Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amelina

Kisah Teladan Wanita Cerdas Yang Membawa Banyak Berkah

Agama | 2022-03-30 17:05:34
Sumber Gambar: nationalgeographic.

Hidayah adalah nikmat Allah yang hanya dianugrahkan kepada hamba yang dikehandaki-Nya. Jika seseorang mendapatkan hidayah dari Allah Subhanahu Wata’ala maka terbukalah hatinya dan dadanya pun menjadi lapang untuk meyaakini agama Islam. Masih ingatkah teman-teman, kisah dari salah seorang ummahatul mukminin yang mendapatkan hidayah berupa keiman Islam dari Allah Subhanahu Wata’ala? Kisah yang menyadarkan kita bahwa hati manusia itu dalam genggaman Allah dan hidayah itu benar- benar milik Allah Subhanahu Wata’ala.

Beliau adalah Juwairiyah Binti Harits. Siapa yang tidak kenal dengan wanita teladan dan mulia ini. Ia merupakan wanita teladan yang dijuluki sebagai wanita yang banyak keberkahannya. Beliau tercatat sebagai putri pemimmpin Bani Musthaliq, Al Harits bin Abu Dhihar. Ayahnya merupakan pemimpin dari kaum musyrik penyembah berhala yang sangat memusuhi Islam. Sehingga Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha dibesarkan dalam kondisi keluaraga seperti itu. Sebagai keluarga seorang pemimpin, tentunya beliau memiliki kehormatan yang sangat tinggi diantara kaumnya. Meskipun demikian, beliu dikenal sebagai wanita cantik yang luas ilmunya dan baik budi pekertinya. Beliau menikah dengan seorang pemuda yang bernama Musafi’ bin Shafwan.

Ketika hidayah Islam datang kepadanya, beliau langsung masuk kedalam Islam. Kisah Islamnya Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha tak lepas dari permusuhan Bani Musthaliq kepada Islam. Harits bin Abu Dhihar yang menyembah berhala hendak mengahalangi dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di Madinah. Mendengar Bani Musthaliq siap mengangkat senjata, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk siap berjihad. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjadi panglima dalam perang Bani Musthaliq ini. Beliau menunjuk Abu Abu Dzar Al-Ghifari sebagai wali sementara di Madinah.

Kedua pasukan bertemu di daerah Muraisi. Bersama pasukan Muhajirin dan Anshar, Rasulullah berhasil mengalahkan Bani Musthaliq. Suami Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha, Musafi’ bin Shafwan turut terbunuh dalam perang ini. Karena kalah perang, harta dan wanita Bani Musthaliq termasuk Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha menjadi tawanan kaum Muslimin. Beliau adalah secantik-cantik perempuan yang ditawan saat itu.

Nasib perempuan tawanan perang, ditentukan dari hasil undian nama pihak pemenang. Undian Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha merupakan bagian untuk Tsabit bin Qais bin Syamas atau anak pamannya. Tatkala itu Juwairiyah Radhiyallah ‘Anha berumur 20 tahun. Karena beliau termasuk pemuka kaumnya, beliau merasakan kesedihan dan beban yang sangat luar biasa akibat kekalahan Bani Musthaliq. Suaminya terbunuh, ayahnya melarikan diri, dan kini di beserta kaumnya menjadi tawanan kaum Muslimin. Beliau pun berinisiatif menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau menyampaikan segala keluh kesahnya dan meminta kebebasan . Saat mendatangi Rasulullah, Aisyah Radhiyallahu ‘Anha seperti disebutkan Ibnu Saad, merasa sangat cemburu dengan Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha .Hal itu karena sosok beliau yang sangat cantik, dimuliakan kaumnya dan berani menemui Rasulullah untuk membicarakan kebebasannya. Merasa kasihan dengan beban Juwairiyah, Rasulullah pun bersedia membebaskan Juwairiyah, kemudian menikahinya. Berita tentang pernikahan Rasulullah dengan Juwairiyah pun tersebar di kalangan para sahabat. Para sahabat menilai, Bani Musthaliq yang kini menjadi kerabat Rasulullah tidak pantas menjadi tawanan . Akhirnya, seluruh wanita dan dan kaum Bani Musthaliq dibebaskan tanpa syarat.

Tentang Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha, Aisyah Radhiyallahu ‘Anha mengemukakan cerita sebagaimana yang disebutkan oleh ibnu Saad dalam Thabaqatnya, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menawan wanita-wanita Bani Musthaliq, kemudian beliau menyisihkan seperlima dari mereka dan membagikannya kepada kaum muslimin. Bagi penunggang kuda mendapat dua bagian, dan lelaki yang lain mendapat satu bagian. Juwairiyah jatuh ke tangan Tsabit bin Qais bin Samas al-Anshari. Saat Juwairiyah jatuh ke tangan Tsabit bin Qais bin Samas al-Anshari, ia berumur 20 tahun. Beliau menulis untuk Tsabit bin Qais (bahwa beliau hendak menebus dirinya), kemudian mendatangi Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wasallam agar mau menolong untuk menebus dirinya. Maka menjadi iba-lah hati Nabi Shallallâhu ‘alaihi Wasallam melihat kondisi seorang wanita yang mulanya adalah seorang sayyidah merdeka yang mana dia memohon beliau untuk mengentaskan ujian yang menimpa dirinya. Maka beliau bertanya kepada Juwairiyyah: ”Maukah engkau mendapatkan hal yang lebih baik dari itu ?”. Maka dia menjawab dengan sopan: ”Apakah itu Ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: ”Aku tebus dirimu kemudian aku nikahi dirimu!”. Maka tersiratlah pada wajahnya yang cantik suatu kebahagiaan sedangkan dia hampir-hampir tidak perduli dengan kemerdekaan dia karena remehnya. Beliau menjawab:”Mau Ya Rasulullah?”. Maka Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wasallambersabda:” Aku telah melakukannya”.

Aisyah, Ummul Mukminin berkata : ”Tersebarlah berita kepada manusia bahwa Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wasallaam telah menikahi Juwairiyyah binti al-Harits bin Abi Dhirar. Maka orang-orang berkata:”Kerabat Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam! Maka mereka lepaskan tawanan perang yang mereka bawa, maka sungguh dengan pernikahan beliau Shallallâhu ‘alaihi Wasallam dengan Juwairiyyah manjadi sebab dibebaskannya seratus keluarga dari Bani Mushthaliq. Maka aku tidak pernah mengetahui seorang wanita yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyyah.

Tentang Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha , Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘Anha sempat cemburu karena parasnya. Beliau menceritakan perihal pribadi Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha : “Juwairiyah adalah seorang wanita yang manis dan cantik, tiada seorang pun yang melihatnya melainkan akan jatuh hati kepadanya. Tatkala Juwairiyah meminta kepada Rasulullah untuk membebaskan dirinya, sedangkan demi Allah aku telah melihatnyamelalui pintu kamarku, maka aku merasa cemburu karena saya menduga bahwa Rasulullah akan melihat sebagaimana yang aku lihat”.

Juwairiyah memeluk agama Islam dan hal itu merupakan awal kebaikan bagi kaumnya. Ibnu Hasyim meriwayatkan bahwa akhirnya ayah beliau yang bernama al-Harits masuk islam bersama kedua putranya. Beliau telah membawa berkah besar bagi kaumnya, Bani Musthaliq mengikrarkan diri menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maa Syaa Allah, betapa istimewanya ummul mukminin Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha semoga Allah merahmati beliau.

Setiap pernikahan yang dilaksanakan Rasulullah pasti memiliki hikmah, bahkan banyak hikmah yang hasil akhirnya adalah kemenengan Islam, tersebarnya dakwah, dan semakin kuatnya ikatan orang-orang Islam. Pernikahan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan Juwairiyah Rhadiyallahu ‘Anha bertujuan menyebarkan dakwah dan mengislamkan orang-orang Bani Musthaliq. Rasulullah tidak mempunyai keinginan menawan kaum perempuan, memperbudak orang merdeka, mengumpulkan harta, merendahkan orang yang mulia, dan menyebarkan kerusakan di muka bumi sebagaimana yang dilakukan oleh penjajah dan perampok negara-negara Islam. Rasulullah hanya datang untuk mengeluarkan orang manusia dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid, dari kesesatan menuju petunjuk, membebaskan manusia dari peribadahan kepada selain Allah Subhanahu Wata’ala.

Keimanan di hati juwairiyah telah kuat, semata-mata dia mengikhlaskan diri untuk Allah dan Rasul-Nya. Dari Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang kepadaku ketika aku bertasbih pada pagi hari. Kemudian beliau pergi untuk menyelesaikan keperluan beliau. Kemudian kembali lagi menemuiku dipertengahan siang ketika aku sedang mengerjakan shalat. Beliau bertanya , “Apakah kamu masih saja duduk mengerjakan shalat?” Aku menjawab, “Ya.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Maukah kamu kuberi tahu zikir yang senilai dengan ibadahmu tadi atau kalau ditimbang niscaya akan sama dengan beratnya timbangan seluruh ibadahmu tadi. Ucapkanlah, Mahasuci Allah sebanyak jumlah makhluk-Nya, Mahasuci Allah sebanyak perhiasan Arsy-Nya, Mahasuci Allah sampai keridhaan Diri-Nya, dan Mahasuci Allah sejumlah kalimat-Nya.”

Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam meninggal dunia, Juwairiyah mengasingkan diri serta memperbanyak ibadah dan bersedekah di jalan Allah Subhanahu Wata’ala.

Juwairiyah Radhiyallahu ‘anha wafat pada masa kekhalifaan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, pada usianya yang keenam puluh. Ummul mukminin, Juwairiyah wafat pada tahun 50 H. Ada pula yang mengatakan tahun 56 H. Beliau dikuburkan di Baqi’ bersebelahan dengan kuburan istri-istri rasulullah yang lain.

Kisah yang sangat menarik bukan? Kisah yang menjadikan kita sadar bahwa hidayah itu benar-benar milik Allah Subhanahu Wata’ala . Beliau yang sebelumnya kafir kemudian beliau memeluk Islam dan menikahi manusia terbaik yang pernah ada. Statusnya berubah menjadi wanita mulia di dunia dan di akhirat. Sudah sepatutunya bagi kita meneladani sifat-sifat beliau yang sederhana, dan rajin bersedekah. Kita, sebagai seorang muslimah mestinya meneladani sifat dan kepribadian Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha, beliau wanita yang cerdas, jujur, berperan politis dengan baik, serta berani demi kebaikan kaumnya. Sosok ummul mukminin Radhiyallahu ‘Anha, meskipun memiliki wajah yang sangat cantik tapi beliau memeiliki sifat yang senantiasa menjaga zikirnya. Menghabiskan waktu dengan beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, banyak dari waktunya beliau gunakan untuk shalat dan berpuasa. Namun banyak dari wanita zaman ini lebih mementingkan kecantikannya untuk ditampilkan ke publik. Dizaman sekarang ini, muslimah tidak cukup hanya dengan kecantikan yang ia miliki melainkan juga harus memiliki kecerdasan, keimanan yang kuat disertai ilmu yang sesuai dengan syariat Allah Subhanahu Wata’ala. Jangan sampai seorang muslimah zonk dalam kecerdasan ketika ditanya tidak tahu apa-apa.

Muslimah adalah pondasi kejayaan umat yang melahirkan generasi bangsa yang bermartabat dan berkarakter. Setiap kita, muslimah akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anak kita kelak. Karena anak yang berkarakter terlahir dari bimbingan ibu yang berkarakter. Muslimah tak hanya bertugas mengurus anak dan suami saja, namun juga bisa berkarya dan berprestasi. Karena muslimah memiliki peran yang besar dalam agama Islam. Semoga di era modern sekarang akan lahir perempuan-perempuan seperti ummul mukminin Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha, wanita yang taat, cerdas serta pemberani.

Referensi

https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/08/juwairiyah-binti-al-harits.html

diakses pada 3 Maret 2022 pukul 14.26 WIB

https://www.rctiplus.com/news/detail/muslim/473033/juwairiyah-binti-harits-pembawa-berkah-kaumnya-ke-dalam-cahaya-islam

diakses pada 4 maret 2022 pukul 10.21 WIB

Hidayah adalah nikmat Allah yang hanya dianugrahkan kepada hamba yang dikehandaki-Nya. Jika seseorang mendapatkan hidayah dari Allah Subhanahu Wata’ala maka terbukalah hatinya dan dadanya pun menjadi lapang untuk meyakini agama Islam. Masih ingatkah teman-teman, kisah dari salah seorang ummahatul mukminin yang mendapatkan hidayah berupa keiman Islam dari Allah Subhanahu Wata’ala? Kisah yang menyadarkan kita bahwa hati manusia itu dalam genggaman Allah dan hidayah itu benar- benar milik Allah Subhanahu Wata’ala.

Beliau adalah Juwairiyah Binti Harits. Siapa yang tidak kenal dengan wanita teladan dan mulia ini. Ia merupakan wanita teladan yang dijuluki sebagai wanita yang banyak keberkahannya. Beliau tercatat sebagai putri pemimmpin Bani Musthaliq, Al Harits bin Abu Dhihar. Ayahnya merupakan pemimpin dari kaum musyrik penyembah berhala yang sangat memusuhi Islam. Sehingga Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha dibesarkan dalam kondisi keluaraga seperti itu. Sebagai keluarga seorang pemimpin, tentunya beliau memiliki kehormatan yang sangat tinggi diantara kaumnya. Meskipun demikian, beliu dikenal sebagai wanita cantik yang luas ilmunya dan baik budi pekertinya. Beliau menikah dengan seorang pemuda yang bernama Musafi’ bin Shafwan.

Ketika hidayah Islam datang kepadanya, beliau langsung masuk kedalam Islam. Kisah Islamnya Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha tak lepas dari permusuhan Bani Musthaliq kepada Islam. Harits bin Abu Dhihar yang menyembah berhala hendak mengahalangi dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di Madinah. Mendengar Bani Musthaliq siap mengangkat senjata, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk siap berjihad. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjadi panglima dalam perang Bani Musthaliq ini. Beliau menunjuk Abu Abu Dzar Al-Ghifari sebagai wali sementara di Madinah.

Kedua pasukan bertemu di daerah Muraisi. Bersama pasukan Muhajirin dan Anshar, Rasulullah berhasil mengalahkan Bani Musthaliq. Suami Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha, Musafi’ bin Shafwan turut terbunuh dalam perang ini. Karena kalah perang, harta dan wanita Bani Musthaliq termasuk Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha menjadi tawanan kaum Muslimin. Beliau adalah secantik-cantik perempuan yang ditawan saat itu.

Nasib perempuan tawanan perang, ditentukan dari hasil undian nama pihak pemenang. Undian Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha merupakan bagian untuk Tsabit bin Qais bin Syamas atau anak pamannya. Tatkala itu Juwairiyah Radhiyallah ‘Anha berumur 20 tahun. Karena beliau termasuk pemuka kaumnya, beliau merasakan kesedihan dan beban yang sangat luar biasa akibat kekalahan Bani Musthaliq. Suaminya terbunuh, ayahnya melarikan diri, dan kini di beserta kaumnya menjadi tawanan kaum Muslimin. Beliau pun berinisiatif menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau menyampaikan segala keluh kesahnya dan meminta kebebasan . Saat mendatangi Rasulullah, Aisyah Radhiyallahu ‘Anha seperti disebutkan Ibnu Saad, merasa sangat cemburu dengan Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha .Hal itu karena sosok beliau yang sangat cantik, dimuliakan kaumnya dan berani menemui Rasulullah untuk membicarakan kebebasannya. Merasa kasihan dengan beban Juwairiyah, Rasulullah pun bersedia membebaskan Juwairiyah, kemudian menikahinya. Berita tentang pernikahan Rasulullah dengan Juwairiyah pun tersebar di kalangan para sahabat. Para sahabat menilai, Bani Musthaliq yang kini menjadi kerabat Rasulullah tidak pantas menjadi tawanan . Akhirnya, seluruh wanita dan dan kaum Bani Musthaliq dibebaskan tanpa syarat.

Tentang Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha, Aisyah Radhiyallahu ‘Anha mengemukakan cerita sebagaimana yang disebutkan oleh ibnu Saad dalam Thabaqatnya, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menawan wanita-wanita Bani Musthaliq, kemudian beliau menyisihkan seperlima dari mereka dan membagikannya kepada kaum muslimin. Bagi penunggang kuda mendapat dua bagian, dan lelaki yang lain mendapat satu bagian. Juwairiyah jatuh ke tangan Tsabit bin Qais bin Samas al-Anshari. Saat Juwairiyah jatuh ke tangan Tsabit bin Qais bin Samas al-Anshari, ia berumur 20 tahun. Beliau menulis untuk Tsabit bin Qais (bahwa beliau hendak menebus dirinya), kemudian mendatangi Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wasallam agar mau menolong untuk menebus dirinya. Maka menjadi iba-lah hati Nabi Shallallâhu ‘alaihi Wasallam melihat kondisi seorang wanita yang mulanya adalah seorang sayyidah merdeka yang mana dia memohon beliau untuk mengentaskan ujian yang menimpa dirinya. Maka beliau bertanya kepada Juwairiyyah: ”Maukah engkau mendapatkan hal yang lebih baik dari itu ?”. Maka dia menjawab dengan sopan: ”Apakah itu Ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: ”Aku tebus dirimu kemudian aku nikahi dirimu!”. Maka tersiratlah pada wajahnya yang cantik suatu kebahagiaan sedangkan dia hampir-hampir tidak perduli dengan kemerdekaan dia karena remehnya. Beliau menjawab:”Mau Ya Rasulullah?”. Maka Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wasallambersabda:” Aku telah melakukannya”.

Aisyah, Ummul Mukminin berkata : ”Tersebarlah berita kepada manusia bahwa Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wasallaam telah menikahi Juwairiyyah binti al-Harits bin Abi Dhirar. Maka orang-orang berkata:”Kerabat Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam! Maka mereka lepaskan tawanan perang yang mereka bawa, maka sungguh dengan pernikahan beliau Shallallâhu ‘alaihi Wasallam dengan Juwairiyyah manjadi sebab dibebaskannya seratus keluarga dari Bani Mushthaliq. Maka aku tidak pernah mengetahui seorang wanita yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyyah.

Tentang Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha , Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘Anha sempat cemburu karena parasnya. Beliau menceritakan perihal pribadi Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha : “Juwairiyah adalah seorang wanita yang manis dan cantik, tiada seorang pun yang melihatnya melainkan akan jatuh hati kepadanya. Tatkala Juwairiyah meminta kepada Rasulullah untuk membebaskan dirinya, sedangkan demi Allah aku telah melihatnyamelalui pintu kamarku, maka aku merasa cemburu karena saya menduga bahwa Rasulullah akan melihat sebagaimana yang aku lihat”.

Juwairiyah memeluk agama Islam dan hal itu merupakan awal kebaikan bagi kaumnya. Ibnu Hasyim meriwayatkan bahwa akhirnya ayah beliau yang bernama al-Harits masuk islam bersama kedua putranya. Beliau telah membawa berkah besar bagi kaumnya, Bani Musthaliq mengikrarkan diri menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maa Syaa Allah, betapa istimewanya ummul mukminin Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha semoga Allah merahmati beliau.

Setiap pernikahan yang dilaksanakan Rasulullah pasti memiliki hikmah, bahkan banyak hikmah yang hasil akhirnya adalah kemenengan Islam, tersebarnya dakwah, dan semakin kuatnya ikatan orang-orang Islam. Pernikahan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan Juwairiyah Rhadiyallahu ‘Anha bertujuan menyebarkan dakwah dan mengislamkan orang-orang Bani Musthaliq. Rasulullah tidak mempunyai keinginan menawan kaum perempuan, memperbudak orang merdeka, mengumpulkan harta, merendahkan orang yang mulia, dan menyebarkan kerusakan di muka bumi sebagaimana yang dilakukan oleh penjajah dan perampok negara-negara Islam. Rasulullah hanya datang untuk mengeluarkan orang manusia dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid, dari kesesatan menuju petunjuk, membebaskan manusia dari peribadahan kepada selain Allah Subhanahu Wata’ala.

Keimanan di hati juwairiyah telah kuat, semata-mata dia mengikhlaskan diri untuk Allah dan Rasul-Nya. Dari Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang kepadaku ketika aku bertasbih pada pagi hari. Kemudian beliau pergi untuk menyelesaikan keperluan beliau. Kemudian kembali lagi menemuiku dipertengahan siang ketika aku sedang mengerjakan shalat. Beliau bertanya , “Apakah kamu masih saja duduk mengerjakan shalat?” Aku menjawab, “Ya.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Maukah kamu kuberi tahu zikir yang senilai dengan ibadahmu tadi atau kalau ditimbang niscaya akan sama dengan beratnya timbangan seluruh ibadahmu tadi. Ucapkanlah, Mahasuci Allah sebanyak jumlah makhluk-Nya, Mahasuci Allah sebanyak perhiasan Arsy-Nya, Mahasuci Allah sampai keridhaan Diri-Nya, dan Mahasuci Allah sejumlah kalimat-Nya.”

Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam meninggal dunia, Juwairiyah mengasingkan diri serta memperbanyak ibadah dan bersedekah di jalan Allah Subhanahu Wata’ala.

Juwairiyah Radhiyallahu ‘anha wafat pada masa kekhalifaan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, pada usianya yang keenam puluh. Ummul mukminin, Juwairiyah wafat pada tahun 50 H. Ada pula yang mengatakan tahun 56 H. Beliau dikuburkan di Baqi’ bersebelahan dengan kuburan istri-istri rasulullah yang lain.

Kisah yang sangat menarik bukan? Kisah yang menjadikan kita sadar bahwa hidayah itu benar-benar milik Allah Subhanahu Wata’ala . Beliau yang sebelumnya kafir kemudian beliau memeluk Islam dan menikahi manusia terbaik yang pernah ada. Statusnya berubah menjadi wanita mulia di dunia dan di akhirat. Sudah sepatutunya bagi kita meneladani sifat-sifat beliau yang sederhana, dan rajin bersedekah. Kita, sebagai seorang muslimah mestinya meneladani sifat dan kepribadian Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha, beliau wanita yang cerdas, jujur, berperan politis dengan baik, serta berani demi kebaikan kaumnya. Sosok ummul mukminin Radhiyallahu ‘Anha, meskipun memiliki wajah yang sangat cantik tapi beliau memeiliki sifat yang senantiasa menjaga zikirnya. Menghabiskan waktu dengan beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, banyak dari waktunya beliau gunakan untuk shalat dan berpuasa. Namun banyak dari wanita zaman ini lebih mementingkan kecantikannya untuk ditampilkan ke publik. Dizaman sekarang ini, muslimah tidak cukup hanya dengan kecantikan yang ia miliki melainkan juga harus memiliki kecerdasan, keimanan yang kuat disertai ilmu yang sesuai dengan syariat Allah Subhanahu Wata’ala. Jangan sampai seorang muslimah zonk dalam kecerdasan ketika ditanya tidak tahu apa-apa.

Muslimah adalah pondasi kejayaan umat yang melahirkan generasi bangsa yang bermartabat dan berkarakter. Setiap kita, muslimah akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anak kita kelak. Karena anak yang berkarakter terlahir dari bimbingan ibu yang berkarakter. Muslimah tak hanya bertugas mengurus anak dan suami saja, namun juga bisa berkarya dan berprestasi. Karena muslimah memiliki peran yang besar dalam agama Islam. Semoga di era modern sekarang akan lahir perempuan-perempuan seperti ummul mukminin Juwairiyah Radhiyallahu ‘Anha, wanita yang taat, cerdas serta pemberani.

Referensi

https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/08/juwairiyah-binti-al-harits.html

diakses pada 3 Maret 2022 pukul 14.26 WIB

https://www.rctiplus.com/news/detail/muslim/473033/juwairiyah-binti-harits-pembawa-berkah-kaumnya-ke-dalam-cahaya-islam

diakses pada 4 maret 2022 pukul 10.21 WIB

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image