Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Mewaspadai Pantulan Perilaku Kehidupan Kita

Agama | Friday, 25 Mar 2022, 07:58 WIB

Seorang guru bijak memberikan petuah kepada muridnya agar berhati-hati dengan perilaku, ucapan, dan perbuatan yang dilakukan dalam menjalani kehidupan. Apapun yang kita lakukan akibatnya akan kembali kepada diri kita sendiri. Perbuatan baik akan melahirkan kebaikan, dan perbuatan buruk akan melahirkan keburukan.

Alam raya tempat kita tinggal ini ibarat alat perekam raksasa yang merekam dan mencatat segala jejak kehidupan . Setiap jengkal alam raya ini menjadi saksi atas segala perilaku kita. Kelak akan menjadi saksi kehidupan bagi kita. Ia bisa menjadi saksi yang meringankan, bisa pula menjadi saksi yang memberatkan di hadapan Pengadilan Yang Maha Kuasa.

Perbuatan apapun yang kita lakukan di alam raya ini akan memantulkan kembali kepada diri kita. Jika kita meneriakkan kebaikan, maka alam raya dan seluruh makhluk di atasnya akan meneriakkan kebaikan untuk kita. Sebaliknya jika kita meneriakkan kejelekan, maka alam raya dan seluruh makhluk di atasnya akan kembali meneriakkan kejelekan untuk kita.

Kehidupan kita di alam raya ini laksana kita berada di pegunungan yang sep atau di tempat luas yang kosong. Apapun yang kita teriakkan akan ada ada yang meniru-niru suara kita, persis seperti yang kita teriakan. Suara dan kata-kata yang baik akan memantul dan ditiru dengan baik, sementara suara dan kata-kata yang jelek akan memantul dan ditiru dengan jelek pula. Itulah yang disebut gema atau pantulan suara.

Elizabeth Owens (2004 : 83) dalam salah satu bukunya Discover Your Spiritual Life mengatakan, “Ketika kita memperlihatkan tingkah laku yang baik, kebaikan akan tertarik ke arah kita. Ingatlah, suatu hal akan menarik hal lain yang serupa. Karena itu, berlaku pula kebalikannya. Ketika kita bertingkah laku buruk, berarti kita tengah menarik keburukan terjadi kepada diri kita. Singkatnya, terdapat pengaruh timbal balik atas segala tindakan. Kita harus sadar, tindakan baik atau buruk yang kita lakukan kepada orang lain, pada suatu saat akan kembali kepada diri kita sendiri.“

Masih menurut Elizabeth Owens, “Ketika kita menolong atau memberikan sesuatu kepada orang lain, pada suatu saat akan kembali lagi kepada kita. Demikian pula, ketika kita mencurangi seseorang, kita juga akan dicurangi. Ketika kita bergosip tentang orang lain, seseorang akan bergosip tentang kita. Rasa sakit yang dirasakan orang lain karena perlakuan kita, mungkin tidak akan dikembalikan secara langsung oleh orang yang telah kita sakiti, tapi ia pasti akan kembali seperti gema dalam masa-masa tertentu dari kehidupan kita.”

Dalam hal memberikan pertolongan, terutama berupa uang atau barang, kebanyakan orang selalu menganggapnya uang atau harta yang kita miliki telah berkurang atau hilang. Anggapan ini sangatlah keliru.

Jalaluddin Rumi, seorang ulama sufi pernah berujar, “Apa yang kita dermakan dari sebagian harta kita, sesuatu apapun yang kita anggap hilang dari diri kita, suatu saat akan kembali lagi kepada kita dalam bentuk yang lain.”

Al-Qur’an dan hadits telah menegaskan, Allah akan senantiasa menolong hamba-hamba-Nya, selama mereka berkenan menolong hamba-hamba Allah lainnya. Demikian pula ketika seseorang mendermakan dari sebagian hartanya Allah akan menggantinya beratus-ratus kali lipat. Seperti dikatakan Jalaluddin Rumi, penggantinya bisa berupa harta seperti yang telah kita keluarkan, bisa juga dalam bentuk lain.

Dalam sebuah hadits dikatakan, sedekah yang kita keluarkan, bisa menjadi salah satu tameng dari datangnya musibah. Sedekah yang kita keluarkan bisa pula menjadi salah satu wasilah terbebasnya dari penyakit yang kita derita. Disini terbukti jelas, apapun yang kita keluarkan akan kembali kepada diri kita dalam bentuk yang lain.

Alam raya yang luas ini, merupakan bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Sangatlah bijak apabila kita mampu mengambil pelajaran dari setiap hal yang terjadi di alam ini. Gema yang pernah kita dengar merupakan gambaran nyata dan pelajaran berharga bagi kita. Apapun yang kita lakukan, perbuatan, ucapan yang baik dan buruk akan kembali kepada diri kita.

Selayaknya, kita selalu bersikap waspada dan hati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Ke-islam-an yang telah kita ikrarkan, berbagai ibadah yang telah kita laksanakan harus berpengaruh terhadap diri kita dan orang lain. Akhlak kita, perbuatan, dan ucapan kita harus menyelamatkan diri kita dan orang lain.

Setiap hari, selayaknya kita senantiasa meningkatkan kualitas keilmuan, ibadah, dan akhlak baik kita. Sangatlah bijak apabila setiap hari kita memiliki tekad untuk senantiasa menolong siapapun seraya berupaya tidak menyakiti fisik dan perasaan siapapun yang bergaul dengan kita.

Kita harus terus meyakinkan diri, perbuatan yang kita lakukan dan ucapan yang keluar dari lisan kita, pada suatu saat akan kembali kepada diri kita. Kalau tak kembali kepada diri kita di dunia ini, di alam tanpa batas kelak, di hari pembalasan, apapun yang kita lakukan selama hidup di dunia ini akan Allah perlihatkan kepada kita, diadili. Akibat baik dan buruknya akan kembali kepada diri kita.

Keselamatan dan kecelakaan yang akan kita alami kelak di akhirat sangat tergantung kepada keimanan dan perilaku kita selama hidup di alam fana ini. Perbuatan apapun yang kita lakukan selama di dunia ini merupakan gema kehidupan yang kita rekam dan kelak kita akan melihat atau mendengarkan rekamannya. Selayaknya kita menciptakan gema kebaikan bagi kehidupan kita

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. dan jika kamu berbuat jahat, maka kerugian (dari perbuatan jahatmu) itu untuk dirimu sendiri” (Q. S. Al-Isra : 7).

ilustrasi : bayangan (sumber gambar : www.Republika.co.id)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image