Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ahmad muttaqillah Muttaqillah

Mmeningkatakan Kemampuan Menulis Siswa

Eduaksi | 2022-03-26 11:54:24

A. Pendahuluan

Dalam pembelajaran bahasa, sains, dan lain-lain untuk meningkatkan minat dan kemampuan menulis memiliki kiat-kiat tertentu. Hal ini harus dikuasi ataupun dicari oleh guru, kiat apa yang tepat untuk meningkatkan minat dan kemampuan menulis siswa.

Beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru adalah penggunaan alat, metode, sarana dan prasarana yang maksimal dan sesuai dengan peruntukannya. Banyak teknik, metode, kegiatan, dan pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat siswa dalam menulis.

B. Pengertian

Kiat meningkatkan menulis siswa adalah suatu cara yang jitu agar siswa mampu menulis lebih baik. Agar kemampuan siswa dalam menulis lebih meningkat daripada sebelumnya. Lalu kiat apa yang tepat dalam peningkatan kemampuan menulis siswa.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru. Misalnya melalui suatu metode, teknik, pendekatan atau suatau kegiatan yang memicu siswa dapat menulis lebih baik. Dalam hal ini terkait dengan stimulus terhadap minat siswa dalam menulis huruf, kata, kalimat, paragraf maupun suatu karangan.

Peningkatan adalah proses atau cara, perbuatan meningkatkan usaha atau keinginan. Peningkatan mengandung arti upaya untuk menambah tingkat, lapisan atau derajat sesuatu. (Aini, 2012).

Peningkatan minat menulis berkaitan dengan motivasi atau dorongan yang ada dalam diri manusia (siswa) atau dorongan internal. Dorongan berikutnya yang erjadi secara eksternal, hal ini berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah, masyarakat maupun keluarga.

C. Kiat Meningkatkan Minat Menulis

1. Menumbuhkan kebiasaan membaca

Sebab dengan membaca mereka akan mengetahui berbagai hal. Dengan begitu memudahkan siswa untuk menulis. Menumbuhkan kebiasaan membaca dapat ditempuh dengan berbagai cara, seperti memberikan penghargaan, membuat ringkasan hasil bacaan, menceritakan atau menjelaskan kembali hal-hal yang sudah dibaca, mengadakan lomba membaca, dan sebagainya.

2. Memberikan Kebebasan dalam Berimajinasi

Dengan memberikan kebebsan akan menghasilkan karya yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara guru tidak membatasi tema, dipersilakan menulis ceritanya baru kemudian judulnya, dan seterusnya. Namun demikian rambu-rambu kesopanan, dan kepantasan tetap harus ditekankan.

3. Siapkan Media Menulis

Media menulis dapat disiapkan berupa Mading di kelas atau di luar kelas. Semua karya siswa sekecil apap pun ditempel di madding secara bergiliran dalam periode tertentu. Tindakan ini dilakukan agar setiap siswa dapat menempel karyanya di Mading.

Pada umumnya media menulis adalah alat-lata tulis berupa buku pensil, pulpen, penggaris, dan buku tulis. Selain itu dapat pula disediakan media gambar. Media ini dapat dijadikan bahan tulisan bagi siswa. Tulisan yang dihasilkan dari media tersebut berupa deskripsi, eksposisi, maupun narasi, atau pun campuran sesuai keinginan siswa berdasarkan sudut pandangnya masing-masing.

Media gambar berseri, baik secara berurutan maupun acak, siswa dapat menuliskannya secara ekspositoris. Media yang hanya satu gambar saja, siswa dapat menuliskannya secara deskriftif. Media gambar yang bersifat kasuistik, siswa dapat memaparkan teks secara argumentatif.

4. Hindari Hal-Hal yang Menyulitkan Siswa

Hal-hal yang menyulitkan siswa adalah terlalu banyak aturan cara menulis, misalnya dengan tata bahasa yang tepat. Mereka akan kesulitan menulis karena memikirkan tata bahasa terlebih dahulu. Atau sering kali guru membatasi judul yang hendak mereka tulis, dan seterusnya.

5. Memberikan Penghargaan atau Apresiasi

Penghargaan yang dimaksud adalah penilaian yang baik dan menyenangkan. Setiapa karya atau tulisan siswa harus diapresiasi secara positif setingkat apapun hasilnya. Walaupun sang pendidik sadar bahwa apa yang ditulisnya masih banyak kekurangan. Hal ini akan memberikan dorongan jiwa yang optimis bagi kepribadiannya, sehingga bangkit semangat untuk melanjutkan karyanya menuju yang terbaik. Hindari menuntut tulisan siswa langsung sempurna, karena semua ada prosesnya.

6. Keteladanan

Membiasakan diri membaca dan menulis akan menjadikan keteladanan yang baik kepada anak didik. Guru yang rajin menulis dan menampilkan karyanya di hadapan siswa menjadi motivasi tersendiri bagi siswa. Setidaknya sang guru memanfaatkan media informasi yang dimilkinya untuk menghasilkan tulisan. Misalnya, menulis di web pribadi, web umum, twiter, Facebook, dll. Tulisan yang disajikan harus bermanfaat bagi semua.

Ada beberapa cara untuk meningkatkan kualitas menulis bagi orang dewasa termasuk guru, diantranya (1) sering membaca (2) menulis setiap hari (3) tuliskan setiap ide (3) tuliskan topik yang disukai (4) membaca ulang setiap tulisan (5) proses editing (6) manfaatkan tren secukupnya (Alya, 2021) (7) berbagi tulisan dengan orang lain melui penerbitan atau media sosial lainnya.

Mengingat peran guru di sekolah adalah (1) pendidik dan pengajar (2) teladan (3) penasihat (4) pemegang otoritas (5) pembaru (6) pemandu (7) tugas rutin (8) insan visioner (9) pencipta (10) realistis (11) aktor (12) pembongkar kemah[1] (13) sebagai peneliti (14) sebagai penilai (15) atribut lainnya (Suyatno dan Haryanto, 2012, pp. 189-206). Oleh sebab itu apabila guru menyadari hal tersebut pembelajaran di sekolah akan menjadi lebih baik.

7. Penerapan Metode yang Tepat

Metode pengajaran merupakan faktor utama yang dapat mendorong motivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan menulis. Miskinnya metode menjadikan siswa bosan mengikuti pelajaran. Misalnya, guru menyampaikan pelajaran hanya metode ceramah. Metode yang berganti disesuaikan dengan kebutuhan atau konteksnya menjadikan siswa bersemangat untuk belajar.

Metode yang memungkinkan untuk diterapkan dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk menulis di antaranya metode survei, metode berbasis pengalaman, kegiatan-kegiatan lain yang membatu siswa untuk meningkatkan kualitas menulis.

Metode survei yang dimaksud di sini adalah suatu metode yang dapat dilakukan pada saat pembelajaran. Misalnya para siswa diajak keluar kelas menuju objek-objek yang menarik sambil membawa catatan penting untuk menuliskan fakta-fakta yang ditemukan di objek tersebut atau mengingat-ingat apa saja yang ditemukan berupa kesan maupun fakta. Setelah itu mereka menuliskan berupa narasi maupun eksposisi menjadi sebuah karangan.

Metode berbasis pengalaman (experienti al learning) merupakan metode yang berdasarkan pengalaman yang pernah dialami siswa untuk dituliskan menjadi sebuah karangan yang menarik. Metode ini cukup efektif dalam menulis karangan bebas baik prosa maupun puisi.

Menurut Warrick (Warrick, 1997: 3) menyatakan bahwa kegiatan yang telah dilakukan siswa memiliki peranan yang sangat penting yaitu memberikan kesempatan kepada mereka untuk merefleksikan pengalaman mereka dalam latihan dengan cara mengintegrasikan pengamatan dan memberikan umpan balik dalam kerangka konseptual dan menciptakan mekanisme untuk mentransfer pembelajaran dengan situasi luar yang relevan.

Kegiatan lain yang berkaitan dengan peningkatan minat menulis adalah kegiatan membaca berita yang disukainya. Begitu juga dengan kegiatan menulis berita. Menulis berita relatif disukai para siswa di sekolah. Kegiatan kewartwanan di sekolah akan meningkatkan minat siswa untuk menulis. Di SD/MI kegiatan itu disebut wartawan cilik (Warcil) yang diwujudkan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Istilah ini dikenal di berbagai media elektronik.

8. Penerapan Sistem Penilaian Kontinu

Dalam kamus bahasa Indonesia istilah kontinu diartikan sebagai terus menerus atau penilaian yang berkelanjutan. Penilaian ini dapat dikatakan sebagai penilaian tanpa henti dalam setiap masuk ke kelas atau melakukan kegiatan pembelajaran. Guru secara terus-menerus memberikan penilaian pada akhir pembelajaran, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, lalu mencatatnya dalam buku nilai. Pada awal sampai akhir pembelajaran biasanya siswa dikontrol, dimonitor apakah mereka mengikuti pelajaran dengan tuntas baik catatan, menyimak, maupun ketika tes akhir pelajaran (Muttaqillah, 2021).

Penilaian tersebut memberikan pengaruh yang kuat dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis siswa. Dengan penilaian yang kontinu setiap pembelajaran, siswa merasa lebih dihargai. Ia pun mengetahui salah dan betulnya sehingga ada upaya perbaikan berkelanjutan. Penilaian ini juga mewajibkan siswa untuk selalu melaporkan tugas-tugas di kelas baik latihan maupun catatan untuk dinilai oleh guru. Siswa dapat melihat nialinya secara berkala dan diberikan kesempatan untuk memperbaiki. Dengan emikian pada akhir semester dapat memperoleh kemampuan yang baik dengan nilai yang baik pula.

Dalam penilaian kontinu harus ada transfaransi. Guru selalu menyampaikan informasi kepada siswa mengenai hasil pembelajaran setiap saat KBM, sehingga siswa dapat memperbaikinya. Dengan demikian mereka akan berusaha lebih baik untuk memperoleh hasil yang maksimal.

D. Kesimpulan

Kreativitas guru untuk mendongkrak kemampuan siswa dapat dengan berbagai metode, teknik, dan pendekatan yang diperlukan, bergantung kepada problem yang ditemukan pada saat pembelajaran.

Sistem penilaian juga dapat mempengaruhi tingkat kemampuan siswa di dalam hasil pembelajaran. Sistem penilaian yang terukur, terkontrol, dan dilakukan secara kontinu akan menambah gairah siswa dalam belajar. Dalam penilaian kontinu diperlukan transfaransi. Transfaransi dalam penilaian dilakukan agar dari waktu ke waktu siswa dapat memperbaikinya.

Daftar Pustaka

Aini, S. (2012). Peningkatan MinatT Belajar Menulis Karangan MataA Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Metode Discovery Inquiry pada Siswa Kelas IV MI Nurul-Huda Kota Baru Kecamatan Keritang. Pekan Baru: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Riau Pekan Baru.

Alya, H. (2021, Oktober 21). 10 Cara Jitu Meningkatkan Kemampuan Menulis yang Wajib Kamu Coba. Retrieved from glints: https://glints.com/id/lowongan/cara-meningkatkan-kemampuan-menulis/#.YjPteOpBzIV

Muttaqillah. (2021). Pengaruh Penilaian Kontinu terhadap Sikap dan Kemampuan Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV MI Pembangunan UIN Jakarta. Holistika Vol. V No. 2 November, 143.

Suyatno dan Haryanto, M. (2012). Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Rosda.

Warrick, D. D. (1997). Dibreafing Experiential Learning Exercise. Colorado Spring: University of Colorado.

[1] Makna sesungguhnya sebgai pola pikir atau sikap mental nonsistematis. Berani mengambil risiko untuk meninggalkan cara berpikir lama yang sudah mapan kemudian menggantinya dengan cara berpikir baru.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image