Puisi Hari Raya (1)
Sastra | 2022-04-23 18:24:13Pakailah kutang baru
Semoga ada candaan pembangkit gairah Suamimu berkancut lusuh di ranjang.
Belilah baju dari Garut
Sepatu dari Cibaduyut
Tas tangan dari Perancis
Jilbab jajar genjang
Jam tangan dari Swiss
Kopiah dari Arab
Sepatu dari Eropa
Jangan lupa sempak sutera dari Cina Semoga kau bahagia
Dan Tuhan menjadi berhala nomor 14
Sebelum takbir menggema
Tukarlah handphonemu dengan seri terkini
Kecanggihan yang masuk dalam saku celana
Menghangatkan kelamin nan dikebiri program keluarga berencana
Pajanglah di Instagram, Facebook, Twitter dan ratusan cara lainnya untuk memamerkan cincinmu pada yang tak punya jari
Luapkan segalanya, kesal, lelah dan kemarahan pada mereka yang tak pernah kau temui
Update profilmu, katakan pada dunia apa merek kondom yang kau pakai malam tadi dan berharap ada seseorang di sudut bumi ini peduli pada ukurannya.
Kenanglah cinta lamamu nan kandas di tepi
Berharap kisah kalian tak seburuk Laila dan Majnun.
Lihat ke kamera!
Ngevloglah secara live dari kencan pertamamu hingga desahan terakhir wanita karier, yang kau cumbui seusai pulang kantor
Lalu, interaksi manusia cuma grafik data.
Bacalah berita soal sembilan artis Indonesia yang mati karena kanker
Atau carilah di bagian pantat mana mereka mengoperasi tulangnya
Berteriaklah menentang aborsi, perkosaan, pornografi, moral, kesucian dan arus deras kebencian tiada henti pada kelamin dan agama yang berbeda.
Imanilah, bahwa Bom Bali permulaan terorisme di Republik yang memilih jenderalnya dengan adu tembak jitu.
Tanda tanganilah kontrak berisi omong kosong
Nikmati perjalanan tiga jam ke kantor Bergelantungan di ketiak pekerja kelas menengah Ibukota
Pilihkan apa saja yang harus masuk dalam otak anak-anakmu
Katakanlah pada dirimu, lebih baik pencuri sendal digantung hingga air kencingnya bercampur mani
Lalu kau beronani dengan menekan pengeluaran bulanan
Percayalah dunia ini baik-baik saja, duduk santai dengan segelas teh dari perasan keringat orang-orang kampung di pinggang Kerinci
Mereka yang sudah tak punya hutan untuk dinikmati
Sedang kau bercengkrama menyusun rencana penyelamatan badak cula satu
Telanlah tujuh macam obat penghilang rasa sakit dari apotek tak berizin, dengan dosis dari tulisan tangan yang hanya dimengerti dokter dan Tuhan saja.
Sesalilah janji nan ungkai, dan berharap kau tak pernah mengucapkan jam pertemuan tadi malam
Tak usah belajar dari kesalahanmu
Biarkan sejarah terus begitu
Bukankah pengulangan, menyenangkan?
Terimalah apa adanya, itu ujian dari penguasa alam dan tetap percaya diri, lembaran ijazah bukti kecerdasanmu.
Hadapilah kekecewaan
Biarkan kehilangan jadi kenangan
Ketika mereka lenyap dari pandanganmu, ada yang berhenti berdetak dalam dada
Kau meramal, meyakinkan diri mampu melupakannya
Saat bangun di suatu pagi di masa depan, tak ada yang bisa disebut hidup atau mati dari sisa dirimu.
Bergembiralah, akhir Ramadhan patut dirayakan
Lalu kami terkesima dengan segala yang baru di tubuhmu.
Aku bikin puisi ini agar bisa bercinta dengan perempuan cantik berdada sintal yang sering menekan tombol suka di setiap postingan
Oh ya, agar disebut penulis juga barangkali.
Esok pagi, ada yang pulang tanpa gelar, tanpa karir, tanpa calon bini, bahkan dengan daftar hutang dan tagihan.
Di rumah ada apa?
Selain ikatan emosional, riangnya masa kanak-kanak, lelapnya tidur siang, lezatnya randang amak
Hanya itu yang terbuhul, terus merayu dengan kata pulang.
Selamat berhari raya, kami melihat kalian sebagai sebuah seni
Serupa para pemain teater yang berpura-pura menahan sembelit setelah berak di atas kepalanya dan menghilang di balik layar bersama tepuk tangan basa basi.
Selamat Hari Raya!
-----
Teluk Peleng, 29 Ramadhan 1438
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.