Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Ngabuburit, Menunggu Waktu Berbuka Yang Mengasyikkan

Gaya Hidup | Wednesday, 06 Apr 2022, 23:37 WIB

Istilah ngabuburit berawal dari bahasa Sunda yang artinya menunggu waktu berbuka. Biasanya waktu yang tepat dilakukan untuk melakukan hal ini adalah selepas melaksanakan Shalat Ashar. Terlebih jika sore hari langit tampak cerah dan tidak hujan semakin manja orang yang menunggu datangnya Azan Maghrib ini.

Suasana Ngabububurit di sebuah tempat di Kota bandung (FOTO : deffy Ruspiyandy)

Ada sebagian orang memandang jika aktivitas ngabuburit dapat mengganggu ibadah puasa yang tengah dilakukan. Karena menurutnya cenderung datang ke tempat ramai dan melakukan aktvitas yang terkadang tak ada kaitan langsung dengan ibadah shaum yang dilaksanakan. Tetapi hal ini tak bisa dihindari karena telah menjadi kebiasaan yang telah sejak lama dilakukan.

Burit dalam bahasa Sunda berarti sore menuju Maghrib, sehingga aktivitas ini banyak sekali dilakukan pada sore hari. Istilah ini bukan lagi dipakai oleh masyarakat di tanah Pasundan namun istilah ini kemudian digunakan pula di berbagai pelosok daerah di seluruh nusantara. Istilah ini menjadi umum karena terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh publik di areal terbuka.

Memang tak bisa dihindari kegiatan ngabuburit ini lebih terlihat banyak orang justeru mendatangi pusat keramaian yang menjual minuman dan makanan untuk takjil. Tempat-tempat ini ramai sekali didatangi orang-orang dari mulai anak,remaja bahkan sampai mereka yang telah dewasa. Intinya banyak diantara mereka datangs elain untuk jalan-jalan juga berburu makanan atau minuman yang diinginkannya. Bahkan tak jarang ada pula yang sengaja bermain apakah main bola, bulu tangkis, bersepeda atau skateboard.

Menariknya, di tempat-tempat ramai berjualan makanan dan minuman takjil justeru menjadi ladang penghasilan yang lumayan buat persiapan untuk Lebaran. Tak kurang hampir seratus lima puluh pedagang yang sengaja menggelar makanan dan minuman yang dijualnya. Tentu saja fenomena ini secara ekonomi sangat menguntungkan para pedagang. Tetapi dua tahun terakhir kondisi ini terlihat sepi karena adanya pelarangan berkerumun.

Hal ini menjadi bukti bahwa ngabuburit tetap menjadi kegiatan yang menarik bagi masyarakat. Barangkali karena jarang berkumpul makanya adanya kesempatan ini dimanfaatkan sekali oleh masyarakat untuk melakukannya. Memang ada kecemasan tetapi masyarakat sepertinya sudah terlalu lama terkekang sehingga bisa melakukan itu sangat menyenangkan hatinya dan terbayarlah dahaga kernduan untuk bisa melakukan jalan-jalan dan berburu makanan dan minuman yang disukainya untuk berbuka.

Tetapi pada bagian lain cara ngabuburit pun dilakukan pula dengan adanya aktvitas yang bernilai religius seperti mengikuti kajian agama di masjid-masjid, tadarus al Quran, bedah buku dan juga diadakan lomba-lomba memeriahkan bulan yang mulia ini. semua ini tentu saja patut didukung oleh siapapun. Namun demikian, ngabuburit bermain dan berburu makanan pun tak ada yang salah asalkan kita semua mampu menjaga diri hal-hal yang dapat mengurangi pahala shaum kita. Karenanya semua akan kembali pada diri kita sendiri.

Ya ngabuburit memang sebuah keasyikan tersendiri yang tak bisa begitu saja. Sekali lagi kegiatan yang satu ini semoga saja tak mengganggu ibadah shaum kita laksanakan. Sulit bagi kita mengubah kebiasaan yang telah ada. Tetapi itulah realita yang tak bisa terbantahkan bahwa ngabuburit adalah kegiatan yang menyenangkan banyak orang, sehingga pilihannya dikembalikan kepada masing-masing yang semoga kegiatan ngabuburit ini tetap banyak manfaatnya bagi mereka yang melakukannya di bulan Ramadhan ini.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image