Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Pekerja Teks Komersial

Puisi Hari Raya (1)

Sastra | Saturday, 23 Apr 2022, 18:24 WIB
Idul Fitri, Sumber : Wikipedia

Pakailah kutang baru

Semoga ada candaan pembangkit gairah Suamimu berkancut lusuh di ranjang.

Belilah baju dari Garut

Sepatu dari Cibaduyut

Tas tangan dari Perancis

Jilbab jajar genjang

Jam tangan dari Swiss

Kopiah dari Arab

Sepatu dari Eropa

Jangan lupa sempak sutera dari Cina Semoga kau bahagia

Dan Tuhan menjadi berhala nomor 14

Sebelum takbir menggema

Tukarlah handphonemu dengan seri terkini

Kecanggihan yang masuk dalam saku celana

Menghangatkan kelamin nan dikebiri program keluarga berencana

Pajanglah di Instagram, Facebook, Twitter dan ratusan cara lainnya untuk memamerkan cincinmu pada yang tak punya jari

Luapkan segalanya, kesal, lelah dan kemarahan pada mereka yang tak pernah kau temui

Update profilmu, katakan pada dunia apa merek kondom yang kau pakai malam tadi dan berharap ada seseorang di sudut bumi ini peduli pada ukurannya.

Kenanglah cinta lamamu nan kandas di tepi

Berharap kisah kalian tak seburuk Laila dan Majnun.

Lihat ke kamera!

Ngevloglah secara live dari kencan pertamamu hingga desahan terakhir wanita karier, yang kau cumbui seusai pulang kantor

Lalu, interaksi manusia cuma grafik data.

Bacalah berita soal sembilan artis Indonesia yang mati karena kanker

Atau carilah di bagian pantat mana mereka mengoperasi tulangnya

Berteriaklah menentang aborsi, perkosaan, pornografi, moral, kesucian dan arus deras kebencian tiada henti pada kelamin dan agama yang berbeda.

Imanilah, bahwa Bom Bali permulaan terorisme di Republik yang memilih jenderalnya dengan adu tembak jitu.

Tanda tanganilah kontrak berisi omong kosong

Nikmati perjalanan tiga jam ke kantor Bergelantungan di ketiak pekerja kelas menengah Ibukota

Pilihkan apa saja yang harus masuk dalam otak anak-anakmu

Katakanlah pada dirimu, lebih baik pencuri sendal digantung hingga air kencingnya bercampur mani

Lalu kau beronani dengan menekan pengeluaran bulanan

Percayalah dunia ini baik-baik saja, duduk santai dengan segelas teh dari perasan keringat orang-orang kampung di pinggang Kerinci

Mereka yang sudah tak punya hutan untuk dinikmati

Sedang kau bercengkrama menyusun rencana penyelamatan badak cula satu

Telanlah tujuh macam obat penghilang rasa sakit dari apotek tak berizin, dengan dosis dari tulisan tangan yang hanya dimengerti dokter dan Tuhan saja.

Sesalilah janji nan ungkai, dan berharap kau tak pernah mengucapkan jam pertemuan tadi malam

Tak usah belajar dari kesalahanmu

Biarkan sejarah terus begitu

Bukankah pengulangan, menyenangkan?

Terimalah apa adanya, itu ujian dari penguasa alam dan tetap percaya diri, lembaran ijazah bukti kecerdasanmu.

Hadapilah kekecewaan

Biarkan kehilangan jadi kenangan

Ketika mereka lenyap dari pandanganmu, ada yang berhenti berdetak dalam dada

Kau meramal, meyakinkan diri mampu melupakannya

Saat bangun di suatu pagi di masa depan, tak ada yang bisa disebut hidup atau mati dari sisa dirimu.

Bergembiralah, akhir Ramadhan patut dirayakan

Lalu kami terkesima dengan segala yang baru di tubuhmu.

Aku bikin puisi ini agar bisa bercinta dengan perempuan cantik berdada sintal yang sering menekan tombol suka di setiap postingan

Oh ya, agar disebut penulis juga barangkali.

Esok pagi, ada yang pulang tanpa gelar, tanpa karir, tanpa calon bini, bahkan dengan daftar hutang dan tagihan.

Di rumah ada apa?

Selain ikatan emosional, riangnya masa kanak-kanak, lelapnya tidur siang, lezatnya randang amak

Hanya itu yang terbuhul, terus merayu dengan kata pulang.

Selamat berhari raya, kami melihat kalian sebagai sebuah seni

Serupa para pemain teater yang berpura-pura menahan sembelit setelah berak di atas kepalanya dan menghilang di balik layar bersama tepuk tangan basa basi.

Selamat Hari Raya!

-----

Teluk Peleng, 29 Ramadhan 1438

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image