Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Bank Sampah Alam Lestari Ceme

Info Terkini | Wednesday, 04 Aug 2021, 12:54 WIB
Botol minuman yang disulap menjadi piring

Sebelum tahun 2016 barang bekas seperti botol, gelas plastik bekas minuman, plastik, pecahan kaca dan barang bekas buatan pabrik lainnya dibuang begitu saja oleh warga Dusun Ceme, Srigading, Sanden, Bantul. Saat itu masyarakat masih menganggap barang-barang bekas tersebut tidak bermanfaat, bahkan dianggap sebagai sampah yang mengotori rumah atau lingkungan. Namun kini, barang-barang bekas tersebut tersimpan rapi di rumah masing-masing warga untuk kemudian disetorkan ke Bank Sampah Alam Lestari. Mulai Tahun 2016 didirikan Bank Sampah Alam Lestari yang menjadi tempat menampung dan menyimpan sementara barang bekas yang dikumpulkan warga.

Pembentukan Bank Sampah Alam Lestari berawal dari keprihatinan beberapa orang yang melihat fenomena warga yang membuang sampah di pekarangan tetangga. Dari situlah muncul ide untuk mengelola sampah agar tidak merusak lingkungan. Berawal dari obrolan santai terkait banyaknya sampah plastik dan pecahan kaca serta barang bekas buatan pabrik lainnya yang berserakan di halaman rumah, muncul ide untuk mengumpulkan dan menampung sampah barang bekas dari rumah-rumah warga.

Awalnya ada tiga jenis nama usaha pengumpulan barang bekas yang hendak dibentuk yakni sodakoh sampah, koperasi sampah atau bank sampah. Setelah diskusi lebih lanjut kemudian disepakati untuk membentuk bank sampah dan diberi nama “Bank Sampah Alam Lestari". Dengan dukungan warga masyarakat dan Kalurahan Srigading, Secara resmi Bank Sampah didirikan pada 4 Maret 2016, Pembina : Mujiman, Ngadiyo, Mujiya, M.Pd, Direktur : 1. Slamet 2. Agung Heri Purwanto, Sekretaris : 1. Sarmuji 2. Novi Lestari, Bendahara : Kultus Dwi Padmono,ST 2. Mujiyati dan dilengkapi dengan beberapa bidang : Pelayanan Nasabah, Pemasaran, Pengolahan dan Pemanfaatan.

Untuk operasional kegiatan sampai saat ini masih meminjam "kantor" halaman samping rumah mantan dukuh di RT 05 Dusun Ceme.

Slamet (Direktur Bank Sampah Alam Lestari Ceme) bersama alat pengpres plastik

Bank Sampah Alam lestari memiliki visi Mewujudkan masyarakat yang peduli dan sadar lingkungan. Sedangkan misinya adalah :Memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya melestarikan lingkungan dan membiasakan hidup sehat, mengadakan studi banding ke Bank Sampah lain, memberikan pendidikan ke generasi muda tentang pengolahan sampah

Dengan filosofi “memayu hayuning bawana” yang bermakna memperindah dunia, Bank Sampah Alam Lestari bukanlah lembaga yang bertujuan mencari untung (nonprofit) namun sebagai suatu lembaga yang terus mengupayakan agar lingkungan terjaga kebersihan dan keindahannya. Seluruh pengurus tak ada yang mendapatkan gaji, semuanya rela berjuang demi bersihnya lingkungan.

Bank Sampah Alam Lestari berfungsi sebagai tempat menabung/ menampung sampah-sampah barang bekas dari warga. Setiap warga mengumpulkan barang-barang bekas di rumah masing-masing dan dipilah-pilah barang bekas kering dan basah. Dan yang disetorkan ke bank sampah hanya sampah kering. Sampai saat ini Bank sampah belum bisa mengelola barang bekas basah untuk menjadi pupuk kompos, namun kedepannya peluang untuk menampung sampah basah tetap terbuka.

Warga "menabung" atau menyetor sampah yang sudah dipilah ke Bank Sampah Alam Lestari hanya selapan (35 hari) sekali yakni tiap Minggu Wage. Di Bank Sampah, barang bekas ditimbang dan dicatat jenis, jumlah/ berat dan nama penabung. Setelah dirasa sudah banyak, barang bekas atau sampah yang ditabung warga tersebut kemudian dijual ke perusahaan penampung dan pengolah barang bekas Jati Plastik di Donotirto, Kec Kretek, Kab Bantul. Dan hasil uang hasil penjualan ditabung dan baru diambil atau dicairkan pada akhir tahun.

Hasil yang diperoleh warga yang setor sampah bervariasi, ada yang mendapat Rp 200 ribu, ada yang dapat Rp 400 ribu bahkan ada yang dapat Rp 700 ribu per tahun. Jadi, tergantung sedikit atau banyaknya barang bekas yang ditabung masing-masing warga tiap tahun.

Melihat hasil yang dicapai, warga pun berlomba-lomba "menabung" barang bekas ke Bank Sampah Alam Lestari. Kalau pada awal dibentuknya bank sampah pada tahun pertama nasabahnya hanya 30 orang, kemudian tahun kedua meningkat menjadi 60 orang dan kini sudah lebih dari 80 nasabah. Dan lingkungan kampung pun kini bersih dari barang bekas atau sampah-sampah plastik atau barang bekas buatan pabrik,

Untuk membahas berbagai permasalahan, setiap malam Sabtu Kliwon diadakan pertemuan pengurus sambil membawa iuran/ setoran 3 botol plastik bekas dan arisan sepuluh ribu rupiah,

Rumah pilah untuk memilah berbagai macam sampah

Selain mengumpulkan, memilah dan mencatat aneka sampah dari warga, ibu ibu anggota Bank Sampah Alam Lestari mengikuti pelatihan di Kawasan pantai Pengklik yang diselenggrakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul pada 23 Februari 2017. Pelatihan itu berupa pemanfaatan limbah plastik untuk diolah menjadi kerjinan yang berupa bunga, celengan, bross, tirai, piring, tas dan dompet.

Kreativitas membuat sesuatu yang tak berguna menjadi barang bernilai ekonomi dan seni tinggi. Dengan kreativitas plus ketrampilan yang memadai, suatu barang yang tak bernilai menjadi sesuatu yang indah. Selain mengubah kantong plastik kresek menjadi bunga hias dan bros yang indah, mereka juga membuat botol plastik bekas minuman ringan menjadi piring atau tempat buah yang indah.

Karena belum ada kios atau toko khusus untuk memajang produk kerajinan hasil karya kerajinan tangan para ibu yang semuanya berbahan baku barang bekas tersebut dipajang rapi di sebuah etalase. Setiap pengunjung yang datang untuk belajar dan studi banding selalu menyempatkan diri melihat, belajar, dan membeli barang-barang kerajinan yang indah tersebut.

Kreativitas dan keterampilan yang dimiliki ibu-ibu di Dusun Ceme maupun keberadaan bank sampah cukup membuat lingkungan menjadi bersih. Tidak ada lagi sampah-sampah barang bekas produk pabrik yang berserakan, karena semuanya dikumpulkan lalu ditabung di bank sampah, dan sebagian diolah menjadi produk kerajinan bernilai ekonomi dan seni tinggi.

Pembina Bank Sampah Mujiman juga turut mewarnai aneka produk kerajinan dengan bahan ban bekas, banner bekas untuk dibuat lukisan yang menarik. Mujiman juga memanfaatkan akar pohon yang hanyut di sungai Winongo kecil dibuat hiasan yang bernilai estetika yang banyak diminati turis mancanegara.

Namun demikian perlu dukungan nyata dari pemerintah, antara lain dalam hal pemasaran dan promosi produk agar semakin banyak yang laku terjual.

Selama ini promosi dan penjualan baru sebatas diikutsertakan dalam pameran, tapi belum disediakan tempat khusus untuk memajang atau tempat menjual produk.

Melihat kesungguhan dan kegigihan anggota Bank sampah Alam Lestari, pihak Pemerintah Desa Srigading membantu menfasiltasi kerjasama dengan pihak lain diantaranya dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yg memberikan hibah mesin pres sampah yang diterimakan 7 Agustus 2016. Fungsi dari Mesin Press tersebut adalah untuk mengepres sampah plastik agar tersusun lebih ringkas dan dan lebih rapi sehingga bisa menghemat ongkos pengiriman. Selama ini bahan baku press berupa botol air mineral (PET), duvlek, kertas, dan sak semen. Bahan baku diperoleh dari tabungan sampah warga maupun dengan membeli dari luar seperti TPS Desa Triharjo dari Rumah Sakit, maupun dari sekitar TPA Banyuroto kulon Progo.

Sedangkan Pemkab Bantul melalui Dinas Lingkungan Hidup juga memberi bantuan “Rumah Pilah” bernilai ratusan juta yang benar-benar sangat bermanfaat untuk tempat memilah berbagai sampah yang ada. Bank sampah Alam Lestari saat ini berada dibawah pendampingan CV. Persada Unilever Indonesia dan juga tergabung di forum komunikasi Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) "AMOR" Bantul.

Sumartanti (kiri) Srikandi Sungai dari Ceme

Dengan adanya media sosial seperti facebook, instagram serta media online keberadaan Bank Sampah Alam Lestari makin dikenal luas. Bank sampah beberapa kali menerima kunjungan dari berbagai daerah baik lingkup DIY maupun luar daerah yang ingin belajar tentang pengelolaan sampah. Beberapa yang pernah berkunjung diantaranya Masyarakat Kecamatan Kaubun Kutai Timur Kaltim yang terdiri Camat, Kepala Desa, Sekdes, BPD, LPMD, Ketua Tim Penggerak PKK Selasa (5/9/2017), Lurah Desa dari Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan mengunjungi Bank Sampah Alam Lestari Dusun 2 Ceme Srigading Sanden, Bantul, Rabu (13/12/2017), Tokoh Distrik Makimi Kabupaten Nabire Papua yang terdiri 3 Kepala Desa : Parno, Kristiani, Matius Gobay dan beberapa tokoh masyarakat, Selasa (20/11/2018).

Banyak pula kunjungan dari instansi pemerintah dan PT seperti : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul,Mahasiswa UGM, Mahasiswa UIN Yogyakarta, Mahasiswa STTNAS Yogyakarta, Tim Ahli Bupati Bantul, Camat Sanden, Akademisi dari UTM (Universita Teknologi Malaysia), Akademisi UGM, Peserta Chair RRPG

Banyaknya kunjungan tersebut juga tak lepas dari peran Konsultan Lembaga Seboratu Sahabat Alam dan ditunjang prestasinya masuk lima besar bank sampah pemula tingkat DIY dan Juara 1 karnaval dengan pakaian bahan daur ulang tingkat Kabupaten Bantul.

Selain menerima kunjungan dari beberapa daerah di tanah air, tercatat pula ada kunjungan dari mancanegara seperti Beberapa Dosen dari Mancanegara yang terdiri Prof. Nicholas (Barlett School of Planning), Prof. Ibrahim Ngah (UTM Malaysia), Prof. Suriati Ghazali (USM Malaysia) Rabu (17/5/2017) untuk melihat secara langsung pengolahan sampah di Ceme. Rombongan yang terdiri 40 orang tersebut tergabung dalam “Rural Research and Planning Group” yang tengah menggelar “The 8th International Conference and Field Study” di UGM Yogyakarta 16 s.d 17 Mei 2017.

Sementara 28 Oktober 2018 Tim video WhatsApp Centre California yang dikoordinir oleh Nicholas Bruckman juga berkunjung untuk mengabadikan kegiatan yang ada di Bank Sampah dalam bentuk video.

Kehadiran kunjungan dari mancanegara tersebut tak bisa lepas dari peran UGM yang Sejak 2016 Ceme menjadi Desa Mitra dari Laboratorium Kewilayahan, Fakultas Geografi UGM, Srigading Menjadi Desa ramah perempuan dan lingkungan pertama yang diresmikan Menteri PPPA RI pada Oktober 2017. Di Ceme juga memiliki Srikandi Sungai Indonesia Kabupaten Bantul yang pertama dan dilantik langsung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Suzana Yambise, DIP.Apling, MA pada 10 Juni 2017.

Kerajinan dari ban bekas karya Mujiman (pembina Bank Sampah)

Saat ini Bank sampah Alam Lestari memiliki kelompok pengrajin daur ulang sampah plastik yang dibentuk menjadi hiasan bunga, bros, piring, dan lain sebagainya.sampai sekarang kelompok ini juga rajin mengikuti pameran diberbagai event di wilayah Bantul. bahkan beberapa anggota pernah diundang untuk memberikan pelatihan pengelolaan sampah. Selain itu juga terbentuk Kelompok Wanita Tani yang memanfaatkan sampah organik diolah menjadi pupuk untuk ditanami berbagai jenis sayuran.

Srikandi Sungai Bank Sampah Alam Lestari Ceme Srigading Sanden Bantul yang dipimpin Sumartanti, mendapat kepercayaan memberikan pelatihan kepada 30 perwakilan dusun, pengurus dan anggota PKK Desa Girisekar Panggang Gunungkidul, pernah juga di memberi pelatihan di Desa Pendowoharjo.

Tak ketinggalan juga memberi memberi pelatihan untuk siswa di Sekolah : MTsN 5 Bantul, SMPN 2 Sanden, TK se Srigading, TK IT Assalam Sanden, SD 1 Kretek.

Sesuatu yang dilakukan dengan sungguh-sungguh pada akhirnya juga membawa banyak manfaat. Sampah yang oleh kebanyakan orang dianggap kotor, mengganggu tak berguna namun dapat membawa berkah.

Bertepatan dengan tanggal berdirinya, setiap setahun sekali Bank Sampah membagikan tabungan kepada warga disertai kegiatan variatif, pernah tumpengan, jalansehat Senin tanggal 24 April 2017, dll.

Kini Dusun Ceme makin dikenal dari dalam maupun luar negeri berkat sampah, dan ekonomi masyarakat juga mengalami peningkatan.

Tim video WhatsApp Centre California yang dikoordinir oleh Nicholas Bruckman menerima cinderamata dari Slamet

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image