Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Herlina Fitri Yani Manurung

Pandemi Destinasi Mangrove

Sastra | 2021-04-24 10:41:50

Oleh: Herlina Fitri Yani Manurung dan Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd.

Saya Hefini, anak perempuan berusia 20 tahun berkacamata, kulit putih dan rambut panjang. Medan 4 Maret 2021 hingga saat ini Covid 19 masih menyebar ke seluruh dunia yang membuat saya dan teman-teman tidak bisa berlibur ke luar kota. Maka tahun ini kami berencana untuk liburan ke sekitar daerah Medan. Teman-teman saya Auryn, Mitha dan Jessi akhirnya memutuskan untuk berlibur ke Belawan, tetapi saya dan teman-teman belum memutuskan mau kemana. Ketika teman saya Auryn atau sering disebut Ryn, akan mencari tempat liburan di Internet. Ryn sudah menemukan resort yang tepat, yaitu hutan di kawasan Belawan yang tumbuh di daerah pasang surut. Saya dan teman-teman memutuskan untuk berlibur ke sana. Di sana, kami menginap di Hotel Pardede Belawan.

Keesokan harinya, di pagi hari. Di hari pertama liburan, kami memutuskan untuk pergi ke hutan. Hutan ini dinamakan Ekosistem Mangrove Sicanang. Setelah sampai di hutan, banyak anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, dan remaja berkunjung ke sana. Tapi saya sangat malas bermain di hutan. Akhirnya, saya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar area tersebut.

Mitha berkata, "Jangan tinggalkan kami Fin."

Saya berkata, "Oke, bung."

Ternyata berjalan-jalan di hutan bakau itu nikmat. Apalagi menikmati sejuknya angin, dan burung bangau yang riang, rasany nikmat banget. Barulah pada akhirnya ketika saya melihat hutan bakau suasana berakhir. Pohon ini langka di dunia dan harus dilindungi dari pelanggaran ilegal. Pohon itu terlalu megah yang membuat saya terkesan ketika melihat pohon itu.

Ketika saya kembali menjelajahi Hutan Margrove, saya menemukan sekolah alam di sekitar hutan. Lalu saya bertanya kepada seorang penjaga hutan bakau.

“Selamat pagi Pak.” Saya menyapa bapak itu.

“Ya, selamat pagi.” Jawab bapak itu atas sapaanku.

“Nah, sekolah itu adalah sekolah alam, bukan, Pak?” Tanyaku kepada laki-laki itu.

"Tidak, Nak," jawabnya.

“Jadi Pak?” Tanyaku lagi.

“Nanti sekolah itu nantinya akaan dibangun berbagai kegiatan atraksi dan sarana hiburan, selfie spot, fishing spot dan batik untuk anak-anak dengan memanfaatkan getah dari mangrove” jawab bapak itu.

“Wah, tempat ini elegan sekali!” Kataku dalam hati.

“Di zona ekosistem mangrove, Anda bisa melihat panorama hutan mangrove dari berbagai sudut.” Tambah bapak.

"Wow, keren sekali. Luar biasa. Terima kasih atas penjelasannya,"kataku.

"Ya, sama-sama, Nak," jawab sang bapak.

Saya kembali menjelajahi tempat ini. Saat saya ingin melihat-lihat daerah sekitarnya, mata saya teduh, ternyata saya sedang berada di daerah yang indah dan menawan. Berkali-kali saya mencubit diri saya sendiri, tetapi ini benar! Saya terkejut menjadi orang yang bisa melihat tempat itu, dan ketika saya berjalan-jalan, saya menemukan tempat, tetapi dia berbeda. Dia luas, dikelilingi banyak bakau dan sekitar bakau, dimana ada gubuk yang sejuk.

Kemudian teman saya mendatangi saya dan berkata "Hai, Fin"

Saya menjawab "Ya, Lynn eh salah Ryn maksudnya haha."

"Dari mana saja kamu? Kami telah mencarimu" tanya Mitha.

Saya menjawab: "Saya pernah melihat pohon yang langka di dunia sebelumnya, dan itu juga pohon di alam. Saya bertanya kepada salah satu penjaga, dan penjaga berkata bahwa sekolah alam akan dibangun di untuk berbagai atraksi dan fasilitas hiburan buat anak-anak bermain, spot selfie, spot mancing dan membatik menggunakan getah mangrove.”kataku pada temenku.

“Nah, bagus penggunaan tempat ini.” Kata temanku.

Kemudian kami berjalan bersama sambil mengamati laut. Saat kami berjalan, saya merasa lapar dan perut saya berbunyi.

Jessi berkata, "Apakah kamu lapar? Fin?"

Saya bilang “Ya."(Dengan senyuman).

"Baiklah, ayo kita cari makan, teman," kata Misha.

"Ayo" kami menjawab dengan serentak.

Auryn segera melihat kedai di sana. Lalu kami juga pergi makan di kedai. Hari mulai sore, kami memutuskan untuk kembali ke hotel tempat kami menginap. Keesokan paginya, kami pergi ke laut. Kami menemukan seekor bangau sedang berenang.

“perlu diketahui bahwa burung bangau adalah salah satu burung yang memiliki paruh yang panjang dan besar. Jadi jangan terlalu dekat, nanti kita akan dipatoknya.” Kata Auryn kepada kami.

"Oke, begitu, tapi bangau itu seperti angsa Kanada."

“Ya, bangau itu terkait dengan angsa Kanada, jadi mereka sangat mirip, haha.”

Kami berjalan melewati hutan sampai kami menemukan area yang luas.

"Tunggu, sepertinya kamu mendengar sesuatu. Sekelompok burung bangau terbang! Lari atau kita akan disematkan!"

Kami kehabisan napas, tapi kerumunan itu terlalu padat, jadi Jessi terjepit.

Aku berkata: “Jessiiiii.” Aku segera berlari dan membantu Jess.

Untungnya, saya memakai sepatu kets. Jessi! Jace oh Jace, bagaimana apa kau baik-baik saja?

Jessi berkata, "Ahh, ya, saya baik-baik saja, terima kasih atas bantuannya."

“Ya, sama-sama.” Jawab saya.

Saat kami berjalan bersama, kami menemukan sekelompok umang-umang.

"Ini adalah umang-umanh parasit Malacostraca terbaik Nomura. Tapi Aku tidak tahu urutannya." Kata Ryn dengan polosnya.

Saya berkata, "Ya, informasinya telah diberikan dengan baik kepada kami, haha."

"Wah, pandai sekali kamu sekarang ya ryn?” kata Jessi.

"Tidak apa-apa, jangan terima kasih Fin, haha." jawab Mitha dengan spontan.

“Ya begitulah ryn. Oke sama-sama Herfinaaaa. Lah mengapa jadi kamu yang menjawabnya Mit?” kata Auryn.

“Hmm, tidak apa-apakan biar tidak terlalu tegang sekali” kata Mitha.

“OKE” jawab kami dengan serentak dan tertawa.

Sampai akhirnya kami selesai jalan-jalan di antara hutan bakau, hari sudah sore. Kami kembali ke hotel untuk berkemas, lalu kembali ke Medan. Destinasi alam hutan bakau yang mempesona dan liburan yang mengasyikkan.

Penulis merupakan Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unimed Angkatan 2018 dan Dosen Pengampu Mata Kuliah Penulisan Kreatif Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unimed.

Cerpen ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Kreatif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image