Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Harits Masduqi

Halalan Thayyiban dan Masa Depan

Agama | Saturday, 10 Jul 2021, 16:36 WIB

Mengapa tidak sedikit anak dari keluarga nan sederhana sukses menggapai impian hidupnya ketika dewasa dibandingkan dengan anak dari keluarga berkecukupan yang tidak kurang apa-apa? Mengapa nasib mereka ketika dewasa jauh berbeda padahal ilmu dan kecerdasannya semasa sekolah relatif sama? Banyak faktor yang menjadi penyebab. Salah satunya adalah tingkat kehalalan rezeki yang diperolehorang tua untuk menghidupi anak-anaknya.

Halalkah penghasilan yang kita dapatkan untuk memberi makan dan menyekolahkan anak-anak kita? Yakinkah kita bahwa penghasilan kita tidak tercampur dengan pendapatan lain yang tidak jelas halal haramnya? Sudahkah kita mengajarkan pegangan hidup kepada anak-anak kita untuk membedakan secara jelas mana yang halal dan mana yang haram? Banyak pertanyaan yang bisa kita ajukan dan renungkan.

Terkadang ketika asyik merenung dalam kesendirian, saya sering heran dengan 'kebaikan' Gusti Allah mengijinkan saya untuk memperoleh beasiswa perjalanan dan membentangkan makalah akademik di empat benua. Saya tidak mampu menduga sebab terjadinya skenario Tuhan Seru Sekalian Alam tersebut. Apa yang bisa saya lakukan hanyalah bersyukur dan berdoa semoga Gusti Allah mengijinkan anak-anak, keponakan, kerabat, sahabat, murid-murid saya, dan para pembaca kelak juga mengalami kebahagiaan yang sama; sekolah setinggi-tingginya dan bila mungkin berkelana mentadaburi bumi Allah yang luas ini sejauh-jauhnya.

Di dalam relung hati saya yang terdalam, saya percaya bahwa keberhasilan seseorang itu belum tentu atas usaha dan kecerdasannya. Bukankah tidak jarang orang yang sekolahnya terlihat tidak istimewa saja tapi mampu berprestasi luar biasa setelah meninggalkan bangku sekolah? Bukankah tidak sedikit orang yang nilai ujiannya biasa saja ketika kuliah namun setelah wisuda bisa bekerja di perusahaan yang bergengsi dan ternama? Bisa jadi kesuksesan seseorang itu berasal dari doa saudara kandung, kerabat, malaikat, dan orang-orang yang bersimpati kepadanya.

Bisa juga keberhasilan itu terjadi karena amalan dan doa dari orang tua yang terus menerus pagi, siang, dan malam ditujukan untuk keberhasilan putra-putrinya. Bukankah 'ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua'? Maka beruntunglah seorang anak yang memiliki kedua orang tua yang membesarkannya dengan rezeki halal, gemar beristighfar, dan ikhlas berdoa untuknya:

"Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Aamiin."

Bumi Allah, Grubyak-Grubyuk Pagebluk 2021

@HaritsMasduqi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image