Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image publik histori_indonesia

Apa Aja Sih Tingkatan Wali?

Agama | 2021-05-08 04:34:33

Bagi muslim di Nusantara tentunya tidak asing dengan "Wali Songo". Peran Wali Songo tidak bisa dilepaskan dalam sejarah maupun perkembangan Islam di Nusantara. Dalam momen bulan suci Ramadhan 1442 H ini. mari kita menelisik stratafikasi atau tingkatan Wali.

Dikutip dari buku karya Dr H. Ajid Thohir MA. Dalam buku Historiositas dan Signifikansi Kitab Manaqib Syeikh Abdul Qadir al-Jilani dalam Historiografi Islam. h.207-209.

Syaikhul Akbar Ibnu Araby dalam kitab Futuhul Makkiyyah membuat klasifikasi tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tak terbatas. Sedikitnya terdapat Sembilan tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut:

1. Wali Aqhthab atau Wali Quthub. Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali diseluruh alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan.

2. Wali Aimmah. Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bernama Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bernama Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat.

3. Wali Autad. Jumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Kakbah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul Haiyi , Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdu Murid.

4. Wali Abdal. Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Pengarang kitab Futuhatul Makkiyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu, mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah. Pada tahun 856 di Spanyol, Ibnu Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Abdul Madjid bin Salamah sahabat Ibnu Arabi pernah bertemu Wali Abdal bernama Muaz bin al-Asyrash. Beliau kemudian menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab dengan lapar, tidak tidur dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian.

5. Wali Nuqoba. Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan mereka tentang hukum syariat. Dengan demikian mereka akan segera menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika Wali Nuqoba melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak.

6. Wali Nujaba. Jumlahnya mereka sebanyak 8 orang dalam setiap masa.

7. Wali Hawariyyun. Berasal dari kata hawari, yang berarti pembela. Ia adalah orang yang membela agama Allah, baik dengan argumen maupun senjata. Pada zaman nabi Muhammad sebagai Hawari adalah Zubair bin Awam. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekunan dalam beribadah.

8. Wali Rajabiyyun. Dinamakan demikian, karena karamahnya muncul selalu dalam bulan Rajab. Jumlah mereka sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan antara mereka saling mengenal. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak. Bahkan, terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib. Berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap berbaring diatas ranjang. Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian, sesudah 3 hari baru bisa berbicara. Apabila bulan Rajab berakhir, bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-sehari sebagai pedagang.

9. Wali Khatam. Khatam berarti penutup. Jumlahnya hanya seprang dalam setiap masa. Wali Khatam bertugas menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat nabi Muhammad SAW.

Muhyiddin Ibn Araby, Futuhat al Makiyyah, h.76. Al Hujwiry, Kasyf al Mahjub, h.317-3

Stratifikasi kewalian ini secara akademik sebenarnya belum memiliki kata final. Mungkin Ibn Araby mengukurnya dari aspek ruhaniyah dengan metodologi tertentunya. Namun berdasarkan kaca mata fiqh Wahaby belum tentu mendapat persetujuan bahkan banyak mendapat gugatan, mengingat pembahasan seperti ini masih dalam wacana filsafat. Gugatan terhadap Ibn Araby bisa dilihat dalam Abd Qodir al-Sindy, Tashawwuf fi Mizan al-Bahts, h.636. Namun demikian, Ibn Araby tetap memiliki otoritas yang cukup tinggi dan sangat terkenal dalam membahas dan membuat konsep-konsep filsafat sufi (theosophy). Kita bisa melihat komentar William Chitick, tentang posisi intelektualitas Ibn Araby dalam beberapa pengantar karya-karyanya. Bahkan Dr Hasan al-Syarqawy, dalam membahas Alfadz al-Shufiyyah, banyak menggunakan konsep-konsep Ibn Araby mengenai tingkatan-tingkatan kewaliannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image