Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image idris apandi

PUASA PENGGERAK

Agama | Saturday, 09 Apr 2022, 11:25 WIB

PUASA PENGGERAK

Oleh: IDRIS APANDI

(Penulis Buku Aku, Ramadan, dan Literasi)

Pada bulan Ramadan setiap umat Islam yang beriman diwajibkan berpuasa. Allah SWT berfirman Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah ayat 183). Kemudian Rasulullah Muhammad SAW bersabda "Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan)." (HR. Ahmad).

Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan hawa nafsu, termasuk menahan keinginan untuk melakukan hubungan badan selama waktu puasa bagi suami-istri. Jika saat berpuasa ada yang mencaci maki atau mengajak berkelahi, maka kita katakan bahwa “Aku sedang berpuasa.” Menahan hawa nafsu. Itu adalah sejatinya berpuasa di bulan Ramadan.

Pada bulan Ramadan, pahala amal kebaikan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali lipat. Bahkan tidurnya orang yang berpuasa pun berpahala. Hal ini menunjukkan bahwa Ramadan adalah sarana bagi umat Islam untuk panen pahala, sarana mengambil berkah dan hikmah dari amal ibadah yang dilakukannya. Dan puncaknya pada malam lailatulkadar dimana ibadah yang dilakukan seorang muslim dalam satu malam lebih utama daripada seribu bulan.

Pada hadits qudsi Allah SWT berfirman Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari).

Quraish Shihab menjelaskan menjelaskan bahwa ada 2 makna dari firman Allah pada hadits qudsi tersebut. Pertama, melatih keikhlasan. Orang yang berpuasa akan ditantang untuk berbuat ikhlas hanya untuk Allah, sebab orang yang berpuasa dengan tidak pun sama, sama-sama terlihat tidak makan dan minum. Kedua, makna bahwa puasa adalah untuk Allah maksudnya bahwa orang yang berpuasa hendaknya meniru sifat-sifat Tuhan, seperti tidak butuh makan, tidak butuh hubungan seks pada siang hari, sifat ilmu yang artinya harus selalu belajar, dan sifat-sifat Allah selainnya.

Ramadan adalah bulan yang suci dan bulan yang mulia. Beberapa sebutan disematkan kepada bulan Ramadan, seperti bulan ampunan (syahrul maghfirah), bulan pendidikan (syahruttarbiyah), bulan latihan (syahrul riyadhah), dan bulan Al-Qur’an (syahrul qur’an). Sebutan-sebutan tersebut tentunya sangat relevan karena bulan Ramadan selain untuk mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya, juga sarana untuk meminta ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari).

Puasa adalah bulan pendidikan karena puasa mendidik seorang muslim untuk menahan hawa nafsu, belajar untuk menjadi pribadi yang peduli dan empati terhadap kesulitan orang lain, belajar untuk ikhlas dalam beramal, belajar untuk disiplin, dan belajar untuk taat kepada aturan. Bulan ramadan dijadikan sebagai sarana untuk menambah ilmu, khususnya ilmu agama baik melalui pesantren kilat, kajian-kajian, diskusi, atau pun belajar secara mandiri. Hal tersebut tentunya merupakan hal yang baik dalam meningkatkan kemampuan literasi umat Islam.

Bulan Ramadan merupakan bulan latihan. Latihan untuk mengendalikan diri dari sifat riya dan gibah, mengendalikan emosi, mengendalikan hawa nafsu dari sifat berlebihan, sifat zalim dan, sifat serakah. Berlatih untuk disiplin, berlatih untuk rajin bersedekah, berlatih untuk konsisten (istikamah) dalam beramal kebaikan, dan berlatih untuk disiplin. Hasil dari latihan selama bulan Ramadan diharapkan dapat diimplementasikan pada bulan-bulan pascaramadan. Jika hal tersebut dapat dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa puasanya tersebut mabrur atau telah dapat mentransformasikan dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.

Bulan Ramadan disebut sebagai bulan Al-Qur’an karena pada bulan ini Al-Qur’an diturunkan. Allah SWT berfirman “Bulan Ramadhan yang di dalamnya –mulai- diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata yang menunjuk kepada kebenaran, yang membedakan antara yang haq dan yang bathil.” (QS Al-Baqarah: 185). Oleh karena itu, pada bulan Ramadan sangat disarankan untuk untuk tadarus Al-Qur’an. Selain pahalanya besar juga sebagai sarana untuk memanfaatkan waktu selama bulan Ramadan. Setiap tanggal 17 Ramadan ada peringatan Nuzulul Qur’an sebagai bentuk mengingat momentum turunnya Al-Qur’an sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad SAW dan untuk dijadikan sebagai pedoman dan panduan hidup umat Islam.

Puasa Ramadan dapat menjadi puasa penggerak, yaitu semangat dan hikmah puasa dapat menggerakan seorang muslim untuk menjadi manusia yang lebih baik. Puasa menjadi sarana bagi umat Islam untuk melakukan refleksi, kontemplasi, introspeksi, dan memperbaiki diri. Fitrah manusia selain suka melakukan kebaikan juga melakukan kesalahan. Manusia tempatnya salah dan lupa. Sebuah pepatah bijak mengatakan bahwa orang yang baik bukanlah orang yang tidak pernah melalukan kesalahan, tetapi jika melakukan kesalahan, dia segera sadar dari kesalahannya dan segera bertaubat. Oleh karena itu, momentum puasa Ramadan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagai sarana untuk memperbaiki diri karena tidak ada jaminan tahun depan akan mendapatkan kesempatan mengikuti puasa ramadan lagi.

Puasa Ramadan menggerakkan umat Islam untuk shalat berjemaah di masjid dan memakmurkan masjid melalui kegiatan keagamaan karena pada bulan di luar bulan Ramadan, diakui atau tidak, banyak muslim yang cenderung lalai shalat berjemaah ke masjid karena berbagai alasan seperti sibuk, malas, dan sebagainya. Puasa Ramadan bisa menggerakkan seorang muslim untuk semakin taat dalam beribadah, semakin mawas diri, dan semakin rajin bersedekah, dan semakin peduli, serta semakin tergerak untuk membantu orang yang kesusahan.

Puasa Ramadan diharapkan menggerakkan seorang muslim untuk meningkatkan rasa saling menghormati, saling menghargai, mampu meningkatkan toleransi bukan hanya dengan sesama muslim tetapi juga dengan pemeluk agama lain sehingga tercipta harmoni dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.

Sungguh indah jika puasa Ramadan bisa menggerakkan setiap muslim untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas diri baik sebagai pribadi dalam kaitannya sebagai hamba Allah dalam meningkatkan kuantitas dan kuantitas ibadahnya dan juga sebagai makhluk sosial untuk semakin memiliki rasa kesetiakawanan sosial, peka, peduli, semakin ringan tangan untuk membantu orang yang kesulitan, semakin menjaga perkataan, sikap, dan perilakunya untuk keselamatan diri dan keselamatan orang lain.

Sangat luar biasa lagi jika dari berbagai gerakan kebaikan yang telah dilakukannya selama bulan Ramadan tersebut, dia mampu menjadi inspirator, menggugah hati, dan menggerakkan orang lain untuk menjadi manusia yang lebih baik sehingga sama-sama menjadi orang yang baik. Jika hal tersebut terjadi, maka dia telah menjadi sebaik-baiknya manusia, yaitu manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Mari wujudkan puasa kita menjadi puasa penggerak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image