Inspirasi dari Tetangga, Kibarkan Bendera Setengah Tiang Saat Agustusan
Eduaksi | 2021-08-04 07:09:17Inspirasi dari Tetangga, Kibarkan Bendera Setengah Tiang Saat Agustusan
Oleh Toto TIS Suparto
Suasana Agustus mulai terasa. Peringatan 76 tahun Indonesia merdeka pelan-pelan kelihatan di permukiman. Dimulai 1 Agustus, masyarakat mengibarkan bendera Merah Putih yang rencananya sebulan penuh, hingga 31 Agustus. Memang, belum semua rumah pasang bendera. Mungkin banyak yang lupa karena pikiran terkuras kepada penanganan corona. Lazimnya di perumahan, standard pengibaran bendera juga sekenanya. Tiang ala kadarnya, bendera yang penting merah-putih. Pengalaman tahun lalu, sebulan bendera setiang penuh itu akan dibiarkan kepanasan, hujan ( beberapa hari ini masih ada hujan), bahkan kotor berdebu.
Tetapi tetangga saya berbeda dengan yang lainnya. Ia pasang bendera setengah tiang. Lebih rendah dari pada kerimbunan pepohonan tambulapot (tanaman dalam pot). Diam-diam saya penasaran juga, mengapa dipasang setengah tiang?
Tanpa basa-basi saya kirim chat via WA soal pemasangan bendera tadi.
"Pak, kok pasang bendera setengah tiang?" tanya saya.
"Lho...kan kita sedang berkabung," katanya.
"Pejabat siapa Pak yang meninggal?," tanya saya lagi.
"Piye to Dik, mosok gak baca berita, kan banyak dokter dan tenaga kesehatan yang meninggal. Mosok kita nggak berkabung. Kepada korban PKI saja kita berkabung, ini pahlawan corona kok biasa-biasa wae. Setidak-tidaknya ya pasang bendera setengah tiang Dik".
****
Mak jleb, saya baca balasan WA itu berulang-ulang. Bener juga ya tetangga satu ini. Kita kan memang sedang berkabung. Saudara, tetangga, relawan, dokter, tenaga kesehatan gugur berperang melawan virus.
IDI melaporkan selama pandemi ( hingga 27 Juli) dokter yang gugur mencapai 598 orang. Kemudian berdasarkan data yang dikumpulkan LaporCovid-19, sampai Minggu (25/7/2021), tercatat 1.511 nakes yang gugur. Belum lagi terhitung relawan dan aparat yang menjadi garda terdepan penanganan Covid 19. Mereka menjadi bagian dari 94.119 orang yang meninggal terpapar Covid 19.
Tetangga saya itu juga tak menyalahi aturan. Menurut Pasal 12 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, pengibaran bendera setengah tiang sebagai tanda berkabung. Ada beberapa poin lagi, tetapi intinya berkabung boleh ditandai dengan kibaran bendera setengah tiang.
Saya jadi teringat ketika kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam (subsunk) usai tim melakukan pencarian selama tiga hari atau 72 jam. Kabar ini disampaikan langsung oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dalam jumpa pers di Bali, Sabtu, 24 April 2021. Sebanyak 53 kru KRI Nanggala-402 dinyatakan gugur.
Saat itu Panglima menyatakan prajurit-prajurit terbaik Hiu Kencana telah gugur saat melaksanakan tugas di perairan utara Bali. Maka dari itu, sehari kemudian seluruh prajurit TNI Angkatan Laut diminta mengibarkan "bendera setengah tiang" untuk menghormat 53 kru KRI Nanggala-402 yang gugur. Pengibaran bendera setengah tiang sebagai tanda berkabung itu dilakukan selama tujuh hari ke depan.
Hal yang sama antara tetangga saya dan Mabes TNI Angkatan Laut, yakni memberikan tanda atau simbol berkabung dan penghormatan dengan mengibarkan bendera setengah tiang. Hal yang membedakan, prajurit TNI AL mengibarkan bendera setengah tiang karena ada instruksi afau edaran dari Mabes TNI AL. Sementara tetangga saya sepenuhnya berdasarkan dorongan hati nuraninya.
****
Hati nurani menjadi pijakan tatkala akan mengambil sebuah keputusan. Pijakan ini tanpa ada intervensi dari luar. Semua proses sampai menelurkan keputusan didasari suatu kesadaran moral. Inilah kesadaran untuk menentukan apa yang seharusnya dilakukan atau sebaliknya tidak melakukan tindakan. Dari suara hati itulah muncul rambu-rambu yang menjadi petunjuk di jalan kebaikan.
Hati nurani tetangga saya menuntun untuk mengibarkan bendera setengah tiang sebagai simbol duka, kehilangan, disertai dengan rasa hormat, selayaknya diikuti walau tidak ada instruksi sekalipun. Baginya yang paling utama adalah mengekspresikan rasa berkabung, karena alasannya sama dengan Panglima. Para kru KRI Nenggala 402 gugur saat bertugas, begitupun dokter dan nakes gugur saat bertugas mengabdi kepada bangsa. Tanpa menunggu instruksi, tetangga saya tetap pada dorongan hati nuraninya, sekalipun bendera setengah tiang itu berkibar sendirian selama Agustus ini. Tetapi ini setidaknya menjadi inspirasi kita, kenapa tidak kibarkan bendera setengah tiang ya?(*)
Toto TIS Suparto, Analis di Institut Askara
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.