Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aji Setiawan1978

KH Abdurrasyid Berpulang

Agama | Monday, 12 Jul 2021, 06:26 WIB

KH Abdurrasyid Abdullah Syafii Sudah Berpulang Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un.Pimpinan Perguruan Islam As-Syafi’iyah, ulama kharismatik asal Betawi, KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi`ie, meninggal dunia dalam usia 79 tahun, pada Sabtu (10/7) sekitar pukul 17.38 WIB.

“Innalillahi wainnailaihi rajiun. Telah berpulang ke Rahmatullah guru kami, orang tua kami KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie petang jam 17.38. Mohon doa dari kawan-kawan semua untuk beliau,” demikian bunyi pesan yang tersebar, Sabtu malam (10/07/2021).

Kabar meninggalnya KH Abdul Rasyid menyita perhatian sejumlah tokoh. KH Abdur Rasyid Abdullah Syafi'i adalah tokoh pergerakan Islam di DKI Jakarta dan ulama terkemuka di Indonesia. KH Abduurrasid, kelahiran Jakarta, 30 November 1942 adalah putra KH Abdullah Sjafi’ie (wafat 3/9-1985). Bersama putera-puterinya menangani 63 lembaga pendidikan Islam. Masjid Al-Barkah di Kampung Bali Matraman, Jakarta Selatan, yang dibangun pada 1933, kini merupakan masjid yang megah. Mushola bekas kandang sapi itulah yang kemudian menjadi cikal bakal perguruan Asyafiiyah. KH Abdullah Syafi’ie — perguruannya menghasilkan ribuan orang — di antara mereka kini menjadi tokoh agama dan pimpinan majelis taklim di berbagai tempat di Indonesia. KH Abdullah Syafi’ie adalah figur yang mampu mengkombinasikan dua arus besar pemikiran yang berkembang di lingkungan masyarakat Islam. Dalam diri beliau tercermin betul warna NU dan Muhammadiyah-an. Toh beliau mampu menjadikan diri sebagai model kombinasi yang menarik itu. Kalau KH Abdullah Sjafii pada Pemilu 1955 berkampanye untuk partai Masyumi. Maka, rekan seangkatannya, KH Tohir Rohili selama dua periode pernah menjadi anggota DPR dari Partai Persatuan Pembangunan. Ulama Betawi, angkatan KH Abdullah Syafii dan KH Tohir Rohili, yakni Mualim Rojiun, KH Nur Ali, Bekasi, KH Fathullah Harun, KH Zayadi dari Klender, Mualim Tabrani, Paseban, dan sejumlah kyai lainnya. Ulama Betawi sesudah angkatan ini adalah KH Syafi’i Hazami, mantan ketua MUI Jakarta Raya dan KH Abduraman Nawi. Kiai Abdul Rasyid adalah pengasuh Pengajian Ahad Pagi Masjid Al Barkah As-Syafi’iyah meneruskan sang ayah Allahuyarham KH Abdullah Syafi’ie. Selain itu, ia juga mendirikan dan mengasuh Pesantren Al-Qur’an, Pulo Air, Sukabumi.

Sebagai seorang ulama, selain mengajar dan berdakwah, Kiai Abdul Rasyid juga terkategori sebagai aktivis gerakan Islam.

Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Steering Commitee Ijtima Ulama.

Kiai Rasyid pernah tercatat sebagai Anggota Pembina Dewan Da’wah, Anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pembina Forum Umat Islam (FUI), Pembina GNPF-Ulama, dan Ketua Komite Solidaritas untuk Dunia Islam (KISDI).

Semula Restoran

Tak pernah terbayangkan di benak K.H. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie untuk membangun Pesantren Al-Quran di daerah Sukabumi. Ini bermula dari ajakan H. Soekarno (alm.), koleganya yang mempunyai rumah makan Sunda di Sukabumi, untuk mengunjungi salah satu tempat usahanya di kota tersebut sekitar tahun 1987.

“H. Soekarno mengajak saya untuk pergi ke Sukabumi, mampir di tempat usahanya, yakni Restoran Nikmat. Letak persisnya di Jalan Raya Cianjur-Sukabumi Kilometer 10, atau lebih tepatnya Kampung Pulo Air, Sukabumi,” kenang K.H. Abdul Rasyid Syafi’ie mengawali cerita tentang awal mula berdirinya pondok pesantren.

Setelah menikmati pemandangan yang indah dan menu restoran yang nikmat, keduanya mengelilingi area kolam ikan dan restoran yang luasnya kira-kira tiga hektare. H. Soekarno menunjukkan batas-batas tanah yang dimilikinya itu.

“Di sebuah balai-balai, ia mengajak berbincang sebentar. Kemudian ia menyerahkan seluruh bangunan beserta asetnya. Beliau bilang, ‘Tempat ini saya serahkan pada Saudara, buatlah pesantren yang baik’,” kata K.H. Abdul Rasyid menirukan H. Soekarno, kala itu. “Dengan niat bismillahirahmanirrahim, seraya menyerahkan diri pada Allah SWT, saya menerima tawaran H. Soekarno.”

Ketika itu H. Soekarno yang baru saja menjalani operasi jantung di Australia pun menangis. “Ia terharu setelah mewakafkan tanahnya tersebut. Saat itu usianya sudah lanjut, 70-an,” kata K.H. Abdul Rasyid. Memang tak berapa lama setelah peristiwa bersejarah itu, pengusaha restoran yang berasal dari Ciamis dan banyak tinggal di Sukabumi itu pun wafat.

K.H. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie, yang telah menerima amanah dari H. Soekarno, pun dengan bersunguh-sungguh mengemban amanah yang telah diterimanya itu. “Saya mondar-mandir Jakarta-Sukabumi selama satu tahun untuk mewujudkan pondok pesantren,” tutur K.H. Abdul Rasyid.

Perlahan, dengan niat mensyiarkan Islam agar lebih luas dan maju, Kiai Abdul Rasyid pun kemudian menyulap Restoran Nikmat itu menjadi bangunan Pondok Pesantren Al-Quran. Dalam waktu setahun, 1989-1990, sembilan lokal bangunan pesantren pun berhasil dibangun, dan dinamakan Pesantren Al-Quran K.H. Abdullah Syafi’ie. ”Semula pesantren ini diniatkan untuk anak-anak SD, yang pada awalnya masih berjumlah sekitar 17 anak,” ujarnya.

Lambat laun, minat masyarakat untuk menitipkan anaknya ke Pesantren Al-Quran pun semakin besar. Mereka berbondong-bondong menitipkan anaknya ke pondok pesantren tersebut. Hingga kini pesantren yang tanahnya telah berkembang menjadi sekitar 28 hektare ini telah menampung hampir sekitar 500 santri. Terakhir, Pesantren Al-Quran K.H. Abdullah Syafi’ie telah meluluskan 15 santri yang hafal Quran. Selain mendapat gemblengan pelajaran agama, para santri juga mendapat materi umum melalui program pendidikan TK sampai SMA.

Sejak kecil hingga dewasa, K.H. Abdur Rasyid banyak belajar agama di pendidikan tinggi Islam As-Syafi’iyah milik sang ayahanda. Praktis, ia banyak dididik langsung oleh sang ayahanda, yang kemudian meninggalkan kesan yang sangat mendalam.

“Keikhlasannya dan semangatnya tinggi di dalam menegakkan kalimat Allah dan menyampaikan ilmu sebagai amanah dari Allah SWT. Almarhum juga sangat bersemangat mencanangkan umat untuk lebih mencintai Al-Quran sebagai mukjizat terbesar dari nabi kita Muhammad SAW,” komentar K.H. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie mengenai sosok sang ayah.

Selain berkiprah di Pondok Al-Quran Sukabumi, ia juga masih sempat mengelola Majelis Taklim Al-Barakah yang ada di Jln. Al-Barkah, Tebet, Jakarta Selatan.

Kitab Kuning

Pengajian di As-Syafi’iyah banyak menggunakan kitab kuning, termasuk kitab karangan Habib Abdullah Al-Haddad, yang banyak digunakan di kalangan habaib. Demikian juga pengajiannya selalu diisi dengan Maulid Barjanji. Tapi ini tidak menyebabkan dia menjauhkan diri dari kelompok lain.

Dia sekarang menjadi ketua umum KISDI (Komite Internasional untuk Solidaritas Dunia Islam), yang anggotanya sejumlah organisasi Islam di Indonesia. Bahkan dia juga telah diangkat sebagai pembina Dewan Dakwah Islam Indonesia, yang didirikan oleh almarhum H. Mohamad Natsir tahun 1970-an.

“Saya ini meneruskan kiprah almarhum ayah. Ayah saya berteman baik dengan tokoh-tokoh Masyumi, seperti Mohamad Natsir, Mohamad Roem, Prawoto, dan Syafrudin Prawiranegara,” kata K.H. Abdul Rasyid, yang, meniru jejak ayahnya, tidak mau dipusingkan dengan masalah furu’iyah, perbedaan pendapat dalam masalah fikih. “Dalam situasi sekarang ini, ketika gempuran dan serangan dari musuh-musuh Islam makin besar, tidak ada jalan lain, umat Islam harus bersatu. Pegang teguh ukhuwah Islamiah,” ujar adik kandung Hj. Tuti Alawiyah ini, penuh harap.

Di samping bersatu, dia juga mengingatkan agar umat Islam tidak melupakan kewajiban untuk menuntut ilmu, seperti yang banyak dianjurkan Al-Quran dan hadis Nabi SAW. Tanpa itu, jangan mimpi umat Islam akan bangkit.

Ditanya tentang kesan-kesannya terhadap generasi muda Islam, dia menyatakan, di satu pihak para pemuda-pemudinya bangkit, tapi di pihak lain kita prihatin, karena banyak di antara mereka yang terbius oleh arus kebudayaan asing, Barat. Hal ini bertambah gawat, karena pornografi, pornoaksi, mistik, dan takhayul ditayangkan secara luas oleh media.

Dari tujuh anaknya, enam orang sudah menikah. Dalam regenerasi di As-Syafi’iyah, “Saya libatkan mereka, baik di pengajian majelis taklim, pesantren di Pulo Air, maupun di tiga siaran radio yang dikelola Asyafi’iyah.”

Tapi keinginannya untuk meningkatan dakwah dan kesejahteraan umat tidak berhenti. Di Pulo Air Sukabumi, katanya, ada tanah 28 hektare dibangun Universitas K.H. Abdullah Syafi’ie. Dan masih ada cita-cita luhur lainnya, ingin mendirikan rumah sakit Islam di Sukabumi. “Doakan, insya Allah cita-cita ini akan direstui Allah SWT.” KH Abdurrasyid wafat pada usia 78 tahun dan meninggaljan tujuh anak dari buah perkawinannya dengan Hj. Azizah binti Aziz.(***)Aji SPenulis: Aji Setiawan, mantan wartawan Majalah alKisah Jakarta dan Ketua ... Account Simpedes BRI no : 372001029009535.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image