Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shinta Magdhalena Gusna

Model Pembelajaran Daring Berbasis Kearifan Lokal di SDN 1 Prembun

Info Terkini | Saturday, 17 Apr 2021, 14:41 WIB

Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Sistem pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah.

Dari hasil wawancara saya dengan guru kelas 1 SD, pada kurikulum 2013 pembelajaran IPA di kelas 1, 2, 3 atau kelas rendah tidak ada, tetapi mata pelajaran IPA akan diperoleh di kelas 4, 5, 6 atau kelas tinggi. Di masa pandemi covid-19 ini, anak-anak belajar masih full daring dengan menggunakan aplikasi zoom meeting, google classroom, group WhatsApp, dan menonton tayangan TVRI. Dengan mengajar daring ini bukanlah hal yang mudah, akan tetapi tanamkan saja perasaan yang ikhlas bahwa mengajar daring itu menyenangkan meskipun harus dipisahkan oleh jarak. Dengan perasaan yang senang saat mengajar yang pastinya akan berdampak positif bagi siswa.

Selama pembelajaran daring, siswa memiliki respon yang cukup baik. Akan tetapi, alasan selama proses pembelajaran daring yang fleksibel dan tidak banyak menyita waktu. Namun, untuk saat ini siswa tetap masih lebih memilih belajar di sekolah daripada distance learning, dengan namun dengan alasan yang tertunda oleh fasilitas dan biaya serta hilangnya interaksi kelas.

Selama masa pandemi covid-19 ini, guru mengajar menggunakan model pembelajaran daring, karena dengan menggunakan model pembelajaran daring yang dilakukan siswa dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di rumah masing-masing siswa, tanpa adanya pertemuan tatap muka secara lansung di sekolah. Respon siswa mengenai model pembelajaran daring itu cukup baik.

Sedangkan untuk metode yang digunakan ialah metode Daring Method, karena dengan menggunakan metode ini siswa bisa memanfaatkan fasilitas yang ada di rumah. Seperti halnya membuat konten dengan memanfaatkan barang-barang bekas di sekitar rumah maupun mengerjakan seluruh kegiatan belajar melalui sistem online atau daring, yang mana konten tersebut bisa di upload di media sosial, seperti YouTube, instagram, dan media sosial lainnya. Selama pembelajaran daring ini, siswa juga memiliki respon yang baik tentang metode yang digunakan guru selama pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 ini.

Di dalam model pembelajaran berbasis kearifan lokal, pada dasarnya adalah nilai-nilai kebaikan dari budaya lokal dan sudah mendapatkan pengarahan dari masyarakat tentang kebaikan kearifan lokal. Kearifan lokal itu sangatlah penting untuk memberikan siswa keterampilan, kemampuan, dan kualitas diri dalam menghadapi dunia global tanpa mungkin identitas diri ataupun identitas bangsa. Di dalam kurikulum 2013 ini, model pembelajaran tematik berbasis kearifan lokal sangatlah tepat, karena mampu menanamkan konsep kepada siswa untuk menjaga kebhinekaan dan potensi kearifan lokal agar tidak tergerus oleh arus globalisasi sekaligus siswa mampu menghadapi tantangan yang sudah berkembang ini. Untuk model pembelajaran berbasis kearifan lokal, siswa memiliki respon yang baik. Untuk model pembelajaran berbasis kearifan lokal, SD tersebut belum melaksanakannya, SD tersebut hanya melakukan dalam pembelajaran mulok bahasa jawa saja. Sebenarnya SD tersebut sudah tahu dengan adanya model pembelajaran berbasis kearifan lokal ini sudah memiliki rencana dari SD tersebut akan mengembangkan di daerahnya, misalnya dengan mengembangkan bengkoang, akan tetapi SD tersebut belum siap, karena untuk materi yang biasa saja SD tersebut masih keteteran, karena guru-guru yang mengajar di SD tersebut masih banyak yang laju dari Purworejo hingga Temanggung. Untuk menggunakan model pembelajaran berbasis kearifan lokal SD tersebut masih harus membutuhkan keterampilan-keterampilan yang khusus, membutuhkan banyak waktu, dan juga membutuhkan dana yang cukup.

Oleh: Shinta Magdhalena Gusna

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Muhammadiyah Purworejo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image