Setelah Tiktok Sukses, Kini Ada Reels dan Short
Olahraga | 2021-08-03 10:10:29Dulu saat platform Youtube diluncurkan ke publik banyak pihak yang terpana. Banyak yang beranggapan ide membuat platform ini gila. orisinal. Jika sebelumnya orang harus meminjam kaset video untuk menikmati film atau video musik di rumah, dengan Youtube semua direvolusi. Tak perlu semua itu, cukup buka Youtube dan semua ada di sana.
Pamor Youtube pun melesat. Karena banyak orang menggunakannya sebagai hiburan, belajar, hingga alat personal branding. Apalagi setelah wabah monetisasi Youtube memancing banyak pihak 'mengail' di kanal ini. Banyak yg kemudian kaya raya dari platform ini. Bahkan Youtuber (sebutan untuk pengunggah/ kreator konten di Youtube) kemudian dijadikan profesi idaman.
Setali tiga uang dengan awal kemunculan Instagram. Platform berbagi foto itu berbeda dengan YT, tidak menjual gambar bergerak sebagai 'jualannya' namun lebih ke foto. Akhirnya muncul banyak model-model dadakan yang kemudian populer dengan sebutan selebgram, figur publik yang terkenal di platform Instagram.
Instagram yang awalnya hanya jadi mainan personal, kemudian naik kelas jadi tools marketing brand. Banyak brand yang kemudian mempercayakan IG sebagai salah satu tools marketingnya. Mereka masuk ke dalam vibesnya Instagram karena 'konsumen' mereka ada di situ. IG jadi media promo yang cukup ampuh.
Lalu hadirlah si Tiktok dari negeri tirai bambu. Platform ini sangat berbeda dari dua pendahulunya. Jika Youtube memajang karya berdurasi panjang, sementara IG lebih konsentrasi di foto, yang kemudian memunculkan istilah instagramable (style dan angle foto yang khas Instagram). Tiktok benar-benar berbeda.
Tiktok menawarkan sebuah hal berbeda dari platform yang pernah ada. Tiktok tidak bermain di area video panjang atau foto-foto cantik ala Instagram, Tiktok menawarkan suatu hal baru, video berdurasi mini. Penggunanya tak perlu jago dalam pengambilan gambar, tak perlu jago editing video, tak perlu standar alat untuk membuat video. Semua itu direvolusi oleh Tiktok.
Netijen disuguhi video berdurasi pendek dari aneka jenis genre. Mulai dari video tempat wisata, tutorial apapun, masak, hingga video jualan produk ada di sini. Dan dapat diduga popularitas platform ini pun dengan cepat mendunia. Banyak orang yang kemudian jadi tiktokers dengan konten hiburan atau iseng joget-joget.
Short Video Jadi Trend
Kesuksesan Tiktok rupanya menggiurkan para pesaingnya. Bentuk video pendek (short video) kemudian jadi 'bancakan' bersama. Youtube kemudian melahirkan "Short", fitur Youtube yang isinya video berdurasi pendek yang dari tampilannya saja sepintas Tiktok banget.
Instagram pun tak mau kalah. Setelah mengembangkan IG TV yang merupakan versi lanjutan dari video pendek IG selama ini, Instagram membuat lompatan serius dengan menghadirkan Reels. Lagi-lagi melihat Reels seperti melihat Tiktok di dalam instagram. Bedanya, durasi yang ditawarkan Reels masih sangat mini, baru 15 detik hingga 30 detik saja.
Apakah lantas pengguna Tiktok bakal lari ke Reels? Belum tentu. Demografi keduanya berbeda. Media ekspresinya pun berbeda. Tiktok sudah punya crowd yang berbeda dengan IG. Begitu juga sebaliknya. Konon terdengar kabar next Instagram bakal lebih berkonsentrasi mengembangkan short video sejenis Reels ini ketimbang berbagi foto seperti yang selama ini dikenal publik. Dan diprediksi kreator konten bakal banyak bermunculan di Reels, melebihi pengguna tradisional IG.
Siapa yang diuntungkan dengan situasi seperti ini? Lagi-lagi ya para penggunanya. Mereka bakal jadi kalangan yang paling berbahagia karena media ekspresi mereka jadi lebih beragam.
Akankah kehadiran Reels maupun Short bakal menggusur kedigdayaan Tiktok? Kita lihat saja nanti. Namun ingat, dalam banyak kasus jarang lho Follower lebih sukses dari Trendsetter..
So, kamu mau ngeShort, ngeReels atau ngeTiktok aja? Pilihan ada di tanganmu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.