Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mita Apriana

Belajar Evaluasi Diri : Masihkan Kita Sombong?

Lomba | Thursday, 31 Mar 2022, 12:03 WIB
Ilustrasi : https://assets.jenius.com/

Meskipun dikatakan sebagai pengganggu, kita masih perlu belajar dari makhluk Corona.

Sejatinya, ramadhan adalah bulan diwajibkannya berpuasa agar menjadi insan yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah : 183). Kaum mukminin berlomba-lomba mengejar pahala dan keutamaan ramadhan, karena di bulan mulia ini Allah memberikan pahala tak terhingga. Terlebih lagi jika jika dikerjakan bersama-sama maka semangat ibadah menjadi melambung tinggi. Memori-memori indah yang saya ingat ketika ramadhan bertandang adalah ketika teman-teman memanggil dari luar rumah untuk taraweh ke mesjid beramai-ramai, ngabuburit sambil berbagi takjil, berbuka puasa bersama, nonton takbir keliling hingga tradisi pulang kampung yang tak terlupakan.

Sayangnya, Ramadhan 1443 H menjadi ujian tersendiri bagi kaum muslimin. Bagaimana tidak, virus varian baru masih bergentayangan menyelimuti momen ramadhan tahun ini. Larangan berkumpul masih bergema untuk menghindari penyebaran Covid-19. Seperti informasi World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa siapapun dapat terinfeksi COVID-19 bahkan dapat menular dari orang yang hanya bergejala ringan, seperti batuk ringan tetapi merasa sehat (https://www.who.int/). Ibarat internet bukan? virus ini masih dapat mengakses tubuh kapanpun dan dimanapun.

Kecil Bukan Berarti Lemah

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm yang dapat menyebar, menular dan menyebabkan sakit yang serius (Seran Lukas, 2021). Meskipun berukuran sangat kecil, bukan berarti tidak memiliki kekuatan besar. Dengan izin Allah virus kecil ini mampu menyerang dengan dampaknya yang mendunia, bahkan di luar dugaan manusia. Diantara kita cenderung meratapi hadirnya virus ini dan menganggapnya sebagai pengusik gelagat manusia. Akan tetapi untuk orang-orang yang sadar, terbesit dalam hatinya pertanyaan "masih merasa lebih hebat dari virus kecil?"

Oleh karenanya hendaknya seorang mukmin tidak memandang sebelah mata suatu hal receh atau memandang rendah seseorang. Orang-orang dikatakan sombong jika merendahkan orang lain. Begitupun dengan hal-hal kecil yang selalu dianggap remeh seperti mencuci tangan dan memakai masker. Survey membuktikan masih ada diantara kita yang tak patuh prokes (https://www.liputan6.com/;https://mediaindonesia.com/). Harus diakui, bagi yang masih melakukan hal tersebut sesungguhnya masih ada sifat sombong di dalam hatinya.

Pelajaran lain adalah tentang ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya. Jangan lupakan kalau virus corona juga makhluk allah layaknya manusia dan makhluk hidup lainnya. Mereka mendengar dan taat pada perintah Allah. Lalu kita manusia? Manusia memiliki raga yang sehat, waktu luang, harta yang melimpah, namun lalai dengan perintah-Nya. Lalai adalah faktor lemahnya iman dan Allah memberikan balasan neraka sebagaimana Firman-Nya:

“Dan sesungguhnya, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” (QS. Al-A’raf: 179)

Teringat sekilas kisah Nabi Sulaiman ‘alaihissalam yang sedang duduk-duduk dengan para sahabat. Tiba-tiba lewatlah seekor binatang yang ukurannya begitu kecil di depan Nabi Daud. Maka singkat cerita, hewan kecil tersebut pun berdialog dengan Nabi Daud.

“Wahai Nabi Daud, ketahui olehmu bahwa kami ini adalah hewan kecil yang menurut pandanganmu seolah-olah tidak bermanfaat, tapi ketahui olehmu bahwa kami ini adalah suatu makhluk yang selalu mengingat Allah setiap saat. Begitu kami lupa sekejap mengingat Allah, sungguh kami akan langsung binasa seketika” (https://umma.id/post/kisah-dialog-nabi-daud-dan-hewan-pembawa-penyakit-1031232?lang=id)

Kesimpulan

Dengan demikian, secara tidak langsung adanya pandemi covid di bulan ramadhan menjadi sebuah madrasah untuk perbaikan diri. Kehadiran Covid-19 tidaklah hanya sebatas peristiwa akan tetapi menjadi sebuah pelajaran untuk meraih derajat ketaqwaan. Marilah kita bersih dan sucikan hati dari sifat sombong dan peliharalah diri dari lalai dalam menjalankan perintah Allah. Berpuasa, menjaga sholat lima waktu, membaca Al-Qur’an, membayar zakat, belajar ilmu agama, bedzikir adalah diantara hal-hal yang perlu kita jaga selama bulan Ramadhan. Ditambah dengan mematuhi protokol kesehatan agar aman dan terhindar dari Virus Corona.

Referensi

- Seran Lukas, H. R. (2021). Masyarakat Nasipanaf Kota Kupang. 2(1), 256–262. https://doi.org/10.31949/jb.v2i1.724

- https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-for-public

- https://www.liputan6.com/news/read/4368373/survei-bps-55-persen-masyarakat-tak-patuhi-protokol-kesehatan-karena-tidak-ada-sanksi

- https://mediaindonesia.com/humaniora/462539/survei-masih-banyak-siswa-yang-melanggar-protokol-kesehatan

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image