Buku Cerita Anak Bilingual, Cara Mahasiswa UNDIP Kenalkan Covid-19 Pada Anak Usia Dini
Eduaksi | 2021-08-07 13:34:52Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang secara resmi menerjunkan Tim II Kuliah Kerja Nyata (KKN) periode 2021 pada (30/06/2021). Dengan mengusung tema Sinergi Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan Masyarakat di tengah Pandemi Covid-19 Berbasis Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), diharapkan output yang diberikan oleh mahasiswa KKN kepada masyarakat dapat membantu meminimalisir penyebaran Covid-19 di seluruh Indonesia.
Tren peningkatan kasus positif Covid-19 akhir-akhir ini menimbulkan kekhawatiran yang berdampak besar terhadap beberapa sektor kehidupan. Salah satu aspek yang paling terdampak adalah aspek pendidikan. Di masa pandemi, adanya pembelajaran secara online (daring) memicu berbagai permasalahan, salah satunya adalah bagaimana akses pendidikan bahasa Inggris yang baik bagi anak usia dini yang dirasa kurang memadai. Padahal, di era globalisasi, penguasaan bahasa Inggris menjadi satu aspek yang kian hari kian wajib dicanangkan sejak dini, dan menjadikan pengetahuan bahasa Inggris menjadi salah satu aspek penting pembelajaran anak.
Penyebaran Covid-19 yang semakin meluas di Indonesia ternyata juga berdampak langsung kepada anak-anak usia dini yang mayoritas belum mengenal Covid-19 dengan baik. Kurangnya pengetahuan anak mengenai Covid-19 cenderung akan membuat anak mengabaikan bahaya Covid-19 di sekitar mereka.
Melihat situasi tersebut, Christine Elizabeth (21), salah satu mahasiswa KKN Universitas Diponegoro merasa bahwa pengenalan Covid-19 kepada anak melalui pendekatan yang baik akan meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan anak.
Ia melihat langsung permasalahan ini dalam cerminan anak usia dini di wilayah Kelurahan Jangli, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang yang seringkali bermain di luar rumah tanpa masker. Sehingga, sebuah terobosan diciptakan Christine dalam membantu mengatasi kedua masalah tersebut secara bersamaan.
Buku Cerita Anak Bilingual dipilih menjadi salah satu bentuk pengabdian Christine terhadap masyarakat, yang menyasar langsung anak usia 6-12 tahun di wilayah Kelurahan Jangli.
Christine memilih media komik karena anak-anak cenderung lebih tertarik dengan media gambar dibandingkan tulisan. Berjudul Apa Itu Covid-19?, Buku Cerita Anak Bilingual ini berisi pengetahuan dasar mengenai Covid-19 yang dibalut dalam versi comic strip serta campuran Bahasa Indonesia-Bahasa Inggris dasar yang sangat ramah dibaca anak-anak. Beberapa karakter di dalamnya seperti Pina dan Mina menjadi bentuk penggambaran diri mereka sebagai anak-anak, agar mereka dapat menikmati ceritanya dengan mudah.
Dalam pelaksanaannya, karena penyebaran Covid-19 yang masih meluas khususnya di Kota Semarang, pendistribusian Buku Cerita Anak Bilingual ini tidak dilakukan secara langsung kepada anak, melainkan melalui perwakilan orangtua yang dilaksanakan pada Jumat (30/08/2021).
Terobosan ini disambut dengan baik oleh orangtua yang diwakilkan oleh Wakil Ketua PKK Kelurahan Jangli. Ia menyatakan tidak menyangka akan ada program kerja yang berkaitan dengan Covid-19 berbentuk sebuah buku cerita, âSaya rasa program ini sangat luar biasa dan out of the box, bagaimana melalui buku ini, anak-anak dapat mengenal Covid-19 melalui media yang pastinya mereka sukaiâ, ujar Ibu Pur.
Bersama dengan tiga perwakilan orangtua lainnya, pendistribusian Buku Cerita Anak ini diselingi dengan sharing mengenai masalah-masalah yang dihadapi anak di masa pandemi, di mana salah satunya adalah kesulitan anak dalam memahami materi pembelajaran dengan baik.
Melihat situasi tersebut, mereka pun bersyukur akan adanya Buku Cerita Anak ini, yang tentunya dapat memberikan dampak positif serta manfaat yang besar di bidang pendidikan bagi anak usia dini di Kelurahan Jangli.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.