Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image TAZKA ADIATI

Mengenal Sekilas Ki Hadjar Dewantara dan Maria Montessori dalam Pendidikan Nasional Kita

Eduaksi | Sunday, 27 Mar 2022, 17:41 WIB

Pendidikan nasional di Indonesia hadir dan ditetapkan tidak serta merta muncul dengan sendirinya. Adanya tahapan panjang yang dilalui untuk sampai pada sistem pendidikan hari ini, pun sistem yang diimplementasikan hari ini masih terus melalui berbagai penyempurnaan. Pembelajaran Abad 21 tengah menawarkan kurikulum Merdeka pada seluruh satuan pendidikan di Indonesia dinilai sebagai upaya untuk memperbaharui dan/atau menyempurnakan kurikulum-kurikulum yang telah dilaksanakan dalam sistem pendidikan nasional Indonesia hari ini.

https://www.infoakurat.com/2018/04/biografi-ki-hajar-dewantara.html

Pertama kali prasaran Ki Hadjar Dewantara tentang perlunya pengajaran nasional pendidikan Indonesia diterima Kongres Perkumpulan Partai-partai Politik Kebangsaan Indonesia (PPKI) di Surabaya pada 31 Agustus 1928 sebelum Indonesia memiliki pemerintahan nasional sendiri. Ki Hadjar Dewantara ingin menyentuh jiwa manusia yang paling mendasar sebagai bentuk perjuangannya. Keempat strategi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, pertama: pendidikan adalah proses budaya untuk mendorong siswa agar memiliki jiwa merdeka dan mandiri, kedua: membentuk watak siswa agar berjiwa nasional, namun tetap membuka diri terhadap perkembangan internasional; ketiga, membangun pribadi siswa agar berjiwa pionir-pelopor, dan keempat: mendidik berarti mengembangkan potensi atau bakat yang menjadi kodrat alamnya masing-masing siswa (Wiryopranoto et al., 2017). Menilik lebih jauh sebelumnya, pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terinspirasi dari tokoh-tokoh pendidik dunia, salah satunya Maria Montessori. Maria Montessori menekankan pendidikan yang holistik, mengutamakan kebebasan terarah, menghormati perbedaan potensi diri, dan berpusat pada pemelajar. Her significant educational contributions include her (1) concept of sensitive periods, or phases of development, when children are ready to work with materials that are especially useful in sensory, motor, and cognitive learning; (2) belief that children are capable of sustained self-directed work in learning a particular skill; and (3) emphasis on the school as part of the community and the need for parent participation and support (Allan C. Ornstein, Daniel U. Levine, Gerald L. Gutek, 2011).

https://www.pngwing.com/id/free-png-trcha

Kedua tokoh pendidikan tersebut memberikan pandangan menyeluruh terhadap tujuan esensial kehidupan manusia. Manusia Indonesia perlu menyadari pentingnya kehidupan pendidikan nasional kembali pada kodrat alam masing-masing individu, Montessori percaya bahwa manusia yang terlahir ke dunia memiliki potensi yang unik, berbeda, dan patut dihormati perbedaannya. Kemampuan yang dimiliki tiap individu dapat dimaksimalkan hingga mereka meraih potensi tertingginya hanya jika pendidik, peserta didik, dan seluruh pihak terkait memiliki pandangan yang sama mengenai adanya perbedaan potensi dan pendekatan yang dilakukan terhadap tiap individu.

Dalam napas yang sama, Ki Hadjar Dewantara memiliki prinsip pendidikan nasional yang membentuk watak siswa agar berjiwa nasional, namun tetap membuka diri terhadap perkembangan internasional. Siswa Indonesia harus memiliki watak beriman dan bertakwa, berjiwa nasional, cinta tanah air, mengenali bangsa, dan berkarakter Pancasila namun tetap membuka diri terhadap perkembangan internasional. Profil Pancasila yang diharapkan kelak, siswa Indonesia mampu menjadi bagian dari masyarakat dunia (global citizen) yang sejajar dan beriman, tetap memiliki karakter kebangsaan, dan cinta tanah air.

Begitulah sekilas perkenalan dengan dua tokoh pendidikan yang menginspirasi dalam menjalankan tugas mulia sebagai pendidik. Penulis pun terus belajar dan menyebarkan pandangan tokoh-tokoh pendidikan yang menginspirasi agar terwujudnya pendidikan nasional Indonesia yang setara dan sejajar dalam memenuhi kodrat alam, beriman, bertakwa, dan memiliki karakter Pancasila.

Datar Bacaan

Allan C. Ornstein, Daniel U. Levine, Gerald L. Gutek, D. E. V. (2011). Award-winning TeachSource Video Cases bring the realities of the classroom to you.

Wiryopranoto, S., M. S. Herlina, N., Marihandono, D., Tangkilisan B, Y., & Nasional, T. P. K. (2017). Perjuangan Ki Hajar Dewantara : Dari Politik Ke Pendidikan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image