Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Putri Safira Pitaloka

Gelar Pendidikan Tak Menjamin Kesuksesan? Siapa Bilang?

Eduaksi | Wednesday, 19 May 2021, 00:07 WIB
Ilustrasi wisudawan membutuhkan pekerjaan. Doc: Tech Harvest

Yaser, tiga tahun lalu sempat menganggap bahwa kuliah bukanlah suatu hal yang penting, apalagi ia adalah lulusan dari sekolah menengah kejuruan. Menurutnya, setelah lulus dari jurusan multimedia, ia sudah memiliki skill yang cukup untuk bertarung di dunia kerja. Untuk apa berlama-lama menuntut ilmu di pendidikan formal jika hanya sebatas mencari gelar? pikirnya.

Namun pikiran bukanlah hal yang mutlak. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Iyas, sapaan akrab Yaser, kini memiliki pandangan lain. Pendapatnya ihwal pendidikan formal telah berbelok hingga 180 derajat. Bahkan saat ini ia tengah menempuh semester keempatnya di suatu universitas negeri di daerah Jatinangor.

Perubahan pandangan Iyas bukan tanpa alasan. Pengalamannya berkali-kali ditolak dalam melamar pekerjaan menjadi alasan terbesar baginya memutuskan untuk berkuliah.

Iyas memang pernah menggiati berbagai pekerjaan mulai dari content creator dan editor di salah satu event organizer di Jakarta, hingga fotografer di beberapa studio kecil. Namun orientasi yang tertuju pada honor dan cita-citanya untuk bekerja di perusahaan media membuatnya merasa tak cukup puas sampai di situ.

Dengan semangat yang penuh, Iyas kemudian mencoba mendaftarkan dirinya ke dua perusahaan media, di Bandung dan Jakarta, berharap bisa memperoleh upah yang lebih baik. Ia bahkan mengorbankan waktu dan tenaga ekstra sebab jarak rumah yang jauh dari tempatnya melamar cukup membuatnya terseok-seok.

Sayang seribu sayang, upaya Iyas terbuang sia-sia. Kedua perusahaan tersebut menolak Iyas dengan dalih pendidikan terakhirnya tidak memenuhi persyaratan.

Penolakan inilah yang membuat Yaser akhirnya memutuskan untuk kuliah di Program Studi Jurnalistik, selain karena independensi dan kenetralan dari jurnalisme itu sendiri.

Tak dapat dipungkiri bahwa dewasa ini mencari pekerjaan tidaklah mudah. Selain harus punya skill mumpuni sesuai dengan bidang yang akan dilamar, kita juga dituntut untuk memiliki ijazah yang mendukung. Frasa “orang berpendidikan” pada akhirnya benar-benar mempengaruhi nasib seseorang.

Orang yang memiliki banyak keahlian akan kalah dengan yang punya pendidikan, setidaknya dalam dunia lamar-melamar pekerjaan. Dan hal ini terbukti dari pengalaman Yaser, serta banyak orang di luar sana yang angannya untuk bekerja di perusahaan tertentu harus berhenti.

Walaupun beberapa perusahaan ada yang mengutamakan skill dalam seleksi calon pegawainya, tetap saja gelar akademik adalah hal lain yang tak kalah penting. Mengapa demikian?

Sebab yang pertama adalah materi yang disuguhkan pada setiap mata kuliah tentu memiliki esensinya masing-masing. Sebagai contoh, mata kuliah filsafat yang dapat membuka mata dan mengajak mahasiswa untuk tidak menerima segala hal begitu saja tanpa mempertanyakannya. Pelajaran ini belum tentu bisa diperoleh tanpa bantuan tenaga pendidik.

Ke-dua, bergaul di kampus dengan orang-orang terpelajar juga sangat penting karena dapat memperluas relasi dan wawasan mengenai hal-hal yang tidak diperoleh di mana pun. Bukan melulu karena akademik dan IPK, berada di lingkungan produktif juga dapat memacu kita untuk bersaing dan berusaha lebih keras, serta tidak pasrah dengan keadaan.

Ke-tiga, banyaknya acara atau kegiatan kampus selama berkuliah pun dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam teamwork, leadership, komunikasi, dan toleransi. Setidaknya begini kata Intan Ahmad, mantan Pelaksana Tugas Dirjen Belmawa Kemenristekdikti dilansir dari Republika.

Penyebab pentingnya gelar akademik dalam melamar pekerjaan ini mestinya dipahami dengan baik oleh para calon pelamar kerja baik yang sudah memiliki maupun yang sedang berjuang mendapatkan gelar pendidikan. Bahwa karena hal-hal tersebutlah perusahaan memberi nilai plus bagi para pelamar yang memiliki titel akademik. Sehingga hal-hal ini dapat diaplikasikan ketika bekerja di perusahaan mereka nantinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image