Kisah Mpok Ris Pejuang Perempuan Betawi dari Tangerang
Sejarah | 2021-07-25 10:40:36Kisah ini dimulai pada tahun 1920, tatkala perlawanan kedaerahan sudah mulai berakhir dan masuk ke masa pergerakan nasional. Organisasi-organisasi yang berkembang sebelum masa Sumpah Pemuda, ternyata tidak semua mampu memberikan dukungan terhadap rakyat Indonesia yang sengsara.
Kemelaratan ekonomi akibat pemberlakuan segala kebijakan yang memberatkan rakyat, tetap saja membangkitkan perlawanan di berbagai daerah. Rakyat seringkali menyelesaikan persoalannya dengan jalan kekerasan. Organisasi yang mewakili rakyat Indonesia rata-rata bersifat kooperatif dengan Belanda kala itu.
Perkembangan partai politik juga dirasa hanya memberikan dukungan terhadap anggota partainya. Tidak langsung kepada kepentingan rakyat. Persoalan sosial tentu semakin merajalela ketika kesenjangan sosial semakin memberikan ruang untuk hadirnya konflik.
Begitu pula dengan rakyat Tangerang, yang pada tahun 1900 mengalami gagal panen akibat dari kemarau panjang. Para petani ini tidak dapat berbuat banyak ketika para tuan tanah meminta pajak bumi. Senada dengan Belanda, pajak-pajak yang dikenakan terhadap penduduk semakin membuat konflik meruncing.
Melihat fenomena demikian, Ris, yang kemudian dikenal dengan nama Mpok Ris, tidak tinggal diam. Ia merasa terpanggil untuk hadir sebagai pembela rakyat yang tidak mampu melawan Belanda dan tuan tanah.
Perempuan Jago Silat
Mpok Ris tidak serta merta muncul sebagai pembela rakyat yang tertindas kala itu. Ia telah membekali dirinya dengan berbagai ilmu kanuragan dan keterampilan bela diri yang baik. Sehingga setiap kali para pasukan Belanda datang ke daerahnya, maka perlawananlah yang didapatinya.
Banyak tutur yang berkembang mengenai kesaktian yang didapat adalah karena perilaku spiritualnya. Ia memilih untuk melajang seumur hidupnya. Sebatang tangkai dari pohon plawad juga diceritakan sebagai senjatanya.
Sekali tebas, maka tewaslah para kompeni Belanda. Sekali hajar, maka terjungkallah para centeng tuan tanah. Begitulah para sesepuh menceritakan kehebatannya. Jadi, bukan menggunakan senjata api atau tajam, atau bahkan menghimpun pasukan. Ia selalu single fighter dalam bertempur.
Tidak ada data yang menyebutkan mengenai berapa lama Mpok Ris berjuang melawan Belanda di Cipondoh. Bahkan nama lengkap perempuan jago silat ini hingga saat ini tidak ada referensi yang menjelaskan secara rinci.
Tinjauan ruang sebagai analis tentu akan lebih mudah ditelaah melalui kompleks pergudangan Belanda di Cipondoh. Pendirian benteng pertahanan Belanda yang terletak di Batu Ceper tentu ada maksud dan tujuannya. Walaupun dalam analisis waktu peristiwa sampai saat ini masih sangat terbatas fakta-fakta sejarahnya.
Perempuan jago silat dari Cipondoh ini layaknya kisah si Mirah dari Marunda. Perempuan-perempuan Betawi yang bangkit melawan penindasan dan kesewenang-wenangan. Kehadirannya tentu menjadi sisi tersendiri apabila kita membahas mengenai emansipasi.
Mpok Ris Diantara Mitos dan Fakta Sejarah
Kisah mengenai akhir perjuangannya pun hanya didapatkan melalui tutur yang berkembang pada masyarakat Cipondoh. Ia takluk dalam suatu pertempuran dengan Belanda, tak lama ia memutuskan untuk menikah. Seketika kesaktiannya hilang dan dapat dengan mudah dikalahkan.
Apabila dikaji sesuai penamaan tempat yang dahulu sering digunakan Belanda. Daerah Poris Plawad dapat dikatakan sebagai area kekuasaan Mpok Ris ketika berjuang menghadapi penjajah. Pengubahan nama seseorang menjadi singkatan tentu dengan maksud agar mudah diucapkan.
Warga Tangerang tentu sudah tidak asing dengan nama Poris. Ia berkembang layaknya mitos yang sering dipentaskan dalam lakon-lakon teater atau sandiwara. Tetapi fakta sejarah mengenai daerah Poris tentu tidak dapat dipandang sebelah mata.
Kajian mendalam mengenai kesejarahan dirinya tentu dapat ditinjau melalui konsep ruang dan waktu. Minimnya referensi mengenai sejarah Mpok Ris, tentu dapat dijadikan prioritas Pemerintah Kota Tangerang untuk menggali informasi sejarah yang ada.
Ia merupakan salah satu emansipatoris yang berjuang dijalan pertempuran. Semangat patriotismenya tentu dapat dijadikan rujukan untuk generasi saat ini. Agar perjuangannya dapat terus dikenang dan tidak hilang ditelan kemajuan zaman.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.