Arti Penting Merger Bank Syariah Indonesia (BSI)
Bisnis | 2021-05-02 17:21:31Perkembangan ekonomi syariah sepanjang 2021 diprediksi masih terus tumbuh positif dan industri perbankan syariah akan berperan dominan, didukung kehadiran PT. Bank Syariah Indonesia, Tbk, entitas hasil merger tiga bank syariah milik bank BUMN. Saat ini Indonesia sudah dalam jalur tepat untuk memaksimalkan segala potensi ekonomi syariah yang ada, salah satu buktinya, sejak 1 Februari 2021 telah diresmikan bank terbesar bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk., yang merupakan hasil penggabungan usaha tiga bank milik anak usaha BUMN yakni PT Bank BRI Syariah Tbk., PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri, Tbk. nantinya akan berfokus untuk semua segmen nasabah, mulai dari UMKM, affluent middle-class, investor, wholesale, dan korporasi. sejarah penting di perbankan syariah Indonesia, Keberadaan Bank Syariah Indonesia (BSI) industri perbankan syariah akan terus berperan dominan dalam perkembangan ekonomi syariah karena sektor ini telah mencatat pertumbuhan yang baik pada 2020 dan di tahun 2021 diyakini dapat membangkitkan ekonomi dan keuangan syariah serta memajukan ekosistem halal di tanah air.
Permodalan di bank syariah juga harus ditingkatkan agar perluasan jaringan dapat dilakukan, Bank Syariah Indonesia (BSI) nantinya digadang memiliki total aset hingga Rp250 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Jumlah tersebut menempatkan bank hasil penggabungan dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan target masuk top 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar. Kesadaran masyarakat menggunakan usaha keuangan syariah perlu dibangun, yang tentu saja ini harus diikuti dengan peningkatan kualitas layanan jasa keuangan syariah dan kemudahan akses keuangan bagi masyarakat luas. Apabila semua potensi ekonomi berbasis syariah yang telah ada saat ini terus dikembangkan, maka kita optimistis bangsa Indonesia akan menjadi pusat perkembangan keuangan syariah di tingkat dunia.
Bank Syariah Indonesia (BSI) berpotensi menjadi motor baru pertumbuhan ekonomi dengan perencanaan keuangan yang baik sesuai prinsip syariah dan optimalisasi peluang bisnis syariah pasca pandemi Covid-19. Kehadiran Bank Syariah Indonesia (BSI) adalah pertanda besarnya potensi perkembangan ekonomi nasional tahun ini didorong oleh industri syariah , dimana penerapan sistem ekonomi syariah juga menguntungkan bagi masyarakat non-Muslim. saat ini indeks literasi syariah nasional masih berada di angka 8,93 persen, jauh di bawah tingkat literasi masyarakat atas keuangan konvensional yakni 37,72 persen, diharapkan membawa Indonesia menjadi kiblat ekonomi dan keuangan syariah dunia pada tahun 2024, terdapat beberapa fakta dan angka dapat dicatat yang memberikan harapan dari merger ini. Selama 2020, BRI Syariah mengalami peningkatan pembiayaan di segmen ritel yang tumbuh 49,74 persen menjadi Rp 20,5 triliun. Sedangkan BNI Syariah, yang baru saja menjadi bank buku III pada kuartal I tahun ini, berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih 58,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 214 miliar. BSM, membukukan laba bersih Rp 368 miliar pada kuartal I 2020, naik 51,53 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Statistik terbaru yang penulis update dari laman OJK menunjukkan, tiga bank yang dimerger sekitar 40 persen dari total aset seluruh bank syariah.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Juni 2020 nilai aset industri perbankan syariah dapat tumbuh hingga 9,22 persen secara tahunan , lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan aset perbankan konvensional, yang sebesar 4,89 persen. Bank syariah hasil merger akan bergerak bersama dengan bank-bank syariah lainnya serta berkolaborasi dengan lembaga keuangan syariah, perusahaan sekuritas, manajer investasi, perusahaan fintech serta lembaga pengelola dana ZISWAF untuk melayani kebutuhan para pelaku usaha di industri halal atau industri lainnya.
Tujuan utama penggabungan usaha ini adalah meningkatkan daya saing dan market share. Karena itu, bank syariah BUMN yang baru ini harus menargetkan konsumen bank konvensional, dan/atau yang paling baik adalah unbanked people demi meningkatkan market share-nya. Selain itu, riset menunjukkan bahwa nasabah eksisting bank syariah yang muslim religius bukanlah swing customers. Tidak mudah terpengaruh untuk berpindah ke bank lain (bank syariah atau konvensional) hanya jika bank lain tersebut menawarkan rates yang lebih tinggi. Dengan besarnya modal inti dan aset, apalagi ditargetkan jika bank syariah BUMN ini bisa naik ke buku IV, maka bank ini bisa mendapat sumber dana lebih murah yang mampu membuat bank syariah BUMN menyalurkan pembiayaan dengan murah dengan target utama adalah UMKM, dimana untuk menjangkau pelaku UMKM hingga pelosok, Bank Syariah Indonesia (BSI) akan bekerja sama dengan berbagai pihak dan pemangku kepentingan di seluruh Indonesia untuk mencapai proyeksi dana disalurkan untuk UMKM senilai Rp53,83 triliun.
Merger bank syariah BUMN bisa belajar banyak dari keberhasilan merger empat bank pemerintah pada 1999. Strategi Pasca Merger penguatan literasi, edukasi, dan inklusi demi menjangkau unbanked people. Dengan edukasi yang masif, literasi keuangan akan meningkat sehingga dalam jangka panjang turut menumbuhkan inklusi. Per 2019, literasi keuangan Indonesia hanya 38,03%, naik 8,3% dari 2016. Sementara inklusi keuangan di saat yang sama adalah 76,19 %, naik 8,3 % dari 2016. Kenaikan literasi keuangan yang diikuti inklusi keuangan secara nasional tidak terjadi di industri perbankan syariah. Literasi keuangan syariah Indonesia hanya 8,93% di tahun 2019, naik sedikit dari posisi 2016 sebesar 8,1%. Sementara itu, inklusi keuangan syariah justru turun dari 11,1% pada 2016 menjadi 9,1% pada 2019. Target utama literasi ke depannya harus fokus menyasar ibu rumah tangga dan pemuka agama. Saat ini pengembangan ekonomi dari pesantren sedang mulai gencar dilakukan. Hal ini merupakan langkah yang baik untuk menjangkau para ulama, akademisi, praktisi dan cendikiawan sehingga mampu membagikan ilmu-ilmunya kepada orang lain atau anak didiknya agar memakai produk bank syariah berupa layanan digitalisasi model bisnis dan digitalisasi layanan.
Dengan melakukan digitalisasi di model bisnis dan layanan, maka customer experience akan meningkat sehingga bisa menarik nasabah baru. Untuk digitalisasi layanan, Bank Syariah Indonesia bisa mengambil contoh produk digital beberapa bank yang menyediakan layanan pembukaan rekening dan membuka/menutup deposito dengan mudah, cepat, dan gratis; atau transfer uang tanpa biaya. Sedangkan digitalisasi model bisnis bisa dilakukan bank hasil merger dengan turut menggandeng pelaku teknologi finansial (tekfin) untuk pengembangan usaha.
Penulis
Sunarji Harahap, M.M.
Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Islam UIN Sumatera Utara / Pengurus MES Sumut / Pengurus IAEI Sumut
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.