Penerapan Pembelajaran berbasis HOTS pada Pembelajaran IPA SD di masa Pandemi Covid-19
Info Terkini | 2021-04-17 15:16:36Wabah Corona virus disease 2019 (Covid-19) yang telah melanda di berbagai negara salah satunya ialah Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri khususnya bagi lembaga pendidikan, untuk melawan Covid-19 pemerintah melarang untuk berkerumun, pembatasan sosial (Social distancing), dan menjaga jarak (physical distancing), memakai masker dan selalu cuci tangan. Melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah telah melarang pembelajaran tatap muka dan memerintahkan pembelajaran secara daring.
Pembelajaran merupakan kegiatan mengkondisikan kegiatan yang sedemikian rupa agar siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar dengan baik pada masa sekarang ini pembelajaran erat kaitannya dalam menerima dan mengkomunikasikan pemahaman yang terus berkembang, mampu menciptakan sumber daya manusia yang teliti, cerdas, dan terampil ke dalam masyarakat yang lebih maju serta modern, maka perlu peningkatan kemampuan siswa terutama didasarkan pada keluasan dan kedalaman mutu pelajaran tersebut. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks yang membuat siswa dapat menjadi generasi kreatif yang dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar, apabila pembelajaran diarahkan pada tingkat berpikir yang lebih tinggi (HOTS) siwa mampu menganalisa suatu masalah tersebut dan lebih kritis dan juga kemampuan siswa menjadi lebih terarah dan kreatif untuk berpikir.
HOTS merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang menuntut pemikiran siswa secara kritis, kreatif, analisis terhadap informasi dan data dalam memecahkan masalah. Berpikir tingkat tinggi merupakan jenis pemikiran yang mencoba mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan yang ada terkait isu-isu yang tidak didentifikasikan dengan jelas dan tidak memiliki jawaban yang pasti. Aspek pembelajaran IPA di SD dapat diperoleh peserta didik dengan mudah yaitu jika mampu menguasai keterampilan berpikir dan aktif dalam setiap pembelajarannya. Melalui HOTS peserta didik akan mampu membedakan ide atau gagasan secara jelas, mampu memecahkan masalah serta mampu meningkatkan keaktifannya di dalam kelas. Kurikulum 2013 sebagai sarana dalam pencapaian HOTS sejak tingkat sekolah dasar (SD) merupakan upaya yang sangat bagus dalam meningkatkan kualitas berfikir siswa.
Berdasarkan hasil wawancara kepada seorang guru pada kelas tinggi kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran berbasis HOTS pada pembelajaran IPA, meskipun pada masa pandemi Covid-19 tidak mengurangi semangat siswa untuk tetap melaksanakan pembelajaran di sekolah yaitu dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Dengan jumlah siswa yang tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan untuk tatap muka dan mematuhi protokol kesehatan yaitu tidak berjabat tangan, memakai masker, jaga jarak, selalu cuci tangan dan waktu pembelajaran di kurangi dari hari biasanya sebelum pandemi.
Dengan menerapkan pembelajaran berbasis HOTS atau yang disebut dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi supaya dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa menjadi lebih kritis dan kreatif. Dengan menggunakan metode pemecahan masalah merupakan metode yang tepat untuk digunakan yaitu dengan menyajikan suatu masalah kemudian siwa menganalisa masalah tersebut yang dilakukan secara berkelompok dengan diskusi maka siswa akan bertukar pendapat terhadap temannya dan akan menyampaikan ide-ide apa yang akan dikemukakan dengan begitu siswa mampu berpikir secara kritis. Dengan Selama pembelajaran berlangsung respon siwa baik, karena dapat memecahkan suatu permasalahan dengan diskusi sesama kelompok tentunya menjadi lebih mudah dan pembelajaran meenyenangkan. Apalagi dengan ditambah adanya media alat peraga yang lengkap menjadikan siwa lebih tertarik dan senang untuk pembelajaran IPA, dengan begitu hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat.
Catur Annisa, Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar dari Universitas Muhammadiyah Purworejo
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.