Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image erlis siska

Multilingual Kimbab Family

Eduaksi | Sunday, 27 Mar 2022, 08:43 WIB
Youtube Kimbab Family. Source: https://youtu.be/4687a2POf1I

Siapa yang tidak mengenal Kimbab Family, keluarga multikultural Korea Selatan dan Indonesia yang kini tinggal di Korea. Sebagai keluarga yang multikultural tidak heran jika video-video yang diunggah dalam YouTube nya pun mengenai tentang budaya, bahasa, makanan dan lainnya. Pada salah satu unggahan video yang terdapat pada channel Kimbab Family yang berjudul “Bicara Hanya Bahasa Indonesia Seharian!! Tantangan Untuk Suami Korea!!”, Appa Jay yang dari awal video terlihat percaya diri tidak akan mendapat hukuman namun ternyata saat hampir di akhir video tidak sengaja mengucapkan bahasa asing sehingga mendapat hukuman. Hukuman yang diberikan Mama Gina hanya kepada Appa Jay, bila anak-anak tidak sengaja menggunakan bahasa lain selain bahasa Indonesia hanya ditegur saja. Terlihat dalam video tersebut masing-masing anak memiliki kemampuan saat menuturkan bahasa Indonesia yang berbeda, seperti Suji sebagai anak pertama yang bisa lebih banyak mengerti kosakata bahasa Indonesia tapi selalu lupa untuk menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara, sementara anak kedua Yunji tampak ragu berbicara dengan bahasa Indonesia, dan Jio anak terakhir yang terlihat percaya diri meskipun hanya bisa beberapa kata dalam bahasa Indonesia. Meskipun begitu pada video tersebut memiliki jangkauan situasi bahasa, dimana Mama Gina yang merupakan warga Indonesia membuat anak-anaknya untuk terbiasa menggunakan bahasa indonesia, meskipun sedikit sulit karena faktor lingkungan yang membuat mereka takut salah saat berucap bahasa Indonesia.

Pada kasus multilingualisme, umumnya orang dengan kemampuan tersebut sudah terbiasa dengan penggunan lebih dari dua bahasa dalam tuturannya. Holmes (1994) bahwa, “in multilingual communities people use more than one language. Its meaning that people in this situation, they may speak more than one language, thus, they have linguistic repertoire”. Hal ini pun mendukung adanya kemampuan individu multilingualisme dalam alih kode dan campur kode. Selain itu, orang dengan kemampuan bilingualisme juga harus menghadapi adanya pemilihan bahasa dalam bertutur sebab dalam tuturan tidak mungkin kedua bahasa tersebut dapat keluar secara bersamaan. Proses pemilihan bahasa pun menjadi salah satu hal yang penting dalam multilingualisme.

Ervin-Tripp dalam teorinya mengidentifikasi empat faktor utama yang menyebabkan pemilihan bahasa, diantaranya adalah latar (meliputi waktu dan tempat) dan situasi, partisipan dalam interaksi (misalnya usia, asal, dan jenis kelamin), topik percakapan yang dipilih, dan fungsi dari interaksi. Sugianto (2018) yang berjudul “Pola-Pola Pemilihan dan Penggunaan Bahasa dalam Keluarga Bilingual” diketahui bahwa pemilihan bahasa dipengaruhi oleh cara dari orangtua dalam memilih dan menggunakan bahasa kepada anak-anaknya. Penentuan bahasa yang akan dijadikan sebagai bahasa ibu bagi anak pun merupakan pengaruh dari orangtua. Dalam penelitiannya, orangtua bisa melakukan bilingual dan multilingual ketika berbicara dengan anaknya. Bahkan terdapat beberapa tuturan yang dicampur dari dua atau tiga bahasa yang dipelajari oleh anak.

Dengan latar belakang kehidupan sehari-hari yaitu Korea-Indonesia tidak heran jika anak-anaknya pun bisa dua bahasa atau lebih. Selama adanya pandemi ini berlangsung Kimbab Family tidak bisa mudik ke Indonesia sehingga menetap di Korea dan anak-anaknya sekolah di sana sehingga lancar berbahasa Korea. Hal ini menyebabkan sehari-hari mereka berinteraksi pada guru juga teman-temannya di sekolah atau lingkungan tempat mereka tinggal dan hanya Mama Gina yang berinteraksi kepada mereka dengan bahasa Indonesia. Meskipun Appa Jay bisa bahasa Indonesia tetapi tidak bisa sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia kepada anak-anaknya seperti Mama Gina. Begitu juga sebaliknya ketika mereka tinggal lebih lama di Indonesia maka secara otomatis bahasa yang digunakan oleh anak-anak yakni bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Karena berinteraksi dengan sanak saudara dan lingkungannya yang menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah.

Dengan demikian penyebab terjadinya proses pemilihan bahasa pada teori Ervin-Tripp juga terdapat pada Kimbab Family. Sehingga hal itu yang menyebabkan terjadinya multilingual. Khairiah dan Ahmad (2020) yang berjudul “Pengelolaan Keberagaman Budaya Melalui Multilingualisme Di Indonesia” mengatakan pelaksanaan pendidikan multikultural sejak dini dapat membekali mereka bahwa pemahaman bahasa mereka dapat disamakan melalui bahasa Indonesia. Pendidikan berbasis multikultural dapat menjadi tahap awal pembiasaan menghargai perbedaan-perbedaan yang terjadi disekitar peserta didik, pendidikan multikultural menerima bahasa daerah atau lokal seseorang sebagai bagian dari kekayaan budaya, satu sisi mereka diarahkan untuk memahami betapa pentingnya Bahasa Indonesia ditengah keragaman tersebut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image