Meningkatkan Literasi Keuangan Syariah Bagi Mahasiswa melalui Program Perbankan Syariah Goes To Camp
Eduaksi | 2021-05-23 14:57:34Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Melansir data dari ibtimes.id tentang persebaran populasi muslim di dunia pada tahun 2020, Indonesia menempati peringkat pertama yakni sebanyak 229 juta jiwa atau sekitar 87,2 % dari total penduduk Indonesia, dan menyumbang sekitar 13 % dari populasi umat muslim di dunia. Dengan jumlah yang demikian banyak, umat muslim Indonesia sudah selayaknya mulai mencondongkan diri dengan menerapkan gaya hidup syariah dalam setiap aspek kehidupan bernegara. Salah satu aspek yang harus mulai dipegang erat oleh umat muslim di Indonesia adalah menerapkan gaya hidup syariah dalam bidang keuangan dan perbankan. Dalam kehidupan sehari-hari, keuangan dan perbankan merupakan aspek yang tidak dapat dilepaskan. Lembaga keuangan dan perbankan yang menerapkan prinsip hukum Islam adalah Bank Syariah.
Menurut sejarahnya, Bank Syariah di Indonesia telah ada sejak tahun 1991 yakni dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada 1 November 1991 yang sekaligus menjadi tonggak awal Bank Syariah di Indonesia. Pada awal berdirinya, Bank Muamalat belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah, bahkan modal yang digunakan untuk membangun bank adalah dana hasil patungan dari ulama, pemerintah, cendekiawan, dan masyarakat. Bank Syariah berbeda dengan bank konvensional yang menggunakan sistem bunga. Bank syariah mengedepankan prinsip hukum Islam dan ajaran Hadis dengan meniadakan sistem bunga karena dianggap haram dan menggantinya dengan menerapkan sistem bagi hasil, jual beli, dan sewa. Ssitem yang dianut bank syariah sangat sesuai dengan ajaran Islam yang melarang adanya bunga karena dianggap riba. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan bukan termasuk barang intrinsik sehingga haram digunakan sebagai sumber mencari laba. Dengan sistem yang syari dan sesuai dengan ajaran agama Islam, Bank Syariah sangat perlu untuk dimajukan dan diterapkan sebagai bank raksasa utama di Indonesia mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim yang sangat banyak sehingga aspek keuangan dan perbankan selayaknya harus menerapkan prinsip syariah.
Melihat dari besarnya potensi Bank Syariah untuk ditetapkan sebagai bank primer di Indonesia, tampaknya jalan yang harus dilalui pun tidaklah mudah dan instan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya problematika keuangan dan perbankan di Indonesia dan sistem pelayanan serta fasilitas yang masih jauh dari kata memadai. Mulai dari keterbatasan jangkauan anak bank ke seluruh pelosok daerah, masih lemahnya akses digital, ketidakmerataan sarana, serta rendahnya literasi masyarakat akan keuangan dan perbankan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa tingkat literasi keuangan di Indonesia masih sangat rendah. Ini adalah salah satu tantangan besar dalam bidang keuangan di Indonesia terutama keuangan syariah.
Kami memandang masih terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi ke depan, kata Wimboh Santoso, Ketua Domisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam webinar peluang dan Tantangan Bisnis Keuangan Syariah Pasca Merger Bank Syariah BUMN, Jakarta pada Rabu (10/2/2021) seperti yang dikutip dari laman Liputan6.com. Salah satu tantangan besar yang tengah dihadapi oleh lembaga perbankan adalah upaya untuk meningkatkan literasi keuangan syariah bagi masyarakat. Wimboh menerangkan bahwa indeks literasi keuangan syariah di Indonesia masih berada pada angka 8,93 %, sangat tertinggal jauh dari indeks nasional yakni 38,03 %. Begitupun dengan indeks inklusi syariah yang hanya masih mencapai 9,1 % , tertinggal jauh dari indeks nasional yang mencapai 76,19 %. Rendahnya literasi keuangan syariah juga turut menyebabkan rendahnya jumlah investor saham di Indonesia. Diketahui bahwa jumlah investor saham di Indonesia baru mencapai 1,04 % dari total jumlah penduduk. Berbeda dengan negara lain seperti Singapura yang sudah mencapai 25% dari jumlah penduduk, dan Amerika Serikat yang sekitar 50% dari jumlah penduduknya sudah mulai berinvestasi. Literasi keuangan yang rendah juga menyebabkan masyarakat cenderung konsumtif dan sangat jarang yang memiliki kesadaran untuk menabung ataupun menyiapkan dana tabungan untuk pensiunnya.
Literasi keuangan sangat penting bagi masyarakat demi menjaga kestabilan hidup tiap individu ataupun negara. Berkaca dari pentingnya memajukan Bank Syariah di Indonesia, maka literasi masyarakat terhadap keuangan syariah sangat penting untuk ditingkatkan. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mulai mengenalkan arti penting perbankan syariah kepada generasi muda penerus bangsa, dalam hal ini adalah mahasiswa. Pemerintah ataupun pihak perbankan dapat memulainya dengan menerapkan Program Perbankan Syariah Goes To Campus (PSGTC) melalui e-learning webinar Perbankan Syariah dan menggelarnya di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Selain melalui e-learning webinar, Program Perbankan Syariah Goes To Campus juga dapat dilaksanakan dengan mulai mengenalkan mahasiswa terhadap investasi saham. Pengenalan investasi saham kepada mahasiswa sangat penting dilakukan sejak awal karena investasi saham akan memiliki dampak besar terhadap kehidupan mahasiswa di masa depan nanti. Budi Rahardjo, Perencana Keuangan One Shield Consulting menegaskan bahwa investasi saham sangat penting bagi para pelajar dan mahasiswa. Mumpung masih mahasiswa pengenalan fondasi keuangan yang baik itu perlu ya. Selama masih kuliah, sebenarnya punya fleksibilitas dalam penggunaan uang walaupun terbatas, tuturnya kepada Kompas.com pada Jumat (10/7/2020). Investasi saham yang bisa diterapkan oleh mahasiswa dapat dimulai dengan menganjurkan tiap mahasiswa untuk berinvestasi saham dari reksa dana secara bertahap dan perlahan sembari terus mensosialisasikan pengetahuan perbankan syariah dan investasi saham kepada mahasiswa melalui seminar ataupun webinar.
SUMBER RUJUKAN:
https://ibtimes.id/data-populasi-penduduk-muslim-2020-indonesia-terbesar-di-dunia/
https://www.cermati.com/artikel/sejarah-dan-perkembangan-bank-syariah-di-indonesia
Harsa, Johan. Pentingnya Literasi Keuangan | Kenapa saya buat channel ini.., YouTube, uploaded by Johan Harsa, 19 Juli 2020, https://www.youtube.com/watch?v=8Vj37-UmLmM.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.