Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Achmad Syalaby Ichsan

Lelaki yang tak Berhasrat

Agama | 2021-04-28 22:49:15

Ayat mengenai lelaki yang tak punya hasrat dengan perempuan kerap dijadi kan pedoman para pendukung lesbian, gay, bi sek sual, dan transgender (LGBT). Mereka berdalih jika ayat tersebut menjadi dalil sahih pembenaran keber ada an kaum homoseksual dalam Alquran. Imam Ibnu Katsir menjelaskan, turunnya ayat tersebut sebenarnya dilatarbelakangi oleh tuntunan menutup aurat bagi kaum perempuan.

Diriwayatkan oleh Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan jika Asma binti Marsad yang mempunyai warung di perkampung an Bani Harisah menjelaskan kaum wanita mondar-mandir memasuki warungnya tan pa memakai kain sarung sehingga pergelangan kaki mereka terlihat. Dada mereka serta rambut mereka pun kelihatan. Asma pun berkata, "Alangkah buruknya pakaian ini." Imam Ibnu Katsir pun menjelaskan, usai peristiwa tersebut, turunlah ayat yang tertera dalam QS an-Nur: 31.

Riwayat lain yang ditakhrijkan oleh Ibni Mardawaih, dari 'Ali bin Abi Thalib ra, ia berkata: Pada masa Rasulullah SAW, ada seorang berjalan di suatu jalan di Ma dinah, kemudian dia melihat seorang pe rem puan. Perempuan itu pun melihatnya, lalu setan pun mengganggu keduanya se hingga masing-masing melihatnya karena terpikat. Maka, ketika laki-laki tersebut mendekati suatu tembok untuk melihat wanita tersebut, hidungnya tersentuh tembok hingga luka. Lalu ia bersumpah: Demi Allah, saya tidak akan membasuh darah ini hingga bertemu Rasulullah SAW dan memberi tahu kepadanya tentang masalahku. Kemudian ia datang kepada Rasulullah dan menceritakan peristiwanya. Kemudian bersabdalah beliau: "Itu adalah balasan dosamu" lalu turunlah ayat tersebut. Untuk lebih jelasnya, begini bunyi leng kap QS an-Nisa ayat 31.

"Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pan dangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampak kan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tam pak darinya. Dan hendaklah mereka me nutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau put ra-putra mereka, atau putra-putra sua mi mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan me reka, atau wanita-wanita Islam, atau bu dak-budak yang mereka miliki, atau pela yan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anakanak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukul kan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orangorang yang beriman, supaya kalian beruntung."

Ulil Irbati Minarrijal dalam ayat itu disebut Prof Quraish Shihab dalam tafsir al Mishbah sebagai pelayan-pelayan lakilaki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita). Menurut Quraish, kata irbah diambil dari kata ariba yang berarti memerlukan atau menghajatkan. Adapun yang dimaksud di sini adalah kebutuhan seksual dan anak-anak atau yang sakit sehingga dorongan tersebut hilang darinya.

Sayyid Quthb dalam Tafsir Fizhilalil Quran menjelaskan, pelayan-pelayan lakilaki yang tidak mempunyai keinginan adalah para lelaki yang tidak memiliki syahwat terhadap wanita disebabkan oleh apa pun. Contohnya saja, orang yang dikebiri, impoten, tidak sempurna akalnya, gila, dan segala sebab yang membuat lelaki tidak bernafsu kepada wanita. Karena, pa da kon disi tersebut tidak timbul fitnah dan godaan.

Lebih detail, Imam Ibnu Katsir meng ungkapkan, mereka adalah orang-orang sewaan dan para pelayan yang tidak sepa dan (dengan majikan). Akal mereka pun ku rang dan lemah, tiada keinginan terha dap wanita pada diri mereka dan tidak pu la berselera terhadap wanita. Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud adalah lelaki dungu yang tidak mempunyai nafsu syah wat.

Mujahid mengatakan bahwa yang di mak sud adalah lelaki yang tolol. Sedang kan, menurut Ikrimah, yang dimaksud adalah laki-laki banci yang kemaluannya tidak dapat berereksi. Kalangan salaf lain mengatakan hal yang sama mengenai lelaki tak berkeinginan tersebut.

Sebaliknya, para pendukung gerakan LGBT mengartikan jika ayat tersebut men jadi dalil bahwa lelaki itu merupakan se orang homoseks yang menyukai lelaki lain. Adanya ayat tersebut pun membutkikan jika Alquran pun menganggap homoseksualitas merupakan sebuah kewajaran.

Mereka pun menempatkan ayat dalam QS al-Isra: 84 menjadi penyokong argumentasi tersebut. "Katakanlah, "Tiap-tiap orang ber buat menurut keadaannya masingmasing." Maka Tuhan kalian lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya." Menurut para pendukung LGBT, keadaannya masing-masing disini disebut sebagai keragaman orientasi seksual.

Sikap nabi

Eksistensi kaum LGBT sudah terjadi pada zaman Nabi Luth AS. Kaum ini pun kembali ada pada masa Rasulullah SAW. Karena Rasulullah SAW merupakan uswa tun hasanah, sudah selayaknya kita meng ikuti Nabi SAW dalam menyikapi kaum tersebut.

Dalam kitab sahih disebutkan melalui hadis Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah RA bahwa dahulu ada seorang lelaki banci yang biasa masuk menemui istri Rasulullah SAW. Mereka menganggapnya termasuk orang lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita. Pada suatu hari Nabi SAW masuk ke dalam rumahnya, se dangkan lelaki tersebut sedang menggambarkan perihal seorang wanita.

Lelaki itu mengatakan bahwa wanita ter sebut apabila datang, maka melangkah dengan langkah yang lemah gemulai. Apa bila pergi, ia melangkah dengan lemah ge mulai disertai dengan goyangan pantatnya. Maka, Rasulullah SAW bersabda: Bukan kah kulihat orang ini mengetahui apa yang ada di sini? Jangan biarkan orang ini masuk menemui kalian! Maka Rasulullah SAW mengusir lelaki itu, kemudian lelaki itu tinggal di Padang Sahara. Dia masuk (ke dalam kota) setiap hari Jumat untuk mengemis meminta makanan.

Imam Ahmad meriwayatkan hadis yang bersumber dari Ummu Salamah. Dia me nga takan, Rasulullah SAW masuk ke rumah nya. Ketika itu, di hadapan Ummu Salamah dan Abdullah ibnu Abu Umayyah (saudara laki-laki Ummu Salamah) terdapat lelaki banci.

Lelaki banci itu berkata, "Hai Abdul lah, jika Allah memberikan kemenangan kepadamu atas negeri (kota) Taif besok, ma ka boyonglah anak perempuan kalian. Karena sesungguhnya dia bila datang menghadap melangkah dengan langkah yang lemah gemulai, dan bila pergi, ia melangkah dengan lemah gemulai disertai dengan goyangan pantatnya." Perkataan nya itu terdengar oleh Rasulullah SAW maka beliau bersabda kepada Ummu Sa lamah: "Jangan biarkan orang ini masuk menemuimu!"

Kita bisa menyimpulkan adanya hadis ini menunjukkan jika Rasulullah SAW tak menggolongkan kaum LGBT sebagai go longan dari 'lelaki yang tak mempunyai keinginan'. Ini bisa terlihat jelas pada hadis yang bersumber dari Siti Aisyah di atas. Jika nabi menggolongkannya termasuk 'lelaki yang tak mempunyai keinginan', maka lelaki itu tak akan diusir karena dia mendapat pengecualian untuk bisa melihat aurat perempuan mukmin.

Bagaimana dengan QS al-Isra ayat 84 yang dimaknai sebagai keragaman orientasi seksual? Quraish Shihab menjelaskan, syakilah yang dimaksud dalam ayat ini pada mulanya digunakan untuk cabang pada satu jalan. Ibn 'Asyur memahami kata ini dalam arti jalan atau kebiasaan yang dilakukan seseorang sementara Sayyid Quthb memahaminya dalam arti cara dan kecenderungan. Menurut Quraish, ayat ini menunjukkan bahwa setiap manusia me miliki kecenderungan, potensi, dan pembawaan yang menjadi pendorong aktivitasnya. Tidak ada tafsir keragaman orientasi seksual dari para ulama atas ayat ter sebut. Wallahu a'lam. n

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image