anak-anak melalui sifat ibu bapaknya yang penyayang.

Berikut ini adalah saran kami sebagai psikolog Islam yang sebaiknya diamalkan setiap hari terhadap anak-anak.

*????CIUMAN KASIH SAYANG*

1. Di ubun-ubun,

menunjukkan kebanggaan orangtua terhadap anak sambil didoakan agar menjadi anak soleh/sholehah, aamiin.

2. Di dahi,

menandakan orangtua ridha atas keberadaan anak.

Rasulullah shallallohu 'alaihi wa sallam mencium Fatimah radiallahu' anha di dahinya.

3. Di kedua pipi

sambil mengucap masya Allah, sebagai tanda _syauq_ (perasaan sayang dan rindu) orangtua terhadap anak.

4. Di tangan anak,

tanda _mawaddah wa hubb_ (kasih sayang) sambil mengucap _barakalloh_, sebagaimana Rasululloh shallallohu' alaihi wa sallam juga selalu mencium tangan putri tercinta : Fatimah radhiyallohu 'anha

????SENTUHAN SAYANG

1. Menggosok belakang kepala anak, sebagai tanda kasih sayang dan perlindungan.

2. Menggosok atas kepala atau ubun-ubun, menunjukkan kebanggaan orangtua terhadap anak.

3. Mengusap dahi, sebagai tanda _syauq_ (perasaan sayang dan rindu) terhadap anak.

4. Kedua pipi, juga tanda _mawaddah wa hubb_ (kasih sayang)

5. Memegang kedua tangan, untuk menenangkan anak ketika perasaannya tampak kacau atau bingung.

????Perhatian "

Usaplah dada anak sambil istighfar saat ia menunjukkan kecenderungan berbuat salah atau sedang marah, untuk menenangkannya.

Lakukan tindakan mawaddah warohmah ini diiringi kalimat-kalimat thoyyibah.

Dienul Islam memandang mencium pada areal bibir tidak di anjurkan “Jika saya harus menjawab kapan harus berhenti mencium anak-anak Anda di bibir, jawabanya adalah sekarang !.

Rasululloh shallallohu 'alaihi wa sallam dan Sahabat hanya mencium pipi putra-putrinya

“Aku masuk bersama Abu Bakar menemui keluarganya, ternyata Aisyah putrinya sedang berbaring karena diserang sakit panas yang tinggi. Maka aku melihat ayahnya, Abu Bakar, mencium pipinya seraya bertanya: “Bagaimana keadaanmu, wahai putriku?”. (HR. Al-Bukhari no. 3918)

Alasannya mulut adalah sarang kuman

Ada bayi yang terkena penyakit karena sering diciumi bibirnya. Ingatlah bahwa mulut bisa mentransfer kuman lewat ciuman bibir, karena kuman tersebut bisa masuk ke dalam tubuh.

*HUKUM MENCIUM MULUT ANAK KECIL*

Asy Syaikh Dr. Muhammad Ali Farkus حفظه الله -Hafidzhahulloh- berkata:

*" Dibenci mencium mulut anak kecil bahkan walaupun mereka adalah anak anakmu, baik itu anak laki laki maupun anak perempuan... Dan bahwasanya hal ini merupakan kebiasaan kaum syi'ah "*

(Fatawa No. 970)

*# FIKIH TERKAIT DENGAN LETAK CIUMAN*

Terkait dengan ciuman, ada beberapa jenis dan sesuai dengan orang yang dicium. Ibnu Abidin As-Dimasyqi berkata,

*Ciuman itu ada lima macam:*

1. Ciuman cinta, yaitu ciuman kepada anak di pipinya.

2. Ciuman kasih sayang, yaitu ciuman kepada ibu dan bapak di kepalanya.

3. Ciuman sayang, yaitu ciuman kepada saudara di dahinya.

4. Ciuman birahi, yaitu ciuman kepada istri atau budak perempuan di mulutnya.

5. Ciuman penghormatan, itulah ciuman di tangan untuk orang-orang yang beriman.

Sebagian ulama menambahkan yaitu " ciuman sebagai ketaatan terhadap agama yaitu mencium batu hajar aswad ". (Raddul Mukhtar ‘alad Duril Mukhtar6/384, Darul Fikr, Beirut)

Bagaimana dengan kebiasaan sebagian kaum muslimin apabila bertemu (setelah berpisah dalam waktu yang lama) kemudian saling menempelkan pipi? Dalam Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah lil buhuts Al Ilmiyah Wal Iftha' dijelaskan,

“ Yang disyariatkan ketika bertemu adalah mengucapkan salam dan menjabat tangan, apabila pertemuan setelah dari safar dan disyariatkan juga berpelukan, karena terdapat dalil dari Anas bin Malik berkata: bahwa para sahabat Nabi shallallohu ‘alaihi wa sallam jika bertemu mereka saling berjabat tangan dan jika tiba dari safar mereka saling berpelukan. Adapun saling MENEMPELKAN PIPI maka kami TIDAK mengetahui sunnah yang menunjukkan hal ini ”. (Fatwa Al-Lajnah 24/128).

Perlu diperhatikan, walaupun saling menempelkan pipi tidak ada dalil yang menyatakan sunnah, akan tetapi hal ini termasuk perkara mubah yang tidak terlarang, terlebih lagi hal ini menjadi kebiasaan dan adat di antara manusia, maka tidak apa-apa apabila dilakukan bahkan semoga bisa menjadi pahala karena bisa membuat senang dan sebagai bentuk ekspresi gembira kepada saudaranya yang sudah lama tidak berjumpa.

*Yuk, perbanyak memeluk dan mencium pipi anak kita, dan mulai tinggalkan kebiasaan mencium bibir mereka* .***

Salam ukhuwah fillah,

*Ustadzah Ummu Ali Yusron*

(Aktivis muslimah, domisili Sukoharjo, Jawa Tengah)

*Ustadzah Ummu Fayadh Indah Sari, S.Pd*

(Pengamat anak dan pengajar Matematika di SMA Negeri Kabupaten Bekasi serta domisili di Bekasi Kota, Jawa Barat, Istri dari Al Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani)

Muroja’ah dan diedit oleh:

*Al Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani, S.Pd, M.Pd.I, M.MPd* -Hafidzhahulloh Ta’ala-

(Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat, Praktisi dan Pengamat PAUDNI/Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal, Aktivis Pendidikan dan Kemanusiaan).

_*Salam Senyum Penuh Syukur*_ ????

___????????????___

*Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ Aamiin.*

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image