Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faiz Romzi Ahmad

Kemenangan Atas Apa?

Agama | Saturday, 15 May 2021, 01:45 WIB

Selama 30 hari kemarin kita menahan diri dari dorongan nafsu, melatih kekebalan diri atas penderitaan.

Hari ini Umat begitu gempita, bersuka cita menyambut Idul Fitri tahun kedua di saat wabah global covid 19. Lantunan takbir menggema, saling bersapa dari toa ke toa, bersahutan dari bedug ke bedug.

Puasa sebagai stasiun yang disediakan Tuhan untuk akselerasi penyucian luar dalam nilai nilai kemanusiaan kita, dan penyeimbangan fungsi jasmani dan rohani, itu pergi meninggalkan kita. Tidak terasa, sampailah kita pada muara puasa ramadan, hari kemenangan, hari raya Idul Fitri.

Perayaan Idul Fitri selalu identik dengan kepulangan secara massal manusia manusia urban ke kampung halamannya.

Meski pada Idul Fitri kali ini sedikit berbeda, dengan adanya penyekatan di ruas ruas jalan, menghimbau untuk balik kanan dan tidak melakukan perjalanan mudik.

Nyatanya, di beberapa laman berita nasional, penjebolan terhadap pos pos penyekatan dlakukan oleh para pemudik.

Tentu, aku memaklumi keinginan kuat para pemudik untuk pulang ke kampung halamannya, bertemu ibu, bapak dan sanak familinya di hari yang teramat sakral ini.

Tapi, bukankah selama 30 hari kemarin kita telah mengikuti training menahan diri atas segala nafsu, atas segala keburukan, atas perbuatan tidak baik dan merugikan orang lain?

Sementara Hari Fitri bukan hanya kebutuhan kembali ke kampung halaman, kebutuhan lebih dasarnya adalah bagaimana kita bisa kembali ke asal kehidupan kita, kembali ke autentisitas diri, kembali ke kepribadian kita sesungguhnya, fitrah.

Dalam dimensi teologis, kita akan kembali pada Tuhan kita (wa inna ilaihi rajiun), kembali kemana kita dicipta, kembali menuju Tuhan.

Lalu, selama 30 hari kemarin dari terbitnya fajar sampai fajar tenggelam kembali sudahkah kita melakukan persiapan yang baik untuk kemudian kembali kepada Tuhan? Persiapan menuju pulang yang sesungguhnya?

Puasa kemarin yang kita lakukan adalah sarana untuk menegasikan glamorisme dalam kehidupan kita, pengendalian diri untuk mendapatkan kesuksesan meraih predikat taqwa.

Hari Raya Fitri adalah kemenangan atas kemampuan pengendalian diri, kemenangan atas penyeimbangan kebutuhan jasmani dan rohani, kemenangan atas persiapan kembali ke asal kita.

Mari secara seksama kita merenung di Hari Kemenangan ini. Apakah kita sudah menang atas diri kita?

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar Wa lillahil-hamd

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image