Tradisi Mudik (Silaturahim) dalam ISLAM
Info Terkini | 2022-04-29 06:54:59*Tradisi Mudik (Silaturahim) dalam ISLAM*
Rasululloh ﷺ Telah Bersabda:
“Barangsiapa yang ingin memperluas rizkinya dan ditambah umurnya, maka hendaklah melakukan silaturrahmi”. (HR Muslim dan Abu Daud).
Alhamdulillah pada Tahun ini 2022 semoga ujian Covid19 telah berlalu dan Umat ISLAM bisa Mudik untuk mengunjungi Sanak Keluarga dan Kerabat yang di istilahkan Silaturahim yang selama 3/4 tahun ini tidak bisa Mudik lantaran Covid19/Corona yang melanda NEGARA Berfolower +62 ini. Ada tradisi khas milik orang Indonesia, kampung halaman kita di hari raya ‘Idul Fitri, yaitu silaturrahim (Mudik). Meskipun silaturrahim tidak ada kaitannya secara langsung dengan rangkaian ibadah Ramadhan dan ‘Idul Fitri, tapi tradisi ini sangat baik untuk dilestarikan dan dikembangkan. Kita saling mengunjungi sanak saudara bahkan tetangga atau teman sejawat, atasan dan bawahan. Terkadang kita secara sengaja mudik, bepergian jauh, beratus kilometer bahkan mungkin beribu kilometer, hanya sekedar untuk menjumpai orang tua atau sanak famili. Sekedar untuk menjumpainya dan bersilaturahmi, menyegarkan ikatan kekerabatan, menyambung dan mempererat tali persaudaraan.
Kesempatan ‘Idul Fitri tidak akan dijumpai pada moment lain apapun. Untuk itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bagi yang masih punya masalah dengan sanak saudaranya, kesempatan ini sangat cocok untuk saling bermaafan. Kepada mereka yang sudah mulai renggang, kesempatan ini sangat baik untuk merapatkan kembali. Kepada yang sudah akrab dan dekat, kesempatan ini tetap lebih baik untuk memupuk tali persaudaraan.
Ada janji Rasululloh Muhammad ﷺ yang patut untuk direnungkan. Beliau bersabda, “Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaknya dia bersilaturrahim, niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezekinya, ditambah umurnya dan Alloh memasukkannya ke dalam syurga yang dijanjikan-Nya”.(HR. Ar-Rabii’).
Pada saat ini marilah kita pun meningkatkan silaturahmi diantara kita. Bukan saja pada saat-saat kegiatan besar seperti hari ini, tapi juga pada kesempatan-kesempatan lain. Saling mengunjungi, saling menanyakan kabar saling memperhatikan saling bantu. Apalagi ditambah dengan keadaan kita yang jauh dari famili/sanak keluarga.
‘Idul Fitri juga merupakan hari bahagia, hari bermaaf-maafan sesama manusia yang tidak luput dari salah dan silap yang pernah dilakukan. Pada hari yang mulia ini jangan ragu-ragu untuk mengakui salah silap yang mungkin pernah kita lakukan kepada sesama saudara kita muslim atau bukan. Mungkin ada perasaan hasad dengki, khianat, ataupun berbagai kejahatan dan penganiaayaan yang pernah kita lakukan, maka mohonkanlah maaf, Insya-Alloh dihari baik dan bulan baik ini orang akan mudah memaafkannya.
Di samping kita meminta maaf dan memberi maaf, kita juga harus dan wajib sebisa mungkin menjadi pribadi pemaaf.
Alloh berfirman :
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Penghuni surga adalah) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Ali-Imran 3:134)
Dengan demikian, mari kita jadikan Idul Fitri tahun ini berbeda dengan Idul Fitri di tahun-tahun sebelumnya karena kita telah memahami akan makna Idul Fitri dalam hal ini mudik lebaran. Dengan kita maksimalkan bersilaturahim untuk meminta maaf, memberi maaf dan menjadi seorang pemaaf. Jangan biarkan kedengkian dan kebencian merasuk kembali ke jiwa kita yang telah fitri (suci).
Sekedar CATATAN dari *Abu Ahmad Zainal Abidin bin Syamsuddin, Lc, MM* (Mudir Ponpes Ibnu Hajar Boarding School, Jakarta); *Kesalahan-Kesalahan dalam Tradisi Lebaran/Mudik*:
1. Meniru orang kafir dalam berpakaian. Kita mulai melihat sebagai fenomena aneh pada masyarakat kita khususnya pada hari raya. Mereka mengenakan pakaian yang aneh-aneh ala orang kafir. Seorang muslim dan muslimah seharusnya memiliki semangat untuk menjaga agama, kehormatan dan fitrahnya. Jangan tergoda untuk ikut-ikutan mereka meniru-niru kebiasaan orang-orang yang tidak menjaga kehormatan.
2. Sebagian orang menjadikan hari raya sebagai syiar melaksanakan kemaksiatan, sehingga secara terang-terangan ia melakukan perbuatan yang diharamkan. Misalnya dengan mendengarkan musik dan memakan makanan yang diharamkan Alloh.
3. Dalam berziarah (kunjungan) tidak memperhatikan etika islami. Contohnya bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, saling berjabat tangan antara laki-laki yang bukan mahram
4. Berlebih-lebihan dalam membuat makanan dan minuman yang tidak berfaedah, sehingga banyak yang terbuang, padahal kaum muslimin yang membutuhkan.
5. Hari Raya merupakan kesempatan yang sangat baik untuk menyatukan hati kaum muslimin, baik yang ada hubungan kerabat atau tidak. Juga kesempatan untuk mensucikan jiwa dan menyatukan hati, namun pada kenyataannya, penyakit hati masih tetap saja bercokol.
6. Menganggap bahwa silaturahmi hanya dikerjakan pada saat hari raya saja.
7. Menganggap bahwa pada hari raya sebagai saat yang tepat untuk ziarah kubur.
8. Saling berkunjung untuk saling maaf-memaafkan diantara para kerabat dan sanak famili dengan keyakinan saat itulah yang paling afdhal.
Intinya Tradisi Mudik/Silaturahmi jangan hanya pada Lebaran Iedul fitri saja tapi bisa dilaksanakan setiap saat dan jangan lupa setelah Lebaran usahakan bisa dilanjut Shaum 6 Hari Yakni Shaum Syawwal sebagaimana Rasululloh ﷺ telah Bersabda: "Barangsiapa Berpuasa/Shaum Ramadhan dan diikuti dengan (Puasa Sunnah) Enam hari dari Bulan Syawwal maka seakan-akan ia Berpuasa/Shaum setahun". (HR. Muslim). Dan Penulis (UAF/Ustadz Abu Fayadh) Beserta Keluarga Besar Mengucapkan Selamat Berlebaran, Taqobballohu Minna Waminkum Mohon Maaf Lahir dan Batin, Semoga Bermanfaat, Barokallohu' fiikum.
Bekasi Jawa Barat, 28 April 2022 M,
Alfaqir Ilalloh Azza Wa Jalla,
*Al Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal al-Jawy AlBantani, S.Pd, M.Pd, I, M.MPd* حفظه الله
(Alumni dan Aktivis 212, Aktivis Pendidikan dan Kemanusiaan, Praktisi dan Pengamat PAUDNI/Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal, Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat).
Seorang Hamba Yang Mengharap Ridho RabbNya
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.