Mengenal Diri Ternyata Butuh Keikhlasan
Curhat | 2021-07-13 17:21:03Usia saya 46 tahun, tapi saya merasa masih kalah matang dengan mereka yang berusia di bawah saya. Ah ... ternyata usia tak menjamin kedewasaan.
Di tahun 2015, saat itu usia saya 41 tahun. Allah memberikan ujian kehidupan. Saat itu, saya tengah hamil anak ke empat. Ujian itu bagi saya begitu berat hingga memengaruhi kandungan.
Seharusnya saya bahagia saat dokter mengatakan janin saya berjenis kelamin laki-laki. Jauh dalam hati saya memang sangat senang, maklum tiga anak sebelumnya, perempuan semua.
Ah, tapi ujian itu seakan tak tertahan, berat dan membuat saya mengalami pendarahan. Sempat batin tidak apa-apa jika harus kehilangan janin yang saya kandung. Saya harus sectio Caesarea karena tekanan pikiran membuat plasenta Previa, suatu kondisi plasenta menghalangi jalan lahir sehingga tekanan bayi yang semakin besar membuat saya pendarahan terus menerus.
Bayi saya lahir, sehat, ganteng dan sempurna. Namun, saya masih belum dapat menyelesaikan kecamuk dalam diri, belum bisa ikhlas menerima ujian Allah. Hingga terpikir untuk belajar hipnoterapi dan self healing.
Itulah jalan Allah, sampai akhirnya saya dapat berdamai dengan diri sendiri. Saya anggap ujian Allah adalah bentuk kasih sayang Nya. Jika Allah tidak beri saya ujian, nungkin saya tak akan pernah belajar self healing, tak kenal hipnoterapis, ilmu saya masih begitu-begitu saja, dan saya tidak naik kelas.
Akhirnya, saya paham arti bahagia. Saya bisa memeluk inner child, kesedihan di masa lalu, tidak banyak lagi kekhawatiran karena saya yakin semua yang terjadi bukan semata kebetulan. Ada rahasia Allah agar kita dapat naik level.
Jadi ... berprasangka baik pada setiap ujian yang datang agar kita bisa sehat hati dan jiwa
(Bekasi, 13 Juli 2021; 17:14 Wib)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.