Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Cara Berdiskusi dan Tidak Setuju tanpa Berdebat

Eduaksi | Monday, 25 Apr 2022, 11:33 WIB
image: Medium

Ada dikotomi palsu yang populer: berdebat atau melepaskan diri untuk menghindari konflik.

Poin-Poin Penting

· Diskusi adalah pertukaran informasi yang saling menghormati. Sebuah diskusi melibatkan usaha untuk memahami, menginformasikan, dan mencapai akomodasi bersama.

· Argumen melibatkan upaya untuk menyangkal pihak lain dan merusak kepercayaan "lawan".

· Argumen yang menyusahkan, terutama di antara orang-orang terkasih, adalah perebutan kekuasaan yang disamarkan secara tipis.

"Untuk memberi tahu seseorang bahwa mereka salah, pertama-tama beri tahu mereka bahwa mereka benar."Pascal

"Kebenaran itu poligonal."

"Argumen" memiliki beberapa arti kamus. Yang kedua adalah sekunder karena hampir tidak ada lagi dalam wacana normal:

“Alasan atau serangkaian alasan yang diberikan dengan tujuan meyakinkan orang lain bahwa tindakan atau ide itu benar atau salah.”

Arti yang lebih kita kenal:

“Pertukaran pandangan yang berbeda atau berlawanan, biasanya yang memanas atau marah.”

Diskusi vs. Argumen

Diskusi adalah pertukaran informasi yang saling menghormati. Argumen adalah upaya paksaan untuk diakui sebagai benar atau cerdas atau sensitif.

Dalam argumen, kita mencoba untuk membantah pihak lain, biasanya dengan nada yang dimaksudkan untuk merusak kepercayaan. Dalam diskusi, kita mencoba memahami, menginformasikan, dan mendamaikan pandangan yang berbeda.

Dalam argumen, kita membatalkan perasaan dan melemahkan perspektif. Dalam diskusi, kita memvalidasi perasaan dan memperluas perspektif.

Dalam argumen kita mendevaluasi: "Anda salah!" (menyiratkan ada sesuatu yang salah dengan Anda karena salah). Dalam diskusi kita meminta dan menawarkan informasi lebih lanjut.

Perebutan Kekuasaan

Diskusi berubah menjadi argumen ketika ketidaksepakatan tampak seperti ancaman ego atau kehilangan status dan ketika pihak-pihak menganggap ketidaksepakatan sebagai melemahkan. Otak yang tidak berdaya mencari adrenalin, yang terlalu sering memotivasi upaya untuk mengambil alih kekuasaan, bukan dari argumen, tetapi dari orang yang kita ajak berdebat. Tujuan argumen adalah untuk menang, bukan menemukan kebenaran.

Dalam Hubungan Cinta

Perebutan kekuasaan tidak benar-benar tentang kekuasaan — siapa yang akan memerintah. Itu tentang nilai, khususnya, upaya untuk mengimbangi penurunan tajam dalam nilai diri.

Ketika harga diri jatuh, seperti yang biasanya terjadi dalam pertengkaran dengan orang yang kita cintai (yang kita harapkan untuk peduli dengan perasaan kita), pasangan merasa rentan tetapi tidak aman untuk mengungkapkan kerentanan. Untuk merasa kurang rentan, banyak yang mencoba menggunakan kekuasaan atas pasangannya, baik secara terang-terangan, dengan merendahkan bahasa atau secara diam-diam, melalui sarkasme, nada suara, bahasa tubuh, dan ekspresi wajah.

Argumen memiliki periode pemulihan yang lama (merajuk, kedinginan), dengan implikasi bahwa, "Aku tidak bisa mencintaimu jika kamu tidak setuju denganku." Setelah diskusi emosional, pasangan "berciuman dan berbaikan", meskipun ada ketidaksepakatan.

Cara yang berguna untuk memikirkan perbedaan: Diskusi dilakukan di antara pasangan. Argumen adalah antara lawan.

Diskusi berubah menjadi argumen ketika:

· Ketidaksepakatan terasa seperti penolakan

· Ada harapan tidak hormat.

Tujuan Terapi

Jika ketidaksepakatan terasa seperti penolakan, fokuslah untuk melindungi pasangan Anda dari penolakan. Ketidaksepakatan mudah ditoleransi ketika pasangan merasa dihargai dan dilindungi.

Jika ada harapan tidak hormat, bersikaplah hormat. Berlatih ketegasan penuh kasih – membela pendapat, keyakinan, hak, dan preferensi Anda, dengan cara yang menghormati pendapat, keyakinan, hak, preferensi, dan kerentanan pasangan Anda.

Argumen berubah menjadi diskusi ketika masing-masing pasangan menyadari bahwa:

· Mereka tidak ingin merendahkan satu sama lain

· Kemarahan dan kebencian secara inheren mendevaluasi

· Hubungan mereka lebih penting daripada ketidaksepakatan mereka.

Cara paling ampuh untuk membebaskan hubungan dari cengkeraman perebutan kekuasaan adalah dengan mengatur nilai inti masing-masing pasangan secara internal, sehingga tidak pernah dipertaruhkan dan tidak pernah bisa dikurangi dengan interaksi. Anda sama berharganya, terlepas dari apakah Anda setuju satu sama lain atau tidak.

Nilai inti tidak tergantung pada validasi oleh orang lain. Sebaliknya, itu didukung oleh nilai-nilai kemanusiaan Anda sendiri (termasuk kasih sayang, kebaikan, perilaku penuh kasih) dan diperkuat oleh upaya Anda untuk meningkatkan, menghargai, menghubungkan, dan melindungi. Dengan nilai inti yang utuh, argumen secara alami membuka jalan bagi diskusi.

Kebencian Kronis

Diskusi yang menguntungkan hampir tidak mungkin jika kebencian telah menjadi kronis dalam hubungan. Kebencian bersifat memaksa — kamu melakukan apa yang aku inginkan atau kamu akan dihukum dengan cara tertentu, biasanya dengan menahan kasih sayang.

Jika kebencian bersifat kronis, intervensi mendalam, seperti kamp pelatihan cinta tanpa sakit hati diperlukan untuk membangun kebiasaan baru dan alat koping yang lebih sehat.

***

Solo, Senin, 25 April 2022. 11:19 am

'salam hangat penuh cinta'

Suko Waspodo

suka idea

antologi puisi suko

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image