Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Widiarini

Cily, Si Kancil Yang Cerdik

Sastra | Sunday, 10 Apr 2022, 16:50 WIB

“Dugggh” terdengar suara dalam sunyinya hutan ini. “Cil, Cil, Cilyy..” panggil Rusa setengah histeris. Rusa mendekati si Kancil yang disapa sebagai Cily sedang menggeliat menahan sesuatu. “Sakit? Tidak biasanya kamu bisa jatuh begitu?,” Rusa keheranan.

Sembari menahan rasa sakit, Cily mulai bercerita. “Aku tergesa-gesa karena ada harimau. Rusa yang baik, tolong nanti jika Sang Harimau kesini dan bertemu denganmu, kamu diam saja ya” pinta Cily kepada Rusa. Rusa pun mengangguk setuju. Dengan jalan santai tetapi penuh kehati-hatian Sang Kancil meninggalkan Rusa yang masih terpaku.

Kancilpun mencari makanan di sekitar hutan yang sedang dilewatinya. Karena saking laparnya, Cily makan rerumputan seadanya. Saat masih mengunyah rumput dimulutnya, Cily dikejutkan oleh suara yang sangat dikenalinya.

“Wah, sepertinya enak sekali makannya Cil. Nanti giliran kamu untuk makananku. Pasti lezat sekali” ujar harimau membuat Cily terkejut.

“Maaf Tuanku. Kau memang kuat. Apa yang kau inginkan pasti akan terwujud.” Kancil memuji. “Tetapi Sang Raja kami pernah berkata bahwa siapapun yang akan memakan binatang apapun di daerah kekuasaannya itu harus seijin beliau.”

“Ow ow ow, jadi kamu punya raja? Aku tidak takut.” Harimau mengejek.

“Tentu saja Tuan. Baginda Raja berkata, jika rakyatnya diganggu, maka dia akan mengusut, mengejar si pengganggu itu. Jika perlu seluruh keturunannya ikut dikejarnya. Bayangkan Tuan, bagaimana jika nanti keluarga dan keturunan Tuan dikejar-kejar Raja kami.” Si Cily cerdik mulai memainkan pikiran Harimau.

“Ehmm, memangnya rajamu itu sekuat apa sih?,” Harimau mulai merasa gusar mendengar keterangan si Kancil.

“Begini ya Tuan Harimau yang kuat. Rajaku sangatlah kuat tetapi rendah hati alias tidak sombong, bertanggungjawab atas keselamatan rakyatnya. Bahkan tidak ada binatang lain yang dapat menandingi sikapnya itu.” Kancil Cily menceritakan kebanggaan rajanya.

“Ah. Omong kosong. Aku tidak percaya kamu punya raja sekuat itu,” kata Harimau mulai kesal.

“Ya, jika Tuan tidak percaya, silahkan saja tanyakan pada Si Rusa.” Lanjut Cily semakin membuat berang Harimau.

“Ah, tidak perlu! Dimana dia rajamu itu!” Harimau menantang Sang Kancil.

“Tuanku, Yang Mulia Raja tidak ingin diketahui dimana dia tinggal meskipun berada dalam istana paling megah.” Kancil kembali memberi keterangan yang menambah rasa penasaran Sang Harimau.

“Kancil!!! Bawa aku ke istananya sekarang. Atau aku akan memakan kamu sekarang juga!” Harimau mengancam.

Dengan tenangnya, Kancil Cily mengajak Harimau ke sebuah tempat. Mereka berdua berjalan beriringan. Burung-burung mengitari sekitar hutan itu sambil mengamati apa yang sedang terjadi diantara Kancil dan Sang Harimau.

Tibalah mereka di tempat yang dimaksud Kancil, ya sebuah sumur tua yang terletak di tengah-tengah hutan.

“Ah, yang Mulia sedang beristirahat,” bisik Kancil ke dinding sumur.

Harimaupun penasaran. “Kenapa kamu berbisik-bisik. Bangunkan dia! Diapun maju dan melongok ke bibir sumur dan berteriak, ”Hai Raja Kancil, keluarlah kau!!!”

Lalu, sang harimau mendengar suara aaaahh dari dalam sumur. “Hai keluarlah!!! Jika tidak aku akan menemuimu ke dalam” ujar Harimau beringas.

Kancilpun berkata kepada harimau, “Maaf tuan, Sang Raja tidak mau diganggu”

“Ah. Aku tak peduli!” Sang Harimau mulai gelisah mengitari bibir sumur.

“Bantu aku kancil, aku mau masuk” kata Harimau meminta bantuan.

“Baiklah tuan, tetapi hati-hati ya,” ujar Kancil bermuka khawatir.

Beberapa tumpukan kayu disekitar sumur diletakkan di bibir sumur. Setelah agak tinggi, harimau mendekat perlahan menaiki tumpukan kayu.Lalu, “Byuuur!” Seketika Harimau terjatuh ke dalam sumur.

Cily sang kancil cerdik berlari meninggalkan sumur sambil berteriak, “Selamat datang di istana Raja kami Tuanku”

Sang Rusa, burung-burung dan rakyat hutan menyapa kancil keheranan. Hingga Cily sang Kancil cerdik bercerita tentang apa yang sudah terjadi. Merekapun akhirnya bersorak dan lega. Kedamaian hutan ini kembali tercipta atas kecerdikan Sang Kancil.

Cily sedang berada di hutan. (canva desain by widi)

Pesan Moral : Menjadi warga yang baik dalam bergaul seyogyanya memiliki sikap/attitude terbaik, saling menjaga agar ekosistem kebaikan kian terasa. Tidak ada yang patut untuk disombongkan. Karena kesombongan diri hanya akan mematikan diri sendiri. Kemenangan diraih dikarenakan pemikiran yang jernih bukan karena mengandalkan otot fisik. (Widiarini)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image