Semutpun Mati Beralas Gula
Agama | 2022-04-30 10:52:29Seperti biasanya, kami sekeluarga selalu menyisihkan sedikit "sajian" berupa gula untuk "alam" semut yang selalu muncul tanpa diundang. Sore itu mata saya tiba-tiba fokus dengan kerumunan semut yang sedang menyantap gula, Sebagian besar diantaranya mati. Saya mendekat lagi, oh betul ternyata mati. Mengapa ya? Tanyaku dalam hati. Terbesit fikiran untuk ambil gambar.
Apakah terlihat aneh? Secara logika memang lucu. Masak ada semut mati di atas keberlimpahan gula. Apakah matinya semut-semut itu kurang makan? Kelaparan? Ah, tidak mungkin, kan tinggal makan saja. Justru itu masalahlah.
Semua sudah merasa enjoy, asyik dengan makananannya, tapi lupa kapasitas perutnya. Atau semut itu terlalu bernafsu untuk "melahapnya", sehingga sajian "makanan" itu justru mencelakakan diri. Persis pepatah "Tikus mati di lumbung padi".
Itulah gambaran manusia di bumi ini. Banyak sekali kita saksikan perilaku "serakah" terhadap dunia, lupa dengan apa yang sekedar dibutuhkan. Apalagi diperoleh dengan sikat sana sini, rampas yang bukan haknya, menipu orang lain, menindas kelompok tertentu, memanipulasi data, dan sebagainya. Yang penting nafsu terpenuhi.
Bukan berarti manusia tidak boleh kaya, tapi kalau harus dengan cara curang dan culas, itu cara keji dan merugikan orang lain. Memperoleh harta dengan cara yang wajar dan halal adalah cara terhormat.
Renungkan hadits Rosulullah, dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,artinya: “Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6436).
Masih ingat sebuah pesan sarat makna dalam sebuah video? Dikisahkan, seorang laki-laki dewasa, tidak sengaja menemukan selembar kertas. Ditengah kertas putih itu ada lingkaran blok hitam seukuran kepalan tangan manusia. Secara tidak sadar tangannya menekan blok hitam itu didepan almari es berisi minuman. tangan itu bisa menembus kaca kulkas, sepontan senang sekali lelaki itu dan mengambil beberapa botol minuman. Terfikirlah oleh sang lelaki itu untuk mencoba lagi, sukses coba lagi, dan terus menerus. Lelaki itu mulai berniat "nakal", ia menuju tempat penyimpanan almari brankas uang yang cukup besar, Lalu ia tempelkan kertas itu di pintu brangkas. Tangannya sukses menembus dan mengambil tumpukan uang. Sudah puas? Belum, ia masuk ke almari uang dan seluruh tubuhnya masuk ke dalam almari itu. Namun tidak terbayangkan oleh lelaki, tempelan kertas itu jatuh. Dan lelaki itupun mati di dalam almari brankas yang penuh uang. Persis dengan cerita semut mati di atas tumpukan gula.
Manusia tidak akan pernah puas, sampai ia mati. Kematian adalah akhir dari keinginan manusia. Nafsu manusia menimbulkan ketidakharmonisan tatanan sosial, tidak peduli dengan rakyat jelata.
Beruntunglah manusia beriman, yang mengejar kekayaan hakiki, senada dengan hadits Nabi, “Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051).
Mari raih kekayaan hakiki.
InsaAllah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.