Mengenal Ajaran Bahai
Agama | 2021-08-07 16:41:25Kajian Al Firoq Al Islamiyah: MENGENAL AJARAN BAHA'I DAN PENGASASNYA
Pernyataan dari *Menag Yaqult Khaulil Qaumas* yang mengucapkan Selamat Hari Raya kepada Ajaran Baháâ àmenimbulkan Kontroversi dan Polimik di Masyarakat khususnya Umat Islam dalam hal ini seharusnya Presiden dengan tegas mencopot Menag dari jabatannya agar tidak buat keresahan terus menerus dan hal ini harus tetap ada sebagian orang yang vokal terhadap kebijakan Pemerintah yang bertentangan apalagi menyangkut Islam dalam hal ini masalah Aqidah..., Mari Kita Kaji pembahasan Baha'iyyah menurut Buku Aliran dan Paham Sesat di INDONESIA dan Mantan MUI KH. Cholil Ridwan, Lc - Hafizhahulloh Ta'ala- dan Janganlah Diam apabila kebijakan Pemerintah bertentangan harus ada yang berani bersuara untuk meluruskan.
Ajaran Bahaiyyah atau juga disebut Babiyyah merupakan ajaran kebatinan campuran dari Islam, Yahudi, Nasrani, Buddha, Zoroaster, kebatinan dan lain-lainnya, disepakati ulama bahawa mereka sudah keluar dari Islam. Ajaran ini muncul di Iran pada awal abad 19 yang bersumber dari ajaran Syiah yang mengangungkan imam-imam mereka, bahawa mendapat wahyu, bahawa Nabi Muhammad Shollallohu' Alaihi Wa Sallam bukan penutup para nabi. Ajaran Bahaiyyah diambil dari orang Yahudi, sebagaimana kita tahu bahawa Yahudi menyusup ke dalam barisan Syiah semenjak ajaran ini muncul, dengan tegas membela dan mencintai ahlul bait, namun ingin menghancurkan Islam dari dalam.
Ajaran Bahaiyyah dipelopori oleh seorang yang bernama Ahmad Al-Ahsai yang aslinya adalah seorang Yahudi Inggeris yang tinggal di Iran. Lalu dikembangkan oleh Ali Muhammad atau Muhammad Ali As-Syirazi, yang sebenarnya termasuk dalam golongan Syiah Imam Dua Belas, lalu keluar dan membentuk mazhab sendiri dan mengaku sebagai Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu. Kemudian setelah itu mengaku kalau Allah telah menyatu dalam dirinya sehingga dia menjadi Tuhan Maha Suci Allah dari kedustaan yang dibuatnya.
Mirza Ali Muhammad yang diberi gelar Baba (Bapak) mulai dakwahnya tahun 1260 H (1844 M) di Syiraz iaitu Selatan Iran, yang katanya untuk memperbaiki keadaan masyarakat saat itu. Kemudian mengaku menjadi utusan Allah dan membawa kitabnya Al-Bayan yang konon didalamnya syariat yang diturunkan Alloh Subhanahu' Wa Ta'ala dan bahwa kerasulannya menghapus syariat Islam, dan membuat hukum-hukum bari bagi pengikutnya yang bertentangan dengan Islam seperti puasa hanya 19 hari dan menjadikan waktu istirahat yang disebut Hari Raya Nauruz.
Pengasas ajaran itu telah membuat satu muktamar di Badats di Iran tahun 1264 H (1848 M) menjelaskan tentang akidah kelompok ini dan mengumumkan keluarnya dari Islam. Ajaran ini banyak ditentang ulama, bahkan mereka dikafirkan, namun setelah perang antara mereka dan kaum muslimin dia berjaya dikalahkan dan dihukum salib tahun 1265 H. Ajaran ini lebih sesat dari Qadiyani Mirza Ghulam Ahamd kerana juga mengingkari hari kiamat, syurga dan neraka dan menyerupai ajaran Brahmana dan Buddha, menggabungkan antara Yahudi, Nasrani dan Islam, ertinya menghapuskan perbezaan semua agama atau lebih dikenal sekarang dengan istilah Wihdatul Adyan.
Dan mereka melaksanakan haji ke UKA di Palestin, dimana markas mereka masih disana sampai sekarang menjadikan kiblat mereka ke UKA tempat dimana Baha atau khalifah mereka berada. Ajaran Bahaiyyah memiliki kitab sendiri yang disebut Al-Bayan dengan mengatakan bahawa kitab ini menghapus Al-Quran dan mengaku bahawa ini terdapat dalam Al-Quran sebagaimana firman Alloh:
Artinya: (Dia mengajarkannya Al-Bayan). (QS. Ar-Rahman : 4)
Yang dimaksudkan Al-Bayan adalah kitab yang dibawanya dan dia juga mengarang kitab lain yang berjudul Al-Athrasy. Yang penting adalah mereka memiliki kesesatan yang banyak, dan berhasil menyebarkannya dan memiliki pengikut yang tidak sedikit ini kerana ajaran seperti ini tumbuh di Iran yang merupakan tempat yang subur bagi ajaran sesat seperti Ismailiyah dan Syiah yang merupakan pangkal ajaran sesat. Begitu pula ajaran ini didukung kekuatan penjajah. Iaitu yang tujuannya untuk membenarkan penjajahan mereka dan menghapuskan syariat jihad melawan penjajah seperti halnya Qadiyani. Setelah kematiannya, maka kepemimpinan dilanjutkan oleh menterinya Baha Husain bin Mirza yang lahir di Iran tahun 1233 dan mati tahun 1309, lalu kelompok ini dikenal dengan Bahaiyyah dinisbatkan kepadanya.
*CIRI-CIRI AJARAN BAHA'I*
Dalam setiap ajaran sesat itu pasti ada sesuatu kesesatan atau perkara yang bercanggah dengan akidah Islam dan pandangan Ahli Sunnah Wal Jama'ah. Di antara kesesatan yang berlaku dalam ajaran bahai ialah:
a) Beriktikad bahawa pengasasnya ialah jelmaan Alloh Subhanahu' Wa Ta'ala
b) Beriktikad bahawa semua agama adalah sama dan digabungkan dalam ajaran Bahai.
c) Beriktikad bahawa alam ini bersifat baqa (kekal).
d) Beriktikad bahawa kitab suci mereka iaitu Al-Bayan memansuhkan semua kitab samawi.
e) Beriktikad bahawa Nabi Isa mati disalib.
f) Mengagungkan kod 19 hingga kononnya Al-Quran dipengaruhi oleh kod tersebut.
g) Menolak kewujudan mukjizat, malaikat, syurga dan neraka.
h) Memansuhkan agama Islam.
i) Menganggap Acre di Palestin sebagai kiblat baru.
j) Mengubah bentuk-bentuk ibadat seperti puasa 19 hari, solat sebanyak 9 rakaat dan dikerjakan 3 kali sehari, dan berwuduk dengan air mawar atay diganti dengan bacaan Bismillahil Athar sebanyak lima kali.
k) Menghapuskan jihad.
Disadur dari Buku Aliran dan Paham Sesat di INDONESIA, Penulis: Hartono Ahmad Jaiz, Terbitan: Pustaka Al Kautsar, Jakarta
*****
Ketua MUI KH.Cholil Ridwan (Ketua MUI Tahun 2005-2015): Bahaâ iyyah Aliran Sesat
Sumber dari Wikipedia, bahwa Agama Baháâ à(bahasa Arab: ïº ﻬïº ïº ï»´ïº ; Bahaâ iyyah) adalah agama monoteistik yang menekankan pada kesatuan spiritual bagi seluruh umat manusia. Agama Bahaâ i lahir di Persia (sekarang Iran) pada abad 19. Pendirinya bernama Baháâ uâ lláh. Pada awal abad kedua puluh satu, jumlah penganut Baháâ àsekitar enam juta orang yang berdiam di lebih dari dua ratus negeri di seluruh dunia.
Bahaâ iyyah adalah suatu mazhab yang bersumber dari Syiah Itsna â Asyariyyah. Meskipun Prof. Dr. Muhammad Abu Zahrah memasukkan mazhab/aliran ini ke dalam bukunya, Tarikh al-Mazhahib al-Islamiyyah, namun beliau mengatakan tidak berarti Bahaâ iyyah merupakan mazhab yang Islami.
Mazhab ini dicetuskan oleh Mirza Ali Al-Syirazi, lelaki kelahiran Iran pada 1152 H/1820 M. Mirza merupakan pengikut mazhab Syiah Itsna â Asyariyyah, dan bahkan ia melampaui batas dari mazhab ini. Ia menggabungkan antara mazhab Syiah Itsna â Asyariyyah dan beberapa pendapat yang menyimpang dalam mazhab Ismailiyyah serta pemikiran hulul (Tuhan menjelma pada makhluk-Nya) yang dikatakan oleh Sabaâ iyyah. Dari sini saja sebenarnya sudah diketahui bila mazhab ini membawa ajaran yang menyimpang dari Islam.
Mirza Ali Al-Syirazi mengaku bila dirinyalah yang menyuarakan ilmu Sang Imam (Imam kedua belas yang tersembunyi dalam mazhab Syiah Itsna â Asyariyyah, red). Ia mengklaim dirinya merupakan pintu masuk kepada Sang Imam. Ia menyatakan dirinya telah diberi ilmu nurani oleh Sang Imam. Maka, di mata pengikutnya ia menjadi hujah terhadap apa yang dikatakannya, tak ada yang berani membantah pendapatnya dan sempurna sebagaimana layaknya Sang Imam. Ia berhak untuk mendapatkan ketaatan mutlak dari pengikutnya.
Selanjutnya, ia juga melontarkan pemikiran bahwa ia memindahkan ilmu Sang Imam dan mengklaim bahwa dirinyalah al-Mahdi al-Muntazar (imam yang ditunggu-tunggu) itu. Ia mengklaim bahwa Allah menjelma dalam dirinya, bahwa dirinyalah tempat yang dipilih untuk menampakkan diri-Nya kepada makhluk-Nya. Ia mengklaim menjadi jalan bagi munculnya Nabi Isa dan Musa.
Setelah mengemukakan konsep-konsep keyakinannya secara teoritis, Mirza Ali kemudian mengumumkan konsep akidahnya yang bersifat praktis, seperti:
Pertama, ia tidak mempercayai hari kiamat, adanya surga dan neraka dan adanya pembalasan pahala dan dosa setelah penghitungan amal. Ia menyatakan bahwa apa yang disebut dengan pertemuan Allah di akhirat tidak lain hanyalah isyarat tentang kehidupan spiritual yang baru.
Kedua, ia mengumandangkan bila ia merupakan penjelmaan yang sebenarnya dari semua nabi yang terdahulu. Semua risalah ketuhanan bersatu dalam dirinya. Oleh karena itu, semua ajaran agama bertemu dalam dirinya: Yahudi, Nasrani dan Islam.
Ketiga, kepercayaan terhadap hulul, yaitu Allah menjelma dalam dirinya secara langsung.
Keempat, tidak mengakui risalah Muhammad Shallallohu' Alaihi wa Sallam sebagai risalah terakhir.
Kelima, ia senantiasa menyebutkan kumpulan huruf-huruf dan hitungan angka bagi masing-masing huruf. Berdasarkan totalitas angka dan huruf-huruf itu ia menyatakan berbagai klaim yang ganjil. Misalnya angka 19 ia nilai memiliki kedudukan khusus yang tinggi.
Mirza Ali juga mengganti sejumlah hukum Islam, diantaranya menetapkan bahwa wanita setingkat dengan laki-laki dalam hal warisan dan lainnya dan menyerukan persamaan mutlak antara semua manusia, tanpa membedakan jenis kelamin, agama dan warna kulit, yang secara garis besar hal itu sesuai dengan hakikat keislaman. Semua pikiran-pikiran menyimpang ini ia tulis dalam bukunya â Al-Bayanâ .
Menurut Syaikh Muhammad Abu Zahrah, pendapat-pendapat Mirza Ali di atas secara keseluruhan merupakan penyimpangan dari ajaran Islam. Bahkan merupakan pengingkaran terhadap hakikat Islam, menghidupkan pemikiran hulul (penjelmaan Tuhan) dalam diri Ali bin Abi Thalib yang diklaim oleh Abdullah Ibnu Sabaâ . Hal ini tentu saja membawa pada kekafiran. Oleh karena itu, kata Syaikh Abu Zahrah, pemerintah memberantas aliran ini, memburu Mirza dan pengikutnya serta mengusir mereka dan menghukum mati Mirza pada 1850 M. Ia hanya berusia 30 tahun.
Sebelum mati, Mirza Ali telah memilih dua pengikutnya untuk melanjutkan gerakannya. Shub â Azal yang berdomisili di Cyprus dan Bahaâ ullah yang bertempat tinggal di Adrinah (Adrionopel), wilayah Turki. Pengikut Bahaâ ullah merupakan mayoritas dalam mazhab ini. Mazhab Bahaâ iyyah sendiri dinisbatkan kepada Bahaâ ullah, sehingga disebut Bahaâ iyyah. Belakangan, Pemerintahan Turki Utsmani membuang Bahaâ ullah ke â Akka.
Di â Akka, Bahaâ ullah membukukan mazhab syiriknya. Ia menentang Alquran untuk menentang kitab â Al-Bayanâ yang dikarang gurunya dan mulai menulis dalam bahasa Arab dan Persia. Karyanya yang populer adalah â Al-Aqdasâ . Ia mengatakan bahwa semua yang terkandung dalam bukunya itu diwahyukan kepadanya. Ia mengaku kekal bersama kekelan Dzat Yang Mulia. Sejumlah aturan dalam syariat Islam dia ubah, seperti membuat hukum keluarga baru dengan melarang poligami, melarang talak dan membuang konsep â iddah pada wanita yang bercerai. Kemudian ia juga menghapus salat berjamaah, mengubah arah kiblat dari Kaâ bah di Makkah ke tempat dimana Bahaâ ullah tinggal. Ia juga membatalkan semua ketentuan yang dibawa Islam mengenai hukum halal dan haram dalam jual beli, makanan dan lainnya serta menempatkan akal pada posisi syariat Islam dalam menetapkan hukum-hukum itu.
Kejayaan Bahaâ ullah berakhir dengan kematiannya pada Mei 1892. Aliran Bahaâ iyyah sangat agresif perkembangannya di negeri-negeri Islam pada masa kolonialisme, karena ia didukung oleh musuh-musuh Islam. Aliran ini, seperti ditulis penulis buku Al-Aqidah wa al-Syariah sebagaimana dikutip Syaikh Abu Zahrah, menyebar luas di berbagai kawasan Amerika Serikat dan bahkan bermarkas di Chicago. Wallahu aâ lam bis showab. (Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani, S.Pd, M.MPd, M.Pd, I/Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat, Praktisi dan Pengamat PAUDNI/Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal, Aktivis Pendidikan dan Kemanusiaan, Domisili Saat ini di Bekasi Kota dan Kabupaten Bekasi/Babelan City-Jawa Barat)
Disampaikan Oleh: *KH. A. Cholil Ridwan, Lc* Ketua MUI Pusat Periode 2005-2015
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.