KEMAMPUAN MENYIMAK: RESEPTIF DAN PRODUKTIF
Guru Menulis | 2022-04-13 10:54:50Menyimak merupakan bagian dari kemampuan berbahasa. Sebagai kemampuan, menyimak menempati peran penting mengingat bahwa kegiatan manusia dalam keseharian dilakukan melalui menyimak.
Di sekolah, kegiatan menyimak tampak lebih mendominasi pada saat belajar. Indikatornya: guru menjelaskan dengan metode ceramah, siswa menyimak penjelasan guru.
Sesuai dengan pergantian kurikulum, istilah menyimak mengalami pasang surut dalampengimplementasiannya. Jika pada Kurikulum Bahasa Indonesia yang diberlakukan pada 1968, 1975, 1984, dan 1994 istilah menyimak masih digunakan; maka pada Kurikulum 2004, dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan sejak 2006 istilah menyimak diganti dengan mendengarkan.
Dalam Kurikulum Merdeka (2022:1), kemampuan menyimak dijelaskan sebagai berikut.
"Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan pondasi dari kemampuan literasi. Semua bidang kajian kehidupan dan tujuan sosial menggunakan kemampuan literasi. Literasi menjadi kemampuan sangat penting yang digunakan untukbekerja dan belajar sepanjang hayat. Kemampuan literasi dikembangkan kedalampembelajaran menyimak, membaca, dan memirsa,menulis,berbicara,dan mempresentasikan untuk berbagai tujuan berbasis genreyang terkait dengan penggunaan bahasa dalam kehidupan."
Menyimak Reseptif
Sebagaimana disinggung, menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangat penting, karena si penyimak dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Demikian pula di sekolah, dengan menyimak peserta didik (siswa) dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Ini berkaitan dengan hakikat menyimak yang menekankan pada pemahaman terhadap bahan simakan yang memerlukan ketrampilan aktif karena penyimak harus merekonstruksi pesan yang dimaksud oleh pembicara dan mengembangkan secara aktif baik secara linguistik maupun non-linguistik.
Berdasarkan paparan tersebut kegiatan menyimak bersifat aktif reseptif. Ini berarti bahwa menyimak merupakan proses decoding – kemampuan untuk memahami bahasa yang ditujukan oleh pihak lain. Keberhasilan seseorang dalam menyimak ditentukan berbagai faktor, yaitu faktor linguistik dan non-linguistik. Faktor linguistik mencakup kemampuan yang berkaitan dengan kebahasaan seperti: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Faktor non-linguistik.
Sebagaimana diungkapkan Logan, menyimak dapat dipandang sebagai suatu sarana yang berarti adanya kegiatan yang dilakukan oleh seseorang pada waktu menyimak yang harus melalui tahap mendengar kombinasi bunyi yang telah dikenal, kemudian secara simultan mengartikannya. Dengan cara demikian, ia dapat menginterpretasi dan memahami makna bunyi-bunyi tersebut.
Menyimak juga dapat dipandang sebagai suatu ketrampilan. Ini berarti, bahwa menyimak itu bertujuan untuk berkomunikasi. Oleh sebab itu, melibatkan ketrampilan aural-oral. atau ketrampilan yang berhubungan dengan pendengaran dan pelisanan).eliputi kemampuan yang berkaitan dengan sosio budaya.
Sebagai suatu seni, menyimak berarti bahwa bila kita akan menjadi penyimak yang baik, harus melakukan kegiatan dalam menyimak seperti kegiatan yang dilakukan pada waktu mempelajari seni lukis atau musik. Dalam hal ini kedisiplinan, konsentrasi, partisipasi aktif, komprehensi dan evaluasi sangat dituntut dilakukan penyimak.
Apabila penyimak akan merespons secara efektif, ia harus memiliki pancaindra yang cukup baik dan harus memiliki kemampuan menginterpretasi pesan secara utuh, memahami maknanya, memutuskan menerima atau menolak pesan tersebut, dan memberi saran kepada pembicara.
Menyimak Kreatif atau Produktif
Menyimak kreatif merupakan kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara: (a) mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun menggunakan struktur dan diksi yang berbeda; (b) merekonstruksi pesan yang telah disampaikan pembicara; dan (c) menyusun petunjuk atau nasihat berdasarkan materi yang disimak.
Menyimak sebagai pengalaman kreatif melibatkan pengalaman yang ditandai oleh kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan.Untuk menentukan indikator keberhasilan dalam menyimak, perlu diketahui adanya dua jenis menyimak yang dikemukakan Anderson dan Lynch (1988) yakni menyimak resiprokal dan non-resiprokal. Menyimak resiprokal adalah jenis menyimak yang melibatkan interaksi antara penyimak dan pembicara. Misalnya: menyimak pembelajaran di kelas atau perkuliahan.
Guru atau Dosen memberikan kesempatan bertanya kepada para mahasiswa sehingga terjadi interaksi. Menyimak non-resiprokal adalah jenis menyimak yang tidak melibatkan interaksi antara penyimak dan pembicara. Misalnya, menyimak siaran radio dan televisi. Pada saat kita mendengarkan radio dan menonton televisi.
Pemahaman terhadap apa yang disimak baik secara resiprokal maupun non-resiprokal tidaklah mudah. Anderson dan Lynch sependapat, bahwa kegiatan menyimak merupakan hal yang kompleks. Untuk memahami bahan simakan, penyimak harus mengintegrasikan secara simultan ketrampilan berikut.(1) mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa;(2) memotong arus ujaran ke dalam kata-kata;(3) memahami arti kata-kata;(4) memahami makna kalimat dalam ujaran; dan (5) merumuskan suatu respon yang tepat.
Tes Menyimak
Aspek-aspek yang diukur dalam tes menyimak adalah hal-hal yang menjadiindikator keberhasilan menyimak. Apa sajakah itu? (1) Ketrampilan dalam memotong arus ujaran ke dalam kata-kata yang berarti dan dalam frase-frase yang berarti; (2) ketrampilan menghubungkan pesan yang baru disimak dengan latar belakang pengalaman;(3) ketrampilan mengidentifikasi maksud retorikal dan fungsional sebuah ujaran atau bagian teks oral;(4) ketrampilan menginterpretasi tekanan, intonasi untuk mengidentifikasi fokus informasi dan nada emosional; dan (5) ketrampilan menyarikan informasi yang berupa teks oral yang panjang tanpa pemahaman kata demi kata.
Penyimak yang sukses harus memiliki kemampuan dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan kebahasaan dan isi pesan.Materi tes menyimak berasal dari bahasa lisan yang berupa wacana otentik murni dan wacana otentik yang disimulasikan (Omaggio, 2016: 128).
Teks atau wacana otentik murni adalah tindak komunikasi yang asli. Ini tampak pada percakapan, siaran radio, televisi, dan konteks natural. Wacana otentik yang disimulasikan bertujuan untuk menolong para siswa yang belum mampu memahami wacana otentik murni, dan tujuan penyediaan materi semacam itu untuk kepentingan tujuan paedagogis. Dalam teks terdapat ciri-ciri: adanya kode yang disederhanakan, misalnya pengucapan lebih dilambatkan, artikulasi lebih hati-hati, dan kosakata lebih sering digunakan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.