Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Riva Sahri Ramdani, SE., S.Pd.

RAMADHAN BULAN KEDAMAIAN, BULAN ILMU, DAN BULAN KREATIVITAS DAN INOVASI

Agama | Sunday, 03 Apr 2022, 08:10 WIB

Marhaban Yaa Ramadhan, sebuah untaian kalimat yang berrima indah. Tulisan atau ucapan yang rutin kita lihat dan dengar di penghujung bulan sya’ban. Marhaban berasal dari kata atau lafazh “rahb” yang memiliki arti “luas, lebar atau lapang”, sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata marhaban memiliki arti kata seru (afektif) untuk menyambut atau menghormati tamu (yang berarti selamat datang).

Sedangkan Ramadhan berasal dari kata atau lafazh “Ramadha” yang artinya membakar. Mengutip isi ceramah Ustadz Muhajir Affandi yang dimuat di laman republika.co.id, beliau mengatakan setidaknya ada empat hal yang dibakar pada bulan Ramadhan ini, yaitu hubbuddunya (cinta dunia), hawa nafsu, akhlak yang buruk, dan dosa yang ada pada diri kita.

Dengan demikian, kalimat “Marhaban yaa Ramadhan” menjadi sebuah bentuk ungkapan penerimaan atau penyambutan dengan hati yang lapang akan datangnya bulan Ramadhan. Disambut dengan istimewa oleh kita yang merindukan kedamaian dalam hati, ketenangan dalam jiwa, dan kesungguhan dalam amal shalih.

Bulan Kedamaian

Bulan Ramadhan disebut juga dengan syahrul ibadah (bulan ibadah), syahrul rahmah (bulan penuh rahmat), dan syahrul maghfirah (bulan ampunan). Sebutan-sebutan itu mencerminkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kedamaian baik di hati diri, maupun di lingkungan sosial.

Kedamaian pertama tercipta dari syahrul ibadah. Di bulan Ramadhan ini, seluruh umat Islam akan disibukkan dengan ibadah yang lebih banyak dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Di siang hari melaksanakan puasa, di malam hari melaksanakan tarawih, di sela-sela itu semua menyempatkan diri untuk membaca al-Quran, bersedekah, dan melakukan kebaikan-kebaikan lainnya. Alangkah damainya hati seseorang yang waktunya disibukkan dengan ibadah dan mengingat Penciptanya.

Kedamaian kedua muncul dari syahrul rahmah. Allah menurunkan rahmat-Nya di bulan yang penuh berkah ini. Ladang pahala pun dihamparkan agar manusia terpikat meraih kunci pintu surga. Pahala ibadah sunah bernilai ibadah wajib dan pahala ibadah wajib pun dilipatgandakan. Maka tidaklah heran kalau setiap muslim akan berlomba-lomba untuk memperlihatkan segala aktivitas kebaikannya di hadapan Allah. Alangkah damainya hati seseorang yang mendapatkan rahmat dari Sang Maha Pemberi Rahmat.

Kedamaian ketiga terwujud dari syahrul maghfirah. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Bagi kita, manusia yang banyak salah dan lupa, ampunan adalah pemberian yang sangat berharga. Sebagai bentuk kasih sayangnya, Allah hadirkan bulan Ramadhan di tengah-tengah hambaNya sebagai sarana pelebur dosa dan kesalahan. Tidaklah ada kedamaian dan ketenangan diri, jika setiap waktu kita selalu dihantui kesalahan. Oleh karena itu, alangkah damainya hati seseorang yang mendapatkan ampunan dari Sang Maha Pengampun.

Bulan Ilmu

Bulan Ramadhan disebut juga dengan syahrul tarbiyah (bulan pendidikan) dan syahrul quran (bulan Al-Quran). Kedua istilah tersebut sangat erat hubungannya dengan ilmu. Puasa di bulan Ramadhan bisa diibaratkan sekolah yang mendidik dan mengajarkan umat Islam tentang nilai utama sebuah kehidupan dengan sumber utama ilmunya adalah Al-Quran.

Majelis-majelis ta’lim ramai digelar di masjid-masjid. Jama’ah pun membludak melebihi bulan-bulan lainnya. Di penghujung Ramadhan, masjid dimakmurkan oleh jama’ah yang melaksanakan i’tikaf. Hal tersebut menandakan bahwa begitu semangatnya umat Islam memanfaatkan momen Ramadhan untuk menggali dan menambah ilmu agama.

Ramadhan mendidik kita untuk menjadi orang yang sabar dan murah hati. Saat kita berpuasa, Kesabaran kita menahan lapar dan dahaga akan menumbuhkan rasa empati kepada mereka yang sedang atau bahkan sangat sulit mendapatkan makanan karena hidup dalam kefaqiran dan kemiskinan atau hidup dalam ancaman peperangan. Segala kekurangan dan keterbatasan hidup mereka ini harus menyadarkan kita dan menggerakkan hati dan raga untuk berbagi. Di bulan ini Allah memberikan keutamaannya bagi orang yang berlaku murah hati untuk menolong dan membantu sesama.

Bulan Kreativitas dan Inovasi

Bulan Ramadhan disebut juga Syahrul Jihad wal-Falah (Bulan Jihad dan Kemenangan). Di dalam sejarah dicatat bahwa pada bulan Ramadhan terdapat beberapa kesuksesan dan kemenangan besar yang diraih oleh umat Islam. Perang badar dan pembacaan proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia menjadi salah satu bukti bahwa Ramadhan bukanlah bulan malas dan lemah, tetapi merupakan bulan kuat, bulan jihad, bulan kemenangan.

Selain memberikan kedamaian dan guyuran ilmu, Ramadhan juga mencerahkan pikiran kita untuk berkreasi dan berinovasi. Mereka yang kreatif menjadikan Ramadhan sebagai peluang untuk melakukan dan membuat karya yang berbeda. Kuliner baru bermunculan, fashion dengan aneka model menghiasi pasar-pasar, dan kegiatan-kegiatan sosial keagamaan dirancang dan diakses secara digital.

“Jadikan Ramadhan sebagai momen untuk berhijrah secara spiritual, intelektual, dan peran sosial yang mampu membawa kepada pencerdasan, pembebasan, kemajuan dan membangun peradaban yang utama”.

Kata-kata tersebut merupakan ungkapan Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si, ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, saat bahagia menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1443 hijriyah. Ungkapan tersebut mengandung sebuah harapan besar akan terciptanya suatu perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan kualitas diri berupa pencerdasan, pembebasan, kemajuan, dan membangun peradaban. Semua itu akan terwujud jika “hijrah” kita itu dilakukan secara keseluruhan, tidak parsial. Hijrah secara spiritual yang menanamkan kedamaian di dalam hati, hijrah secara intelektual yang menampung banyak ilmu di dalam akal, dan hijrah peran sosial sebagai bukti penerapan ilmu dalam aksi nyata sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Jamjam Erawan, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat, mengatakan, “Jika kita diberi kesempatan hidup oleh Allah sampai ke bulan Ramadhan tahun ini, itu pertanda bahwa Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk membuktikan iman kita, kesabaran kita, ketertiban ibadah kita dan amal shalih kita agar kita menjadi orang yang mulia, yaitu orang yang bertakwa kepada-Nya”.

Ramadhan adalah bulan mulia. Dengan segala keberkahannya, Ramadhan bisa dirasakan oleh semua orang, sehingga dalam buku Refleksi Tiga Kiyai, KH. Hasyim Muzadi menyebutkan bahwa Ramadhan adalah sepotong taman surga yang Allah turunkan kepada hamba-Nya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image