Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image dhul ikhsan

Dialog Ngasirah-Kartini yang Jadi Kunci Liberalisasi Kaum Perempuan Indonesia

Sejarah | Tuesday, 26 Apr 2022, 16:38 WIB
Adegan dialog Ngasirah (Christine Hakim) dan Kartini (Dian Santrowardhoyo) dalam Kartini (2017). Sumber : Youtube

Ngasirah dan Kartini adalah dua wanita yang memiliki hubungan ibu dan anak. Kartini, yang kemudian menjadi tokoh emansipasi perempuan Indonesia, di masa mudanya menerima paham liberalisme ala eropa. Sedangkan Ngasirah yang pada akhirnya berperan penting didalam penyempurnaan paham tersebut.

Perjalanan Kartini membawa misi emansipasi wanita Jepara kala itu tergambar secara detail oleh Hanung Bramantyo dalam karya sinema “Kartini (2017)”.

Film yang telah menerima berbagai penghargaan, mulai dari Piala Citra, Piala Maya, Indonesian Movie Awards, hingga Festival Film Bandung itu bisa diakses melalui Netflix. Berhubung layanan streaming milik Amerika Serikat tersebut baru-baru ini menjalin kerjasama dengan Telkom Grup, film Kartini (2017) dapat dengan mudah dinikmati bersama keluarga melalui layanan internet IndiHome maupun Telkomsel.

Kemahiran Hanung sebagai sutradara film, terlihat semenjak awal film ini dibuka. Rasa getir terasa tatkala Kartini harus dipisahkan secara paksa dengan ibunya, Ngasirah, semenjak kecil. Logika penonton serasa dicampuk aduk dengan kenyataan bahwa ada sebuah tradisi yang tidak memanusiakan manusia, dengan menjadikan seorang ibu layaknya pembantu, dan menyebutnya sebagai “Yu”.

Tradisi ini tidak terlepas dari aturan di zaman kolonial Belanda yang memaksa seorang bangsawan harus menikah dengan bangsawan lainnya. Hal ini demi menjaga status sosial mereka, sehingga dapat menempati posisi penting di pemerintahan. Tak terkecuali Adipati Ario Sosroningrat (diperankan Deddy Sutomo), yang harus rela menikahi Raden Ajeng Moerjam (Djenar Maesa Ayu) sebagai istri sahnya.

Namun berkat petinggi Belanda dan para sosialis lainnya, paham liberal mewarnai kehidupan Kartini. Pikirannya tercerahkan. Semua bermula ketika R.M.P Sosrokartono (diperankan Reza Rahardian), kakaknya memberi kunci lemari bukunya kepada adiknya tersebut. Kartini pun mampu melihat dunia, dan bercita-cita menimba ilmu ke negeri Belanda.

Bermula dari melihat dirinya sebagai perempuan yang terpasung hak-haknya, gagasan memerdekakan diri dari belenggu tradisi yang mengekang mengangkat ke permukaan. Kartini tampil membantu ayahnya berdiplomasi dengan pihak Belanda. Kemudian, berkat keprihatinannya, pengerajin Jepara mampu memasarkan produk mereka hingga ke negeri Belanda. Dibantu kedua saudarinya, Roekmini (diperankan Acha Septriasa) dan Kardinah (Ayushita), misi Kartini memperlihatkan hasil positif.

Pada satu kesempatan, Adipati Ario Sosroningrat mendukung perubahan terjadi di wilayah kekuasaannya. “Perubahan pasti terjadi, tinggal kita mau mengambil bagian itu dari sekarang atau tidak”, adalah argumen yang tidak bisa bantah oleh lawan debatnya. Namun hal ini mendapat pertentangan, termasuk dari Ngasirah (yang diperankan Christine Hakim).

Ngasirah melihat perubahan terjadi, namun dirinya melihat ada satu bagian yang hilang dari tempat semestinya : adat istiadat ketimuran. Liberalisasi yang diusung oleh Kartini, mengkhawatirkan diri sang ibu. Maka terjadilah dialog antara Ngasirah-Kartini yang menjadi kunci dari emansipasi wanita Indonesia yang dipakai hingga kini.

Detail dialog antara anak dan ibu tersebut dapat dinikmati melalui tayangan streaming Netflix. Mengutip pernyataan Dian Rachmawan, Direktur Wholesale & Internasional Service Telkom dari Kompas, bahwa konsumsi bandwith konsumen atas layanan video streaming mencapai 70 persen dari total trafik internet. Untuk itu, IndiHome membuka layanan Netflix bagi pelanggannya, dengan mendaftar melalui myIndiHome.

Artinya, film-film terbaik karya anak bangsa memiliki kesempatan bersaing untuk ditonton maupun di-review. Seperti halnya Kartini (2017) yang dari segi penceritaaan dan sinematografi sangat berkualitas, serta memiliki pesan moral yang tinggi sebagai film berbasis sejarah.

Saatnya kita semarakkan film dalam negeri melalui layanan video streaming yang tersedia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image