Mahasiswa Generasi Pandemi: Belajar Sekaligus Membantu Ekonomi Keluarga
Gaya Hidup | 2021-05-25 10:23:14Menjadi seorang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di tahun 2020 atau yang biasa disebut class of 2020 tidaklah mudah. Mishel salah satunya yang merasakan hal tersebut. Pemilik nama lengkap Mishel Kalyanamitta ini menyadari bahkan sebelum Covid-19 datang bahwa ekonomi keluarganya tidaklah stabil. Ketika pandemi ini datang, harapan terasa semakin hampa bagi Mishel dan keluarganya. Ditambah lagi sekarang dia berkuliah di salah satu kampus swasta di Tangerang. Meski dibantu oleh beasiswa, hal tersebut tetap membuat Mishel yang baru saja lulus SMA pada saat itu harus memikirkan banyak hal jauh ke depan. Demi keluarga, demi kebutuhan sehari-hari.
Sejak masih bersekolah, Mishel memang dikenal sebagai pebisnis di kelasnya. Seringkali dia menceritakan mengenai dirinya yang harus membantu orang tuanya membuat Dodol Cina bahkan menawarkan seandainya ada yang ingin membeli darinya. Hal ini dianggap selaras dengan jurusan kuliah yang dipilihnya, yaitu Manajemen Bisnis. Meski begitu, di mata teman-teman SMA-nya, Mishel adalah orang yang senang berbagi dan memiliki banyak teman.
Kini, Mishel yang hanya ditemani ibu dan seorang adiknya mulai merintis usaha, sebuah warung yang diberi nama Mista Makmur di Jalan Sasmita, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Banten atau daerah yang lebih dikenal dengan sebutan Galeong oleh warga sekitar. Ayah Mishel sendiri telah lama meninggal dunia, menjadikan mereka yang tersisa sebagai keluarga kecil yang perlu berjuang bersama dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Warung ini sendiri didirikan sejak masa awal pandemi Covid-19 dengan motivasi ingin membuka usaha yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Barang yang dijual di warung milik Mishel ini beragam mulai dari sembako dan makanan ringan hingga menjual aneka plastik. Selain usaha warung, diketahui bahwa ibu Mishel adalah seorang ibu RT di komplek mereka. Gadis kelahiran tahun 2002 ini juga menceritakan bahwa ibunya sempat memiliki pekerjaan tetap yang dengan terpaksa harus berhenti semenjak pandemi ini. Oleh karena itu, Mishel seringkali menceritakan mengenai dia yang harus membantu ibunya dalam beberapa kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat sekitar sejak masih bersekolah.
Membantu usaha warung sambil menjalani perkuliahan menyebabkan Mishel harus membagi waktu antara kuliah dan menjaga warung. Namun, Mishel tidak merasa kesusahan dengan hal tersebut. Baginya, hal tersebut bisa dibawa santai saja. Jika dia ada jadwal kuliah, tugas menjaga warung bisa digantikan sementara oleh ibunya dan begitu pula sebaliknya jika dia sedang tidak ada jadwal perkuliahan. Mishel yakin bahwa hal tersebut tidak perlu dijadikan penghalang untuk tetap bersemangat, buktinya masih ada solusi mengenai pembagian waktu menjaga warung. Semuanya diselesaikan dengan bekerja sama. Melalui usaha warung ini Mishel sudah mendapatkan untung mulai dari 3 sampai 5 juta per bulan, tetapi angka tersebut tidak selalu stabil. Terutama kondisi warung seringkali sepi pembeli sehingga Mishel dan keluarga merasa masih harus mencari keuntungan lebih besar meski keuntungan dari warung sudah dapat mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari di keluarganya.
Bicara mengenai kegiatan mencari pundi-pundi rupiah, usaha warung bukanlah satu-satunya sumber ekonomi keluarga Mishel. Selain warung, dia juga menjual kurma yang merupakan titipan dari pemasok dengan cara menggelar dagangan kurma tepat di depan warung mereka. Kurma ini hanya dijual ketika memasuki bulan suci Ramadan seperti ini, sebelumnya warung Mishel tidak menjual kurma. Kemudian Mishel juga menjual jeruk lemon yang diketahui memiliki khasiat dalam meningkatkan daya tahan tubuh, membantu dalam pembuatan dodol kue Cina sejak awal puasa kemarin yang merupakan bisnis keluarganya juga, dan yang terakhir Mishel juga membuat kacang goreng untuk dititipkan di warung-warung hingga GOR di dekat rumah neneknya.
"Kalau dodol itu dijual secara online, hasilnya lumayan buat ditabung. Kalau kacang goreng itu untungnya gak banyak tapi cukuplah buat beli pulsa," cerita Mishel ketika ditanyakan mengenai bisnis-bisnis kecil yang dijalaninya. Keuntungan yang didapatkan Mishel mungkin tidak banyak, tetapi melalui kegiatan tersebut dia mencerminkan kegigihan dan ketangguhan seorang anak demi keluarganya. Tanpa rasa malu gadis Tangerang ini mengerjakan semuanya mulai dari menjaga warung, menawarkan dodol ke teman atau saudara secara online bahkan sampai membawa kacang goreng untuk dititipkan ke tempat-tempat yang akan menjualnya. Bahkan dari hasil tersebut masih ada sebagian yang dapat dia tabung untuk keperluan di kemudian hari. Sebagai seorang mahasiswi universitas swasta mungkin terkadang hal tersebut terasa mustahil. Namun, bagi Mishel rasa takut dan malu hanya akan menghambat dirinya untuk membantu keluarga.
Mendengar kisah Mishel sendiri rasanya timbul pertanyaan seperti, apa dia pernah lelah menjalani semua itu? Nyatanya, dalam menjalani semua hal itu Mishel bukan hanya tidak pernah, melainkan dia mengaku seringkali merasa lelah bahkan capek banget. Dia kadang merasa keadaan begitu sulit bagi dirinya tidak seperti anak-anak lainnya. Namun, anak pertama dari dua bersaudara ini menyadari bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk dia tetap bisa bertahan hidup bersama keluarganya. Hanya karena rasa lelah ini dirinya dan keluarga dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari terutama kebutuhan untuk membayar uang pendidikan dia dan adiknya. Menurutnya, kalau tidak seperti ini, kebutuhan ekonomi keluarganya tidak akan terpenuhi dan kuliahnya pun bisa putus.
Mishel sendiri punya cara untuk bangkit dari pikiran negatif dan rasa lelahnya. Berikut adalah pernyataannya, Cara biar bisa bangkit lagi paling selalu berdoa, minta kepada Tuhan agar dimudahkan sama selalu semangat menawarkan dagangan kalau lagi sepi, misalnya ke saudara atau teman ya lewat WA aja.
Cara Mishel untuk bangkit terkesan klise, tetapi memang benar adanya bahwa cara itulah yang berhasil membuat sosok gadis pejuang ini bertahan hingga sekarang. Dalam perkuliahan juga dia seringkali terbawa oleh rasa lelah yang sudah ditanggungnya dalam membantu perekonomian keluarga. Motivasi terbesarnya untuk kembali semangat menjalani perkuliahan adalah dengan mengingat bahwa dia dapat berkuliah hingga sekarang berkat bantuan beasiswa. Maka dari itu Mishel harus selalu ingat bahwa dia perlu memenuhi ketentuan IPK bahkan mendapat nilai terbaik untuk tetap mendapatkan beasiswa dalam perkuliahannya. Hal sederhana itu menjadi pemicu semangatnya supaya tetap bertahan di antara rumitnya perkuliahan dan sulitnya memenuhi kebutuhan ekonomi.
Melalui kisah hidupnya, Mishel mendapat keuntungan, seperti dirinya yang semakin mampu bertahan di tengah tantangan hidup. Mishel juga melatih dirinya menjadi pebisnis dimulai dengan dagangan-dagangan kecil yang dia jalani ini. Masih ada buah manis yang dapat dipetik di tengah kepahitan hidup. Mishel sendiri berharap teman-teman mahasiswa yang juga memperjuangkan kesejahteraan keluarga bisa memiliki semangat yang sama seperti yang dia miliki demi mencapai tujuan dan cita-cita mereka.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.