Kisah Bakiak
Guru Menulis | 2022-05-08 16:39:12Musala di pinggir sawah itu menyediakan alas kaki untuk wudhu. Terdapat dua pasang bakiak yang terbuat dari kayu randu. Selain ringan, kayu randu mudah dibentuk menggunakan pahat. Dua pasang bakiak tersebut sangat berguna untuk wudhu. Orang yang sering memakai biasanya sedang melakukan perjalanan jauh. Mereka biasanya bersepatu. Sehingga agar mudah wudhu, mereka memakai salah satu bakiak tersebut. Namun bakiak baru memang lebih sering dipakai untuk wudhu karena memang lebih bagus dan kuat. Sedangkan bakiak tua telah mengalami kerusakan terutama pada tali yang dipakai
Bakiak muda sering menghina bakiak tua. Namun demikian, segala cacian dan penghinaan tak ia gubris. Bakiak tua tidak membalas hinaan tersebut.
“Aku sangat senang banyak yang memakai untuk berwudhu,” ucap bakiak muda dengan mata berbinar.
Semua orang yang mampir pasti memilih bakiak muda. Selain karena ia nampak kuat jika digunakan, bakiak muda pun nampak lebih bersih. Karena banyak digunakan orang, bakiak muda berubah menjadi sombong dan suka merendahkan yang lain.
Bakiak tua lama-kelamaan semakin renta dan rusak.
“Duhai enaknya kamu, tak pernah digunakan. Lihatlah aku dipakai terus,” ujar bakiak muda menyindir bakiak tua.
“Jangan bilang demikian, teman. Sebelum Kau hadir, semua orang memakai aku untuk wudhu.”ucap bakiak tua.
Oleh karena sering digunakan, akhirnya bakiak muda pun mengalami kerusakan. Selanjutnya, semua pekerjaan ditangani bakiak tua. Bakiak tua menjadi pengganti bakiak muda.
Bakiak muda mulai menyadari sikapnya selama ini. Ia sering meremehkan bakiak tua. Ternyata setiap ciptaan-Nya memiliki kelebihan dan kelemahan. Bakiak muda lebih kokoh dan bentuknya menarik. Sedangkan bakiak tua tetap berguna walaupun kondisinya payah. Sejak saat itu bakiak muda tak mau lagi sombong.
Pesan moral: jadilah rendah hati. Tak perlu sombongkan diri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.