MEMBUAT SOAL MALAH DAPAT PERSOALAN (BARU)
Guru Menulis | 2022-04-12 08:59:41Masih ingat kasus isi soal (tes) yang sempat heboh di DKI Jakarta pada pertengahan Desember 2020 lalu? Pasalnya, sebagaimana dilansir laman Detiknews (Rabu, 16 Des 2020) dalam soal tersebut mencatut dua nama besar: Mega dan Anies.
Juga heboh di Wadas Purworejo (Republika, 28 Maret 2022), dengan munculnya Tes UjicobaUjian Sekolah SMP Kabupaten Purworejo, mata pelajaran PPKn yang mengangkat tentang lahan di Wadas. Alih-alih berniat mengacu kepada nama tokoh dan peristiwa yang faktual sekaligus aktual, malah menuai persoalan baru bagi penyusun soal tersebut.
Adagium
Sebuah adagium yang berbunyi, “Di sekolah, Anda belajar dan kemudian diuji.” Dalam kehidupan sehari-hari, “Anda diuji dan kemudian belajar.”
Maknanya dalam dunia pembelajaran, “Anda diuji dan kemudian belajar” bisa dikaitkan dengan pembelajaran berbasis proyek. Model ini merupakan strategi belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan (Sani, 2014: 172). Guru menugaskan siswa untuk menganalisis masalah, kemudian melakukan eksplorasi, mengumpulkan informasi, interpretasi dan penilaian dalam mengerjakan proyek yang terkait dengan permasalahan yang dikaji.
Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Kegiatan pembelajaran ini dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Apa tujuannya? Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Sedangkan “Di sekolah, Anda belajar dan kemudian diuji “ tentu menjadi helat dalam rangkaian pembelajaran mulai dari pendahuluan, saat pembelajaran, penutup. Pendahuluan merupakan giat persiapan, pemanasan, menuju ke inti pembelajaran. Giat penutup dalam pembelajaran mencakup konfirmasi terhdap materi yang diberikan saat itu, apakah materi telah tercapai, dan biasanya dilanjutkan dengan pemberian soal berupa tes.
Rancang Susun Persoalan
Hal ihwal atau seluk beluk mulai dari menyusun kisi-kisi hingga berbentuk soal, sering saya sebut sebagai persoalan. Mengapa? Ini disebabkan, menyusun soal yang baik menuntut penyusunnya (guru) piawai. Guru harus memahami apa saja kriteria dan kaidah penyusunan soal yang baik. Guru pun akan menemukan berbagai persoalan baru: pokok soal, opsi, penentuan level soal,dan jumlah soal.
Sebagaimana kita tahu, membuat soal untuk keperluan tes dapat berupa penilaian harian, penilaian tengah semester, dan penilaian akhir semester/penilaian akhir tahun, ujian sekolah, dan uji praktik berupa unjuk kerja menuntut guru piawai.
Jenis tes tersebut pun harus dipahami, apakah soal yang akan disusun berupa pilihan ganda, isian, atau uraian? Dalam konteks Kurikulum Merdeka, apakah penilaian (asesmen) yang akan disusun berupa tes: diagnostik, formatif, dan sumatif. Dalam konteks asesmen, apakah bentuk soalnya akan menguji dalam bentuk Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)?
Soal AKM menuntut penyusunnya harus mahir menentukan stimulus hingga ragam bentuk seperti pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, isian (singkat), uraian (esai), dan menjodohkan (memasangkan). Di era digital ini, pengembangan soal bahkan dapat ditulis dalam kemasan digitalsepeti responaudio,respon video, seret lepas teks dan gambar.
Kembali ke rancang susun soal,setidaknya ada tiga poin utama bagi penyusun soal. Pertama, merancang kisi-kisi. Dalam hal ini, penentuan Kompetensi Dasar atau capaian pembelajaran harus sudah ditentukan. Dampaknya: tingkatan (level) soal mulai dari rendah (low), sedang (midle),dan sukar (hots) dan jumlah soal dikomposisikan.
Langkah Penulisan tersebut secara rinci sebagaimana diuraikan pada buku “Panduan Penulisan Soal Hots” ( 2019:9) sebagai berikut.
1. Menentukan kompetensi dasar dan materi yang akan dinilai
Pendidik (guru) harus menganalisis proses kognitif, dimensi pengetahuan, dan materi pada kompetensi dasar serta capaian pembelajaran dalam kurikulum yang memungkinkan dapat dibuatkan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2. Menyusun kisi-kisi
Pendidik harus memastikan seluruh komponen yang terdapat dalam kisi-kisi konsisten, selaras, dan dapat dibuatkan soal dari ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.
3. Merumuskan indikator soal
Untuk menghasilkan soal yang mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, rumusan indikator perlu memenuhi prinsip penilaian pada keterampilan ini yaitu perlunya stimulus, konteks baru, dan proses berpikir tingkat tinggi. Konteks stimulus disarankan berkenaan dengan kehidupan nyata sehari-hari dan sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
Stimulus yang kontekstual akan memudahkan peserta didik untuk mentransfer hal-hal yang telah dipelajari sehingga timbul sikap positif dan mengapreasiasi hal-hal yang telah dipelajari. Stimulus dengan konteks yang tidak sesuai dengan perkembangan peserta didik akan sulit dicerna sehingga tidak mendukung berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi.
4.Menulis soal sesuai dengan kaidah penulisan soal
Untuk memastikan kualitas soal sehingga memberi informasi yang valid, soal perlu memenuhi kaidah penulisan soal dari aspek konstruksi, substansi, budaya dan bahasa.
Dari segi konstruksi, penyusunan soal hendaknya mencakup hal-hal sebagai berikut. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas,dan tegas. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban.Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif. Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi. Panjang pilihan jawaban relatif sama.Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan "semua jawaban di atas salah/benar"dan sejenisnya. Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya.Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
Dari segi materi penyusun soal hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk soal pilihan ganda).Materi yang disampaikan sesuai dengan kompetensi urgensi, relevansi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi . Pilihan jawaban homogen dan logis.Hanya ada satu kunci jawaban.
Dari segi budaya dan bahasa, penyusunan soal hendaknya memperhatikan hal-hal berikut. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia/Inggris. Menggunakan bahasa yang komunikatif. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian.
Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah isu sensitif. Soal hendaknya tidak menyinggung suku, agama, ras, antargolongan, dan tidak mengandung unsur pornografi, politik praktis, kekerasan, dan komersialisasi produk. *****
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.