Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Ilfan Zulfani

Ketika Saya Ingin Menjadi Orang yang Normal

Curhat | Monday, 28 Mar 2022, 15:40 WIB

Pada suatu titik, saya ingin menjadi orang yang normal, yang bukan seperti saya sekarang. Tetapi dasar saya, bahkan saya tidak bisa menemukan contoh dari manusia “normal”. Padahal saya ingin mengikutinya. Saya pikir, orang normal berarti orang yang punya masalah normal dan kekurangan yang juga normal.

Saat himpitan dan rintangan mendera, ingin sekali rasanya menjadi orang kebanyakan. Tetapi saya selalu menemukan “keunikan” pada orang-orang itu. Lalu bagaimana caranya saya menjadi mereka? Contoh mana yang saya pilih? Kalau pun ada contohnya dari satu-dua orang, berarti saya hanya mengikuti satu-dua orang itu. Bukan orang normal kebanyakan.

Normal juga ternyata soal perspektif. Ada yang melihat “normal” berarti punya pekerjaan yang layak, atau punya tubuh yang sehat, atau punya mental yang stabil, atau punya keluarga yang harmonis, dan seterusnya. Jadi, tidak ada kesepakatan juga atas konsep normal. Saya kemungkinan besar hanya ingin normal menurut perspektif saya.

Lebih lagi, keinginan normal juga tergantung pada “siapa yang melihat kita” atau di mana kita berada. Kita seringkali bertindak dan berkelakuan karena ingin dilihat oleh yang lain dengan cara tertentu. Ketika bertemu perempuan biasa, tindakan kita akan berbeda ketika bertemu perempuan pujaan hati. Lantas, yang mana yang normal?

Keinginan terlihat “normal” ternyata tidak normal. Justru yang tidak normal-lah yang normal. Sebab setiap orang adalah unik.

Dengan menjadi diri kita sendiri, kita sebenarnya sedang menjadi orang kebanyakan. Ya, kita adalah segala kelebihan dan kekurangan kita. Berupaya menolak terhadap “keanehan” adalah sikap yang bertentangan dengan karakteristik “normal”.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image