Makna di Balik Tarian Sufi Rumi
Gaya Hidup | 2022-04-18 14:21:17Tarian sufi ini dikembangkan oleh syeikh sufi maulana Jalaluddin Rumi, ia tidak hanya dikenal dan dihargai oleh kaum muslim tapi juga dikagumi oleh Yahudi dan Nasrani.
Menurut beberapa catatan, gagasan tarian ini berawal dari rasa sedih sang sufi. Konon, ia menari berputar melawan arah jarum jam selama tiga hari tiga malam.
Tarian ini terikat dengan prosedur syariah, sehingga tak ideal bila para perempuan yang membawakannya, apalagi ditonton oleh khalayak ramai.
Kemudian tata laksana tarian tersebut biasanya dibagi menjadi empat bagian:
Pertama, akan ada seorang penyanyi solo yang melantunkan lagu pujian untuk Rasulullah dan diikuti oleh improvisasi dari alat musik flute. Bagian ini disebut Naat.
Kedua adalah Devr-i Veled, yakni para penari akan saling membungkuk satu sama lain.
Proses ketiga justru menjadi bagian utama tarian. Pada proses ini, penari akan berputar di luar pemimpin tarian yang berada di tengah. Terakhir, bagian Taksim yang melantunkan Alquran dan berdoa.
Sedangkan makna batin dari tarian tersebut, diantara sebagai bentuk meditasi dan medium penyembuhan bagi masyarakat modern guna menstabilkan ritme hidup yang terpecah.
Pada intinya, tarian ini melambangkan kehendak diri ingin menyatu dengan ilahi dan masuk ke alam ekstasi secara ruhani.
Fakta bahwa “penyatuan” itu tidak mungkin yang memberikan rasa sedih para sufi akan Kekasihnya.
Selain makna peleburan diri ke alam non materiil, gerakan tariannya juga sama dengan gerak tawaf. Para penari yang berkeliling dianggap bagai bulan dan penari di tengahnya sebagai matahari.
Secara singkat tarian sufi yang berkembang dari Turki ini sebagai ekspresi perjalanan seorang hamba menuju Tuhannya dengan mengabaikan yang lain selain ketaatan.
Disamping itu, ia juga melambangkan rasa cinta dan kemanusiaan yang paling dalam untuk saling memahami dan menggerakkan kehidupan. Jadi, jangan anggap tarian sufi ini sebagai tarian radikalisme, maka pahamilah![]
=====
Pernah tayang di portalsatu//januari2020
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.