Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Didi Rosadi

RAMADHAN SEBAGAI BENTUK SPIRITUAL ENGINEERING

Guru Menulis | Wednesday, 13 Apr 2022, 21:15 WIB
Foto : Dokumen Pribadi

Ku menantimu

Saban waktu bangkit jiwaku

Kau suluh hatiku Dengan sinar kudus kasihmu

Kuharapkan terus Bersamamu selamanya

Ramadhan

Ramadhan

Ramadhan di hati

Ramadhan

Ramadhan

..

(Maher Zein)

Penggalan kata di atas merupakan lirik lagunya Maher Zein dengan tema bulan suci Ramadhan, setiap kali mendengar lagu ini saya merasa ada suasana kebatinan yang damai, kita seakan di bawa pada makhluk spritualitas yang masuk ke dalam dasar penciptaan, menyelami sisi kebatinan sebagai makhluk dengan segala kekurangan dan keterbatasan.

Secara resmi pemerintah mengumumkan awal bulan suci ramadhan tahun 1443 Hijriah melalui Kementerian Agama jatuh pada hari Minggu tanggal 3 April 2022 dengan pertimbagan Hisab dan Rukyatul Hilal. Keputusan penentuan waktu berbeda dengan beberapa organisasi Islam di Indonesia, diantaranya Muhammadiyah yang memutuskan tanggal 2 April 2022 hari pertama puasa. Perbedaan ini sudah bisa dan tidak menjadi permasalahan krusial untuk diperdebatkan.

Puasa Ramadhan termasuk ke dalam rukun Islam ketiga dalam ajaran Islam dengan hukum wajib dilaksanakan bagi mereka yang memenuhi syarat puasa. Semua perintah dalam agama selain bernilai ibadah juga memiliki sisi rasional yang bermanfaat untuk kesehatan manusia. Banyak sekali literature yang mengupas ibadah puasa ramadhan baik dari sisi kesehatan ataupun pahala yang berlipat ganda.

Rekayasa spiritual lebih popular disebut dengan spiritual engineering, sering dilakukan di dunia pendidikan dan pengobatan, untuk mendapatkan kedalaman batin yang tenang terlepas dari belenggu permasalahan. Banyak para tokoh agama menggunakan spiritual engineering untuk meningkatkan kecerdasan spiritual para jemaahnya, ada yang menggunakan konsep manajemen qolbu, sodaqoh, berzikir dan berbagai training.

Bulan puasa ramadhan merupakan moment yang ditunggu oleh pemeluk agama Islam sebagai waktu untuk melakukan perubahan dalam menjalankan perintah dan menjauhi berbagai larangan-Nya. Terdapat peningkatan ritual ibadah pada bulan puasa ramadhan, hal ini bisa terlihat dari jumlah jamaah masjid, membaca Al-Quran disepanjang malam dan pemberikan Zakat Fitrah.

Peningkatan jumlah Jemaah masjid di setiap daerah pada bulan Ramadhan, dilandasi dengan kesadaran bahwa pada bulan ini moment berlipat gandanya berbagai pahala untuk setiap ritual ibadah. Masjid menjadi ruang hidup yang menggeliat disepanjang malam, mengharap ampunan dan keberkahan. Keramaian masjid tidak terjadi hanya satu atau dua hari saja, akan tetapi bertahan sampai akhir Ramadhan. Para remaja generasi milenial menjadikan masjid sebagai tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan misalnya pesantren kilat, kesan masjid harus berubah dari wajah kolot yang diisi oleh orang-orang lanjut usia dengan gaya khas generasi old berubah menjadi tempat bergaul kaum milineal dengan nilai-nilai Islam.

Membaca Al-Quran/tadarus bisa kapan dan dimana saja, akan tetapi ada waktu dan tempat terbaik yang bisa digunakan, yaitu pada bulan Ramadhan dan bertempat di Masjid. Banyak para ulama menganjurkan untuk sering menamatkan Al-Quran pada bulan Ramadhan, karena pahala yang diberikan berlipat ganda, keistimewaan bulan bulan ini juga sebagai moment diturunkannya Al-Quran. Tadarus dilakukan setelah solat Isya, tarawih dan witir secara berjamaah sepanjang malam di bulan Ramadhan untuk meningkatkan nilai-nilai spiritual.

Di akhir Ramadhan, setiap muslim yang mampu diwajibkan untuk membayar zakat fitrah, untuk membersihkan diri dari segala sesuatu yang dimakan selama satu tahun, membersihkan dari sesuatu yang subhat (meragukan). Selain membersihkan jiwa bagi orang yang berpuasa, zakat fitrah juga bernilai social karena membantu para mustahik sebagi penerima zakat. Hal ini sebagai momentum membangun empati dengan sesama, turut merasakan dan membantu fakir dan miskin.

Bulan Puasa Ramadhan sebagai salah satu bentuk spiritual engineering yang memiliki kekuatan besar untuk mendidik jiwa manusia, kepedulian social dan membangun kedekatan antara makhluk dengan kholiknya. Mengikis naluri hewani, keserakahan dan kesembongan. Di luar bulan Puasa Ramadhan, kita terlalu larut dalam keseharian, mengikuti gerak jaman yang semakin materialis. Semoga nilai-nilai Puasa Ramadhan yang kita peroleh dapat membumi dalam keseharian.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image