Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fergi Nadira Bachruddin

Terpesona Empal Gentong Haji Apud

Kuliner | Tuesday, 01 Jun 2021, 23:59 WIB
Empal gentong H. Apud

Belum afdol mengunjungi Cirebon jika tak mampir ke rumah makan Empal Gentong Haji Apud. Rumah makan berusia 26 tahun ini menjajakan makanan khas Cirebon yang menggugah selera pun hanya sekedar mampir menengok nenek. Empal Gentong Haji Apud tentu sudah melegenda, yang juga wajib diburu pemudik saat menginjakan kaki di Cirebon.

Setiap ke Cirebon, saya pun selalu menjadwalkan kegiatan saya untuk makan di rumah makan yang berada di jalan Ir H Juanda ini. Rasanya yang pas di lidah, membuat siapapun yang mencicipinya bakal ingin balik lagi ke tempat yang kini memiliki tiga cabang di daerah kesulatanan Cirebon itu.

Apalagi dengan kambing mudanya. Jangan ditanya! Empuk! dan rasanya juga semakin memanjakan lidah untuk tidak cukup memakan satu tusuk, dua tusuk, tiga tusuk, atau lebih. Bagi penggemar kambing, Haji Apud tentu jadi poin favorite di daftar kambing terenak di Indonesia!! Tapi, waspadalah bagi yang terdeteksi punya tensi tinggi, ya.

Selain kambing muda yang nan favorite, tentu menu utamanya adalah empal gentong. Dimasak di atas gentong besar, ada dua kuah menu empal, yakni santan dan tidak santan. Favorite saya tentu empal asem tanpa santan. Bumbunya pas, asamnya tentu meronta-ronta di lidah bikin lahap meski hanya menyeruput kuah ditaburi bubuk cabai, daging melimpah, harga murah, dan hati bungah, ketika sesuap kuah masuk di mulut.

Empal asem dan empal gentong santan

Tak kalah menggugah selera, empal gentong bersantan juga membuat nafsu makan kian melonjak. Adik saya, selalu memesan empal gentong bersantan dibubuhi cabai bubuk, serta bercampur nasi, kerupuk, dan ngga cuma daging di dalamnya, ada babat, kikil, dan usus sapi bercampur di kuah gentong santan.

Penutup, tentu tahu gejrot! Pedas dengan cabai ijo, dan bawang merah diulek lalu diberi kuah khas gejrot! Rasanya ndak ada yang mengalahkan kenikmatan makanan penutup semua lini menu di dunia, oh tahu gejrotku.

Untuk harga, H. Apud termasuk penjual empal dengan harga murah. Untuk satu mangkuk empal gentong ataupun asem para tamu hanya merogok kocek Rp23 ribu, sedangkan sate kambing muda Rp50 ribu dan nasi lengko Rp20 ribu. Saat ini juga tersedia empal dalam kaleng. Awet bisa sampe dua tahun.

Empal Getong Haji Apud, yang pertama didirikan 1995, kini memiliki sekurangnya 150 karyawan. Sebanyak 70 karyawan berada di satu cabang pusat yang paling ramai dikunjungi.

"Sehari kalau lagi sepi, pendapatan kami Rp7.000.000 sekurangnya," kata Nia, penanggung jawab Empal Gentong Haji Apud Pusat pekan lalu.

Sekitar tiga tahun lalu, saya sempat mewawancarai sang pemilik, Haji Mahcfud atau yang lebih dikenal dengan nama H. Apud ini. "Alhamdulilah, dari hobi makan saya terutama empal gentong akhirnya saya memutuskan jualan empal," kata Haji Apud di Cirebon tiga tahun lalu.

Awalnya, Haji Apud hanya memiliki rumah tepat di pinggir jalan Ir H Juanda Cirebon. Ia mengaku ketika membuka usahanya tidak memiliki kecakapan memasak, ia pun mengajak kerja sama penjual empal keliling langganannya.

Dua tahun bersama, mitra kerjanya mengundurkan diri. Akhirnya, Haji Apud dengan bantuan istrinya memasak sendiri dan menemukan resep pas yang sampai saat ini menjadi idola kuliner Kota Cirebon. Dengan menu yang tidak begitu banyak, Empal Gentong Haji Apud tetap memberikan rasa khas pas di lidah.

Kini, Haji Apud sudah memiliki dua cabang di Tuparev dan Pasar Batik Trusmi Cirebon. H. Apud juga dibantu oleh putrinya, Eroh Masruroh, yang mengatur seluruh rumah makan milik ayahnya.

Tak hanya H. Apud, di Cirebon, penjajak Empal Gentong melimpah ruah. Mereka memiliki ciri khas masing-masing rasa yang membuat para pembelinya menikmati cita rasa kuliner khas negeri Sunan Gunung Jati itu.

Gentong

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image