Mengenal Festival Kembang Api yang Ada di Jepang
Olahraga | 2021-08-05 12:19:32Jepang adalah negara yang memiliki hal unik pada setiap musimnya. Musim Semi (Spring 春 Haru) identik dengan bunga sakuranya yang indah, musim gugur identik dengan daun maple yang berubah warna kemerahan, sedangkan musim dingin( winter 冬 fuyu) yang meskipun sangat dingin justru memiliki pesona hujan salju yang menawan. Lalu bagaimana dengan musim panas (Summer 夏 Natsu)?
Sebagai orang Indonesia yang lahir, tinggal, dan tumbuh di Indonesia, saya belum pernah merasakan festival kembang api ini. Namun begitu saya tertarik dengan bahasa dan kebudayaan Jepang, saya pun mulai menyadari perbedaan musim panas yang ada di Indonesia dan Jepang. Setelah tsuyu (musim hujan sebagai musim peralihan dari musim semi ke musim panas) berakhir, beralihlah ke musim panas dan saat musim ini lah banyak festival yang dirayakan.
Saat musim panas (natsu) warga jepang beramai-ramai menggelar event yang kental akan nuansa kearifan lokal Jepang seperti festival tanabata, gion matsuri, ine matsuri, obon matsuri, dan lain sebagainya. Karena bagi warga Jepang, musim panas adalah waktu yang tepat untuk berkegiatan di alam.
Selain itu, pantai yang awalnya sangat sepi pengunjung jadi sangat ramai karena pada musim panas masyarakat Jepang biasanya pergi ke pantai untuk berenang atau sekedar berekreasi. Tentunya ini adalah moment langka karena hanya bisa dilakukan saat musim panas saja. Beda dengan di Indonesia, setiap hari berenang di pantai sampai lelahpun tidak ada yang melarang.
Dari semua kegiatan musim panas yang saya sebutkan diatas, ada salah satu aktivitas yang menjadi puncak sekaligus hal yang tidak boleh terlewat saat musim panas, yaitu Festival Kembang Api yang biasa disebut Hanabi matsuri. Seperti yang kita tahu, orang berbondong-bondong menyalakan kembang api biasanya saat tahun baru. Namun di Jepang kembang api justru dirayakan saat musim panas. Kenapa ya?
Kepopuleran kembang api dimulai sejak Ieyasu Tokugawa menjabat sebagai shogun di zaman Edo(Nama tokyo dahulu kala). Saat itu, Ieyasu mendapatkan hadiah dari pedagang tiongkok dan raja Inggris, James I berupa kembang api. Karena ia sangat menyukainya, sejak saat itu kembang api sering dinyalakan didekat sungai Sumida dan orang-orang sekitar daerah itupun menikmati keindahan kembang api sambil merasakan hembusan angin malam.
Kegiatan menyalakan kembang api itu resmi menjadi festival publik pada tahun 1733. Tujuannya untuk menenangkan 1juta arwah orang yang meninggal akibat kemiskinan ditahun sebelumnya sekaligus menjadi sarana hiburan bagi masyarakat. Seiring berjalannya waktu, kegiatan ini menjadi populer dikalangan tokoh-tokoh penting di Edo. Acara ini pun tetap dilaksanakan ditepi sungai Sumida hingga saat ini.
Melihat kembang api di musim panas sama rasanya seperti memandangi bunga-bunga di musim semi. Setiap daerah memiliki jadwal perayaan festival kembang api sendiri. Dengan begitu, jumlah kembang api yang dibakar dan bentuknya pun menyesuaikan lokasi tersebut. Makanya, tak aneh jika festival ini menjadi favorit bagi rakyat jepang maupun turis yang berkunjung ke jepang. Belum lengkap rasanya melewati musim panas di Jepang tanpa menyaksikan hanabi, jika kalian ini ke Jepang dan ingin menikmati keseruannya, festival ini diselenggarakan sekitar pada bulan Juli hingga Agustus. Dan jangan heran jika ramai orang memakai yukata mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, karena itu merupakan suatu hal yang menambah keunikan dari acara ini.
Adam Kusuma
Mahasiswa Administrasi Publik, FISIP UMJ
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.