Orang-orang Baik Di Kala PKMM
Eduaksi | 2021-07-19 09:59:16Setelah ojek online memberikan pesanan saya, saya bilang makasih ke dia. Seorang bapak yang hampir berusia. Saya taksir dia lebih tua dari saya.
"Hati-hati di jalan ya Pak. Sepertinya mau hujan. Terima kasih sudah membelikan pesanan,"
Saya pikir, hujan bukanlah yang ditunggu para ojek online. Kalau hujan, bukannya mereka berteduh? Tapi jawabannya tidak sesuai perkiraan saya.
"Iya, Pak. Semoga hujan."
"Lho, kok malah pengen hujan, Pak?"
"Biar penyekatan ditutup Pak."
Oalah. Begitu ya. Seterusnya pak Ojek curhat kalau selama PKMM ini, bukan hanya semakin sepi orderan, tapi juga semakin susah menjalankan pekerjaannya.
"Jalannya muter-muter sekarang, Pak. Mau lewat sana, ditutup. Lewat alun-alun dicegat. Kita kan jadi bingung."
Saya tidak bisa ngomong banyak lagi. Hanya bisa berdoa agar bapak ojek diberi kesabaran lagi, dikasih keselamatan dan kesehatan dalam mencari nafkah.
PKMM yang diberlakukan 3 Juli kemarin hingga saat ini memang banyak 'memakan korban'. Banyak cerita miris atas pelaksanaan PKMM.
Mulai dari pedagang bubur ayam yang didenda Rp 4 juta, lantaran menjual bubur 4 mangkok. Apes. Sebelumnya, dia tidak menjual di tempat. Tapi lagi nasib apes saat itu pembeli ngeyel dan memaksa agar makan di tempat.
Ada pula ibu penjual uduk yang didenda Rp 400.000.
Belum lagi cerita orang-orang yang kehilangan penghasilannya lantaran tempat usahanya harus tutup. Seperti para pemilik konter hape atau servis hape di mall-mall yang harus tutup. Lalu, mereka turun ke jalan. Benar-benar di jalan yang ramai. Mereka menjajakan jasanya di jalan. Biasanya mereka bekerja dengan suasana adem, kini mereka jualan berpanas-panasan. Padahal, belum tentu ada yang menggunakan jasanya pula.
Tapi selain cerita sedih di atas, ada pula cerita yang membuat kita haru. Misalnya Seorang pengendara motor gede yang membagikan uang saat berhenti di lampu merah. Belasan mungkin puluhan pengguna jalan di tempat itu dikasih uang seratus ribuan. Bahkan, kerennya nih, ada yang belum dapat karena sudah lampu hijau, ditunggu benar di seberang jalan.
Saat ada orang yang baru datang pun dikasih. Diketahui, namanya Doni Salmanan. Para ojek atau tukang sapu bahkan warga sekitar pun dapat jatah. "Bantuan PKMM," kata sosok yang YouTuber itu.
Dalam kondisi begini, bantuan yang diberikan orang pun menjadi sangat berarti. Apatah lagi, jika jumlahnya lumayan.
Satu lagi, ada video yang mengharukan pula. Ada pedagang es tebu yang dagangannya dibeli bukan senilai harga biasanya sekitar Rp. 4000 tapi dibeli Rp. 500.000.
"Benar ini, Pak?" Tanyanya seakan tak percaya. Ibu penjual itu pun menangis haru. Bukan hanya meneteskan air mata tapi benar-benar tergugu. Kelihatan menutup wajahnya menangis keras.
Belum lagi cerita kepala satpol PP, pimpinan polisi dan lainnya yang meminta PKL menutup usahanya, lantas memberikan bantuan atau memberikan bantuan sejumlah keuntungan rata-rata yang biasa didapatkan.
Indonesia tak kekurangan orang baik. Masih banyak orang baik. Benar bahwa kita sedang dilanda pandemi, tapi banyak pula yang mau berbagi. Mari kita sama-sama berjuang untuk melewati ujian ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.