MUDIK: Simbol dan Ritualitas
Gaya Hidup | 2022-04-30 10:15:24Mudik telah menjadi ritual tahunan bagi sebagian penduduk Indonesia khususnya menjelang hari raya Idul Fitri. Hal tersebut telah berlangsung lama dan seakan menjadi kewajiban yang harus dipenuhi. Segala resiko pun siap dihadapi demi merayakan lebaran di kampung halaman bersama keluarga dan sanak saudara. Terlebih saat ini, masyarakat tidak mudik selama dua tahun akibat pandemi. Tentunya animo untuk kembali pulang ke kampung halaman akan berlipat ganda. Lalu apakah esensi dari mudik tersebut? Mengapa sebagian penduduk Indonesia rela bermacet ria atau berdesakan di moda transportasi umum hanya untuk pulang sebentar ke kampung halaman?
Masalah Ketimpangan
Mudik bukan hanya sekedar pulang ke kampung halaman untuk bertemu dengan keluarga yang telah lama ditinggalkan. Lebih dari itu, mudik merupakan cerminan bangsa kita yang memiliki keterikatan kuat terhadap tanah kelahiran. Selain itu, mudik juga mencerminkan tipikal masyarakat komunal yang guyub dengan ikatan kekeluargaan yang masih dominan. Sifat individualistis di perantauan seakan hilang ketika para pemudik kembali berkumpul dengan handai taulan dan warga kampungnya.
Mudik juga mencerminkan masih adanya ketimpangan pembangunan di negara kita. Banyak penduduk yang bermigrasi meninggalkan kampung halamannya untuk mencari penghidupan yang lebih layak di perkotaan. Ketika perputaran ekonomi di pedesaan dirasa lambat, mereka kemudian memutuskan untuk berurbanisasi ke berbagai kota besar dimana sumberdaya ekonomi dianggap lebih menjanjikan. Selain itu kota juga menawarkan sisi gemerlap budaya hedonistik yang tidak ditemukan di pedesaan.
Simbol Kesuksesan
Namun apapun yang menjadi faktor pendorongnya, mudik tetaplah ritualitas tahunan yang selalu dinanti oleh banyak orang. Para pemudik rela menempuh perjalanan ratusan kilometer dengan beban berat di belakang kendaraannya. Terkadang yang mereka bawa hanya makanan dan pakaian yang sebenarnya bisa di beli di pasar sekitar kampung halaman. Namun mereka tetap membawanya karena barang-barangtersebut secara tersirat mencerminkan simbol kesuksesan di perantauan. Selain melalui materi, lambang keberhasilan juga ditunjukan melalui gaya hidup perkotaan seperti pola pikir dan tutur kata yang tidak lagi “ndeso”. Berbagai simbol tersebut kemudian ditangkap oleh sanak saudaranya yang kemudian tertarik untuk ikut merantau.
Kepuasan Batiniah
Bagi anggota keluarga yang merantau pun terdapat kepuasan batiniah apabila bisa menunjukan kesuksesan selama merantau. Harga diri menjadi meningkat di lingkungan pergaulan daerah asal meskipun terkadang ditutupi topeng kepalsuan untuk menutupi kesulitan hidup di perantauan. Sanjungan dan pujaan seringkali dialamatkan oleh kerabat dan kawan sepermainan ketika melihat perubahan kondisi sosial ekonomi saudara mereka.
Terakhir, mudik juga turut menggerakan roda perekonomian daerah melalui perputaran uang yang di belanjakan di wilayah asal. Dengan jumlah trilyunan, uang mengalir dari kota ke desa yang kemudian ditangkap oleh para pedagang pasar, pemilik warung kecil, pemilik bensin eceran, pelaku UMKM, dll. Hal tersebut kemudian menjadi berkah bagi banyak pihak.
Mudik akan selalu menjadi bahan yang menarik untuk diperbincangkan. Dari mulai obrolan di warung kopi sampai media massa mainstream. Oleh karena itu, biarkanlah mudik tetap menjadi bagian dari budaya bangsa kita, Indonesia.
Selamat mudik tahun 2022
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.