Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arief Nurharyadi

Agama Akhlak

Agama | 2022-05-08 00:00:12

Jika anda mengalami kehilangan sesuatu barang maka berapa persen anda yakin barang anda akan kembali ?

Banyak yang beranggapan bahwa barang yang hilang agar direlakan sehingga nanti Tuhan akan menggantinya dengan yang lebih baik. Dengan kata lain kita jangan terlalu berharap atau ikhlaskan saja.

Namun, ada satu tempat di mana ada kemungkinan besar Anda bisa bertemu lagi dengan barang-barang hilang itu yaitu Jepang khususnya kota Tokyo.

Sebagai kota terpadat di dunia no.1 menurut macrotrends PBB 2021 maka populasi di Tokyo adalah 37,7 juta jiwa dan Osaka 19,1 juta jiwa (no.10), dengan populasi yang besar maka terjadi jutaan barang hilang di Tokyo setiap tahunnya. Tetapi sebagian besar sampai dengan 80% barang itu kembali ke pemiliknya.

Pada tahun 2018, lebih dari 545.000 kartu identitas dikembalikan kepada pemiliknya oleh Polisi Metropolitan Tokyo - 73% dari jumlah total kartu yang hilang.

Ada pula 130.000 ponsel (83%) dan 240.000 dompet (65%) yang ditemukan. Barang-barang ini seringkali dikembalikan pada hari yang sama.

https://www.dreamstime.com/japan-tokyo-november-unidentified-lost-child-seek-assistance-local-police-tokyo-japan-lost-child-seek-assistance-image134660029

Dalam sebuah riset yang membandingkan praktik pengembalian barang di New York dan Tokyo, 88% ponsel yang hilang dikembalikan ke polisi di Tokyo. Sementara, hanya 6% ponsel yang hilang di New York yang dikembalikan, serta sebanyak 80% dompet yang hilang di Tokyo dikembalikan dan di New York, angkanya hanya 10%.

Ketika seseorang kehilangan barang di Jepang, biasanya mereka langsung datang Koban / kantor polisi atau ke Lost and Found Center. Barang-barang yang hilang dan di laporkan di Koban akan disimpan selama 3 hingga 4 hari lalu setelah itu akan diserahkan Metropolitan Police Lost & Found Center yang berada dekat stasiun Lidabashi.

Anak-anak seringkali juga melaporkan barang-barang yang hilang seperti uang walaupun hanya 1 atau 5 yen ke Koban. Kejujuran anak-anak merupakan hasil dari pengajaran orang tua dan guru mereka dimana mereka percaya kepada Koban / kantor polisi dan paling tidak anak-anak tahu dimana lokasi kantor Koban. Selanjutnya kantor Koban melakukan pendataan dan melaporkan temuan barang-barang tersebut secara online sehingga ada transparasi dan masyarakat mudah mengetahuinya. Konsep Jepang hitono-me yang berarti 'mata masyarakat' adalah bagian penting dalam proses itu, Konsep ini mencegah orang-orang Jepang melakukan hal tercela, walaupun tidak ada polisi.

Disinilah budaya kejujuran nyata terbentuk, selain warganya yang jujur, juga disini peran Polisi sebagai amanat penerima barang-barang yang hilang terbukti dengan tingginya persentase penerima pemilik barang-barang yang hilang. Inilah aksi nyata dari tolong menolong dalam kebaikan...sehingga mereka telah melaksanakan firman Allah : “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Al-Maidah: 2).

Bandingkan dengan persentase kehilangan di New York yang hanya 6% kembali misalnya atau dengan negara lain yang mana bila seseorang mengalami kehilangan ayam dan melaporkannya akan tetapi malah mengalami peningkatan kehilangan menjadi kehilangan sapinya atau bahkan kehilangan jiwanya (negeri Konowa ?).

Ahlak yang baik berupa kejujuran ini dan kerjasama dalam kebaikan adalah sangat baik akan tetapi ada hal lain di Jepang dengan persentase yang tinggi dibanding negara lain yaitu Bunuh Diri.

World Population Review pada agustus 2018 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun, ada 23.532 orang yang bunuh diri di Jepang. Sebagian besar di antaranya adalah laki-laki berusia 20-44 tahun. Sementara korban bunuh diri perempuan biasanya berusia 15-34 tahun.

Pada Oktober 2020, Jepang mencatat total 20.919 kematian akibat bunuh diri, sementara kematian akibat pandemi COVID-19 berada di angka 3.460 jiwa.

https://depositphotos.com/257416408/stock-illustration-depressive-woman-wants-to-commit.html

Mengapa orang jepang mudah melakukan bunuh diri, Wataru Nishida, psikolog dari Universitas Temple, Tokyo, Jepang, menyebutkan kalau Jepang memiliki tradisi selama berabad-abad untuk bunuh diri demi kebanggaan. Istilah seppuku atau harakiri yaitu mengembalikan kehormatan merupakan budaya yang berakar kuat dan para samurai melakukannya, pun demikian para pilot saat berakhirnya Perang Dunia ke-2 pada 1945. Dan itu sepertinya menjadi alasan kultural mengapa Jepang lebih "mudah" memutuskan untuk bunuh diri.

Tak hanya itu, Nishida mengatakan, tidak ada sejarah agama yang kuat di Jepang juga menjadi pemicunya. "Jepang tidak punya sejarah agama yang kuat. Jadi, bunuh diri di sini bukanlah dosa. Bahkan, beberapa melihatnya sebagai bentuk tanggung jawab," kata Nishida.

Pentingnya peran Agama menjadi wajib bagi kesempurnan Ahlak manusia. Dalam Islam jelas-jelas diatur hubungan antara manusia dangan manusia dan manusia dengan Tuhan. Ketika kita hanya memfokuskan pada Ahlak maka kebaikan itu berfokus pada manusia. Akan tetapi ketika kita mengalami cobaan maka jalan keluar berupa bunuh diri menjadikan hal biasa karena tidak mengganggu manusia lain. Berdalih sebagai harga diri dan tidak mau menyulitkan orang lain maka tindakan bunuh diri merupakan hal terbaik, demikian setan dengan mudahnya merasuki pikiran dengan konsep kebaikan "ahlak".

Sejatinya selain hubungan dengan manusia maka hubungan dengan Tuhan juga harus dijaga dan dipertahankan. Bila kita kembali pada Tuhan maka firman-firman Tuhan ada dalam kitab suci dan Agama. Bunuh diri merupakan bentuk dari putus asa / harapan dari seseorang karena merasa tidak ada yang dapat menolongnya atau dosa-dosanya tidak terampuni padahal jika mengacu pada firman tuhan, .....“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Q.S. Az-Zumar : 53. Insya Allah dosa-dosa kita dapat diampuni Nya dan jika kita yakin dan berdoa kepada Nya, apapun kesulitannya pasti ada jalan keluar bahkan orang-orang meyakini falsafat "banyak jalan menuju ke roma" (mīlle viae dūcunt hominēs per saecula Rōmam) ..bisa juga kita yakini "banyak jalan menuju ke mekkah"...

Islam adalah agama yang sempurna

Jika melihat tempat turunnya Islam di jazirah arab sering terjadi peperangan maka mudah saja orang menyalahkan Islam, akan tetapi ini bukan Islam nya yang salah akan tetapi pemahaman orang-orang tersebut terhadap ajaran Islam. Keadaan yang seperti ini kadang dimanfaatkan sebagian orang untuk memojokan Islam Arab dan menyatakan bahwa Islam yang kafah / sempurna adalah Islam yang bukan Arab sehingga hal-hal yang berbau Arab haram karena dapat menuju pada radikalisme, perpecahan dan peperangan seperti di Arab.

Nabi Muhammad SAW berasal dari Arab khususnya suku Qurays dan bahasa Al Quran adalah bahasa Arab jadi ada keterikatan akan tetapi bukan berarti semua yang berasal dari arab adalah Islam, karena di Arab ada Abu Jahal, Firaun, Namrud, Jalut dan lainnya.

Inilah pentingnya kita membedakan mana Arab dan mana Islam. Pemahaman tiap orang berbeda dan tergantung bagaimana orang-orang tersebut melaksanakan ajaran islam bukan ajarannya yang salah yang kadang orang memakai simbol dan mengkotak-kotakkan agar terjadi perbedaan seperti islam Arab, islam Nusantara, islam Radikal, islam Universal, islam Modern, islam Liberal dan lain sebagainya.

*“ Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu ” [Al-Maa-idah: 3]*

Islam adalah Agama yang sempurna, akan tetapi *pemahaman dan pelaksanaan ajaran Islam kita yang perlu terus disempurnakan* agar mencapai kafah yang sesungguhnya.

Kesempurnaan disini bisa jadi akan terhenti ketika kita tidak berikhtiar untuk terus menerus mentadaburi/memaknai perintah-perintah Allah SWT karena selama masih di dunia maka sifat FANA merupakan bagian dari dunia berupa Perubahanq dan garis finisnya adalah ketika berpisah antara ruh dan jasmani untuk menghadap sang pencipta, Tuhan YME dan tentunya hal ini bukan karena Bunuh diri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image