Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andien Destiani R.

Ketika Tidak Pulang Jadi Satu-Satunya Pilihan

Info Terkini | 2021-05-19 22:47:00
Dan Gribin)" />
seorang pria berjalan di rel kereta api sebagai simbol para perantau yang ingin pulang ke tempat asalnya (Unsplash / Dan Gribin)

Kebijakan pembatasan mudik menjadi buah bibir yang cukup hangat di kalangan masyarakat. Apalagi jika melihat bagaimana ramainya media sosial seperti twitter dan Instagram yang penggunanya berlomba-lomba mengisahkan tentang mereka yang tak dapat pulang ke kampung halaman tercinta. Tak sedikit pula di antara para perantau ini yang masih berstatus sebagai mahasiswa.

Zahra (19) adalah salah satu di antaranya. Mahasiswi yang sekarang berkuliah di Jember ini terpaksa menetap di kostannya lantaran ia tercegat oleh larangan mudik tersebut yang mengakibatkan ia tidak bisa pulang ke rumahnya. Hal ini juga terjadi karena kuliah luring yang ia jalani beberapa waktu belakangan ini, hingga mepet lebaran.

H-2 Lebaran masih ada ujian di kampus dan ujiannya offline, dan tanggal segitu sudah mulai ada larangan mudik, jelasnya.

Ia merasa sedih karena tak dapat berkumpul dengan keluarganya. Namun, Zahra beruntung karena ia memiliki keluarga yang mengerti akan keadaannya. Keluarganya juga membantu ia agar legowo dan bersyukur akan keadaan yang ada. Toh, ia pun menetap di sana karena kuliahnya yang merupakan suatu kewajiban.

Zahra tentu merasakan perbedaan yang signifikan antara lebaran bersama teman-temannya dan keluarganyanya. Lebaran kali ini ia hanya perlu memikirkan mau shalat eid di mana, tak perlu sibuk-sibuk mempersiapkan makanan dari malam sebelumnya. Keduanya memang berbeda drastis, tetapi bagi Zahra mau lebaran di Jember atau di asalnya, keduanya memberikan kenyamanan.

Tapi kalau disuruh milih, aku harap tahun depan sudah gak terulang lagi lebaran di perantauan ini, tambah Zahra.

Meskipun demikian, bagi Zahra mendapati dirinya musti berlebaran di tanah rantau membuat ia menjadi jauh lebih menghargai kebersamaan. Yang biasanya mengisi lebaran dengan canda dan tawa, kini ia dan keluarga, uniknya, malah mengisi lebaran dengan haru juga dengan berbagi pengalaman hidup.

Culture di keluargaku waktu lebaran itu biasanya yg haha hihi heboh gitu loh. Nah sekarang dengan aku di perantauan jadi lebih kerasa lebih nyes dan malah lebih open heart to heart gitu, lanjutnya.

Selain itu, Zahra juga jadi lebih belajar menjadi seseorang yang mandiri. Di perantauan ini, ia mau tak mau harus memutuskan segala keputusannya sendirian, terkhusus mengenai kesehariannya. Apalagi saat di bulan puasa yang mana biasanya ia tinggal membantu keluarganya, kini ia musti memutuskan sahur dengan apa sendirian, buka mau dimana, dan sebagainya.

Zahra menyangka bahwa berlebaran jauh dari rumah akan membuat ia merasa galau dan lainnya. Namun ternyata hal itu justru malah memberinya kesan mendalam yang sepertinya tidak akan ia dapatkan di lain waktu. Ia juga masih bisa merasakan keseruan lebaran dengan teman-temannya seperti staycation sehingga ia tak harus menghabiskan sisa hari lebaran dengan tidur siang.

Pembelajaran yang bisa Zahra bagikan pada sesama perantau yang belum bisa merengkuh pundak keluarganya masing-masing adalah untuk terus bersyukur, apalagi jika masih diberi kenikmatan berupa yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa seperti kondisi kesehatan yang baik

Jangan lupa tetap semangat supaya segala hal yang udah dikorbankan sekarang ini berbuah manis di masa depan. Semangat pejuang rantau! Zahra, 2021. (adr)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image